Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
[convertful id="73132"]
Pewarta : Khalis Surry
Uploader : Salahuddin Wahid
(01 September 2020)
Banda Aceh (ANTARA) – Pemerintah Kota Banda Aceh melalui Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Keindahan (DLHK3) mengolah sampah menjadi minyak mentah dengan teknologi Pirolisis, dalam upaya mengurangi jumlah sampah di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gampong Jawa.
Kepala DLHK3 Banda Aceh Hamdani, Selasa, mengatakan metode itu dilakukan untuk memusnahkan sampah plastik yang sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi dengan cara dibakar hingga suhu 400 derajat celcius.
“Keberadaan mesin ini tujuannya untuk menangani sampah-sampah plastik jenis kresek dan asoi yang selama ini tidak termanfaatkan,” kata Hamdani, di Banda Aceh.
Sementara itu, Kabid Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 Hendra Gunawan menjelaskan, limbah plastik melalui proses pirolisis mampu diubah menjadi bahan bakar minyak setara bensin, solar dan minyak tanah.
“Tapi tingkat pemurniannya masih rendah. Minyak yang dihasilkan setara bensin, solar dan minyak tanah tapi kualiatasnya masih dibawah,” katanya.
Menurut Hendra, proses pengolahan sampah plastik dengan proses pirolisis memiliki kelemahan yaitu tidak efisien pada pembuatan reaktor dalam skala besar. Hal itu diakibatkan oleh terjadinya bubling, chanelling, dan kurang ekonomis.
Kata Hendra, mesin teknolgi itu mampu membakar sampah plastik mencapai 200 kilogram per bulan. Lanjut dia, untuk membakar 30 kilogram sampah plastik dibutuhkan sebanyak 30 liter bahan bakar jenis solar.
Karena biaya bahan bakar tergolong besar, maka pengoperasiannya hanya pada saat waktu tertentu. Namuan, diharapkan metode itu dapat mengurangi tumpukan sampah plastik di Banda Aceh.
“Tapi tujuan kami bagaimana menangani sampah plastik yang selama ini tidak teratasi yang terbuang percuma sehingga bisa mengurangi dampak pencemaran lingkungan,” ujarnya.
Artikel ini telah tayang di republika.co.id dengan judul “Mahasiswa UMM Gagas Bioplastik Berbahan Limbah Kedelai”,
https://republika.co.id/berita/qfyc0q284/mahasiswa-umm-gagas-bioplastik-berbahan-limbah-kedelai.
Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
You can see how this popup was set up in our step-by-step guide: https://wppopupmaker.com/guides/auto-opening-announcement-popups/
Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.
Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.
Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.
Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.