Melihat Santri di Kuningan Belajar Mengolah Sampah dengan Budidaya Maggot
Majalengka – Banyak cara dilakukan untuk mengatasi persoalan sampah yang tidak kunjung usai. Di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat para santri dari Pondok Pesantren Az-Zakaria memiliki cara sendiri dalam mengolah sampah khususnya sampah organik.
Para santri di ponpes yang berada di Desa Sindangbarang, Kecamatan Jalaksana ini menggunakan maggot untuk mengurangi sampah organik yang merupakan limbah rumah tangga.
Memanfaatkan lahan di sekitar lokasi ponpes, para santri mulai belajar cara membudidayakan maggot hingga kemudian bisa mengurai sampah organik. Mereka mendapat pelatihan soal budidaya maggot dari LPPM Universitas Islam Bandung.
“Kita belajar cara mengolah sampah organik dan non organik biar lingkungan bersih jadi sampah harus diolah jangan dibuang sembarangan. Ada beberapa cara mengolah sampah organik ini, salah satunya dengan maggot,” kata salah seorang santri bernama Wahid Syahputra (16) Minggu (21/3/2021).
Wahid sendiri mengaku sangat antusias mengikuti pelatihan tersebut. Menurutnya selama ini sampah organik yang dihasilkan dari lingkungan ponpes tidak pernah diolah. Sampah-sampah itu menurutnya selalu dibakar.
“Baru pertama kali ikut pelatihan ini, sebelumnya sampah organik dibakar di kebun, kalau yang plastik seperti botol di jual,” ucapnya.
Baca Juga : TPA Jabon Perlu Kembangkan Modernisasi Pengolahan Sampah
Ia juga mengungkapkan selain bisa bermanfaat dalam mengurai sampah organik, maggot tersebut juga bisa digunakan sebagai pakan ternak ataupun dijual. “Nanti bisa untuk pakan ternak lele dan ayam. Bisa dijual juga harganya kalau ga salah sekitar 60 sampai 80 ribu sekilonya,” tandasnya.
Sementara itu Dekan Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung Mohamad Satori menambahkan ada 25 orang santri dari Ponpes Az-Zakaria yang mendapat pelatihan pengolahan sampah dengan maggot BSF (Black Soldier Fly).
Satori juga menjelaskan pelatihan tersebut selain bertujuan untuk membantu pengolahan sampah organik di lingkungan ponpes juga dalam rangka membangun kemandirian ekonomi pesantren pasca pandemi COVID-19.
“Jadi disamping untuk mengolah sampah juga bisa meningkatkan pendapatan meski tidak seberapa. Kita ingin ekonomi disini terbangun mandiri, ini penting di tengah pandemi dan pasca pandemi dimana usaha kreatif berbasis masyarakat itu sangat strategis,” jelas Satori.
Baca Juga : Bali yang Indah Itu Dirusak oleh Sampah
Selain bisa digunakan untuk pakan ternak dan dijual, kotoran dari maggot BSF itu juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos yang sangat berguna untuk kesuburan tanaman.
“Jadi dengan BSF ini sampah organik akan dikonsumsi oleh maggot dan kotorannya menjadi kompos. Dan maggot nanti bisa dipakai untuk pakan ternak dan komposnya untuk pupuk,” lanjut Satori.
Menurutnya semua sarana prasarana yang diperlukan untuk pelatihan para santri dalam mengolah sampah dengan maggot BSF itu disupport penuh oleh LPPM Universitas Islam Bandung.
Ia berharap pihak Desa Sindangbarang ke depannya bisa mengembangkan pengolahan sampah organik dengan skala yang lebih luas sehingga dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat.
“Harapannya ini hanya sekedar pancingan untuk desa nantinya mengembangkan ini dengan skala yang lebih luas sehingga dampaknya akan terasa baik untuk pengurangan sampah maupun kemandirian ekonomi,” ujarnya.
“Semua sarana prasarana unyuk kebutuhan ini disupport termasuk biaya pelatihan dan pendampingan. Ada 25 santri yang dilatih secara intensif untuk melakukan ini sampai mereka benar-benar mahir dan paham,” tutup Satori.
Artikel ini telah tayang di detik.com dengan judul “Melihat Santri di Kuningan Belajar Mengolah Sampah dengan Budidaya Maggot”,
Klik untuk baca: https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5502141/melihat-santri-di-kuningan-belajar-mengolah-sampah-dengan-budidaya-maggot.
By detik.com
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!