Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
Post Views: 0
(07 Oktober 2020)
Labuan Bajo – Untuk menjaga keindahan dan melestarikan pulau Komodo Manggarai Barat NTT, sejumlah pihak bekerja sama inisiasi gerakan mengumpulkan, memilah dan mengolah sampah plastik menjadi produk baru yang bernilai tinggi atau gerakan ekonomi sirkular.
Dalam Gerakan Ekonomi Sirkular Pulau Komodo, Le Minerale bekerja sama dengan Indonesia Waste Program (IWP) dan Asosiasi Daur Ulang Indonesia (ADUPI).
Plastik jenis PET seperti yang dipakai botol dan galon Le Minerale paling mahal harganya dan paling bernilai untuk didaur ulang.
Sustainability Manager Le Minerale Febri Hutama mengatakan, kerja sama ini akan terus membesar dan sinergis, bukan hanya mengelola plastik sampah kemasan Le Minerale tapi juga merek-merek lain.
Menurut dia, dengan pendekatan ekonomi sirkular, sampah plastik yang semula kita pandang sebagai masalah justru mendatangkan rejeki dan berkah.
“Karena selain menjaga lingkungan, dapat memberi nilai tambah bagi masyarakat,” katanya saat konferensi pers di Hotel Jayakarta Labuan Bajo, Rabu 7 Oktober 2020.
Ia menjelaskan, dalam kerja sama itu, IWP bertugas melakukan edukasi kepada masyarakat Pulau Komodo, serta mengumpulkan dan memilah sampah plastik. Sedangkan ADUPI berperan dalam pengolahan sampah plastik menjadi produk baru yang bernilai ekonomi tinggi.
Ia berharap dengan kerja sama ini permasalahan sampah plastik di Pulau Komodo mendapat solusi terbaik dan masyarakat mendapat nilai tambah. Dengan menjaga lingkungan, ekonomi masyarakat dari sektor pariwisata juga terjaga.
Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya Ronald Atmadja mengatakan, Le Minerale memiliki komitmen tinggi mendukung upaya pemerintah dan ingin berkontribusi sebesar-besarnya mengelola sampah plastik.
Saat ini ia mengaku pihaknya sedang menyusun road map sustainability plastik. Mulai dari bahan baku sampai sampah akan dikelola dengan baik dan mendukung kelestarian lingkungan.
“Botol dan galon Le Minerale terbuat dari plastik PET yang dapat didaur ulang dan tidak mencemari lingkungan. Le Minerale bersama KLHK sedang intens menjalin kerja sama untuk bergerak bersama,” katanya.
Sementara Ketua Umum ADUPI Christine Halim menyoroti paradigma masyarakat seringkali kurang tepat. Menurut dia, plastik PET seperti yang digunakan pada botol dan galon sekali pakai adalah bahan yang paling ramah lingkungan jika dibandingkan dengan jenis plastik lainnya, karena paling mudah di daur ulang.
Sampah plastik PET harus dilihat dan diperlakukan sebagai bahan baku, bukan sebagai sampah yang tidak bernilai. Industri daur ulang memerlukan sampah plastik dalam jumlah besar, terutama jenis PET dengan kode 1 seperti yang dipakai botol dan galon sekali pakai.
Bahkah karena harganya mahal, sampah plastik PET menjadi rebutan para pemulung dan sulit ditemukan di tempat pembuangan akhir.
“Plastik jenis PET seperti yang dipakai botol dan galon Le Minerale paling mahal harganya dan paling bernilai untuk didaur ulang. Hasilnya adalah barang-barang komoditas bernilai ekonomi tinggi seperti polyester, dacron sintetis, geotextile, bantal, baju winter, dan kancing,” katanya.
Ia menambahkan, Plastik PET dapat didaur ulang hingga 50 kali dan menghemat bahan baku produksi. Tren permintaan ekspornya terus naik.
“Karena itu kami menghimbau masyarakat melakukan pemilahan sampah dari rumah, bekerja sama dengan bank sampah atau petugas pemilahan sampah, agar plastik tersebut menjadi sumber ekonomi berkelanjutan,” tegasnya.
Artikel ini telah tayang di tagar.id dengan judul “Daur Ulang Sampah Plastik dan Gerakan Ekonomi di Pulau Komodo”,
Klik untuk baca:
https://www.tagar.id/daur-ulang-sampah-plastik-dan-gerakan-ekonomi-di-pulau-komodo.
Redaktur Rio Anthony
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.
Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.
Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.
Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!