Begini Cara Siasati Mahalnya Biaya Daur Ulang Sampah
Bandung – Sampah telah jadi masalah sejak lama. Hal ini menimbulkan masalah dari mulai pencemaran udara, tanah hingga air. Pun, hingga kini penanggulangan sampah masih mengandalkan penanganan secara konvensional yakni dengan cara ditumpuk di pusat pembuangan akhir (TPA).
Cara terbaik pengolahan sampah tak lain adalah didaur ulang untuk dijadikan bahan olahan yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi seperti pupuk, perkakas rumah tangga hingga bahan bakar.
Namun, bicara daur ulang sampah tidaklah murah. Apalagi bila itu melibatkan volume sampah yang terbilang banyak. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) jumlah timbulan sampah nasional mencapai sekitar 67,8 juta ton pada tahun 2020 dan masih akan terus bertambah.
Di sisi lain, menurut catatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, anggaran pengolahan sampah ditaksir sebesar Rp 365.122/ton. Artinya, untuk mengolah 67,8 juta ton sampah nasional dibutuhkan anggaran Rp 24,75 triliun. Itu belum termasuk biaya angkut sampah dari pemukiman hingga ke pusat pengolahan sampah.
Menjawab tantangan mahalnya biaya pengolahan sampah tersebut, PT Guna Olah Limbah (GOL) yang berbasis di Bandung, Jawa Barat mengembangkan ‘tong nyampah’. detikcom berkesempatan menyambangi workshop GOL di Bandung dan menyaksikan sendiri ‘tong nyampah’ tersebut.
Sekilas, tempat sampah berbahan alumunium ini terlihat biasa saja layaknya tong sampah biasa yang kerap dijumpai di berbagai tempat. Yang membedakan, adalah bagian atas tong sampah ini yang disematkan lapisan akrilik.
“Bagian ini kita jadikan wahana promosi bagi para sponsor yang peduli dan mendukung upaya-upaya menjaga kelestarian lingkungan lewat upaya-upaya daur ulang limbah,” kata CEO Guna Olah Limbah (GOL), Archie Satria Nugroho saat berbincang dengan detikcom belum lama ini.
Baca Juga: Pandemi Berdampak pada Jumlah Sampah Plastik, Pemkot Salatiga Akan Buat Aturan
Selain logo perusahaan yang memberikan sponsor, pada ‘tong nyampah’ ini juga disematkan qr code yang langsung terhubung dengan chanel YouTube yang memutarkan video tentang bagaimana sampah yang dibuang ke tong nyampah ini diolah dan diaur ulang.
“Jadi kalau mungkin ada yang lain cerita sampah didaur ulang tapi ujung-ujungnya dibuang ke TPA (tempat pembuangan akhir), dengan video ini kita menunjukkan bagaimana sampah di tong nyampah ini benar-benar kita olah. Kita ceritakan dari mulai bagaimana memilahnya, mengolahnya sampai jadi produk akhirnya,” tutur Archie.
Cara ini, menurut dia, lebih efektif membangun kesadaran dan minat korporasi dalam mendukung pembiayaan pengolahan sampah yang selama ini kurang diminati.
Selain sebagai wahana promosi, ‘tong nyampah’ juga menjadi bagian penting dalam puaya GOL mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah popok sekali pakai. Sesuai fungsi aslinya sebagai tong sampah, ‘tong nyampah’ akan mengumpulkan sampah khususnya popok sekali pakai langsung dari sumbernya.
Saat ini prototipe ‘tong nyampah’ dapat dijumpai di sejumlah lokasi strategis di Kota Bandung dan sekitarnya seperti Mall Paskal 23, Rumah Sakit Limijati dan Galenia Daycare.
“Jadi kita tempatkan di lokasi yang bukan hanya strategis, tapi juga efektif seperti lokasi baby care di mal dan rumah sakit yang banyak menggunakan popok sekali pakai,” tutur dia.
Bila langkah ini berhasil nantinya, bukan tidak mungkin ‘tong nyampah’ bisa terus dikembangkan untuk jenis sampah lainnya yang lebih beragam dan ditempatkan di lokasi dan skala yang lebih luas.
Baca Juga: Libur Lebaran, Volume Sampah di Tangerang Naik Empat Persen
Artikel ini telah tayang di https://finance.detik.com dengan judul “Begini Cara Siasati Mahalnya Biaya Daur Ulang Sampah”,
Klik untuk baca: https://finance.detik.com/industri/d-5571337/begini-cara-siasati-mahalnya-biaya-daur-ulang-sampah.
By finance.detik.com