Remaja Masjid Lakukan Inovasi Bank Sampah di Tasikmalaya
Sampahlaut.id – Tergugah karena melihat banyaknya sampah yang berserakan, M. Anwar Fansy yang merupakan salah satu anggota remaja Masjid Al-Bayinah di Desa Sirnasari, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya membentuk suatu inovasi bernama Bank Sampah Sauyunan.
Bank Sampah Sauyunan dibentuk untuk menampung sampah warga sekitar, dimana warga dapat menjual sampah yang telah mereka kumpulkan kepada pengelola bank sampah. “Bank Sampah Sauyunan sebenarnya sudah beroperasi sejak Juni 2019, namun peluncuran resminya baru dilakukan sehari setelah hari kemerdekaan Republik Indonesia dengan tujuan agar Kampung Cipuncur dapat merdeka dari cemaran sampah,” ujar Fansy dilansir dari Republika.
Inisiastif ini dilakukan Fansy dan sejumlah remaja masjid lainnya karena mereka tergugah untuk mengumpulkan sampah yang sebenarnya jika diolah dengan baik akan menjadi suatu barang yang memiliki nilai jual. Pembentukan Bank Sampah Sauyunan tersebut juga mendapat sambutan yang sangat baik dari aparat desa setempat dan warga lainnya.
Baca Juga : Utang Dibayar dengan Sampah, Program Baru Bank Sampah Ambon Hijau
Setelah dua bulan beroperasi secara aktif, Bank Sampah Sauyunan hanya menerima sampah dari warga di akhir pekan saja. Bank Sampah Sauyunan juga belum memiliki bangunan secara mandiri sehingga masih berlokasi di Masjid Al-Bayyinah. Sampah yang berhasil dikumpulkan Bank Sampah Sauyunan mencapai 200 kg setiap minggunya dan jika dikumpulkan dalam satu bulan tumpukan sampah tersebut dapat mencapai 1,2 ton.
Selama kurang lebih 3 bulan beroperasi, Bank Sampah Sauyunan mendapatkan hasil sekitar 3 juta rupiah. Hasil pendapatan tersebut digunakan untuk membayar biaya operasional, memberi upah karyawan, serta disumbangkan ke gaji guru diniyah serta mubaligh.
Fansy mengatakan bahwa semangat warga dalam mengumpulkan sampah sangatlah tinggi, masyarakat yang sebelumnya masih kurang peduli terhadap sampah, kini telah aktif untuk mengumpulkan sampah dan menjualnya ke Bank Sampah Sauyunan.
Jenis sampah yang dikumpulkan seperti plastik, logam, kertas, dan lainnya memiliki variasi harga untuk setiap jenisnya, misalnya seperti sampah kresek yang dihargai sekitar 300 rupiah per kilogramnya. Jenis sampah yang memiliki nilai jual paling tinggi yaitu logam tembaga dengan harga mencapai 30 ribu rupiah per kilogramnya.
Baca Juga : Di Padang, Boleh Bayar Uang Sekolah Pakai Sampah Plastik
Kekurangan dari Bank Sampah Sauyunan selain belum memiliki gedung bangunan sendiri juga belum dapat menerima sampah organik, karena Bank Sampah Sauyunan belum memiliki alat dan bahan yang dapat mengubah sampah menjadi pupuk kompos.
Sampah yang dikumpulkan dari nasabah sebelumnya harus disortir dan dipilah terlebih dahulu, kemudian sampah dikumpulkan di lantai dua Masjid Al-Bayyinah untuk selanjutnya dijual ke pengepul sampah. Fansy mengakui bahwa sampah yang dikumpulkan belum dapat diolah secara efisien dan mandiri.
Ia berharap agar kedepannya Bank Sampah Sauyunan mendapatkan dukungan dari pemerintah maupun warga sekitar untuk menjalankan kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah Sauyunan, seperti mendukung dibangunnya gedung pengolahan sendiri ataupun pengadaan alat pengelolaan sampah untuk mencegah masuknya sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Meskipun demikian, semangat remaja masjid tidak pernah surut untuk mengurangi sampah yang ada di lingkungan sekitar. Diharapkan program tersebut tetap berlanjut dan dapat diikuti secara aktif oleh seluruh warga di desa tersebut. Selain menebarkan kebermanfaatan bagi alam, hal ini juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!