Pemerintah dan Swasta Perkuat Ekonomi Sirkular Atasi Sampah Plastik
Jakarta, Beritasatu.com – Timbunan limbah plastik dari industri maupun rumah tangga memerlukan kerja sama berbagai pihak. Salah satu solusi yang marak digiatkan adalah daur ulang sampah plastik sehingga memiliki nilai sosial ekonomi bagi masyarakat.
Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (PLSB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rosa Vivien mengatakan pemerintah mendukung langkah-langkah positif dalam menangani permasalahan pengelolaan sampah. Saat ini menurutnya, ada tiga pendekatan yang dilakukan pemerintah, yaitu pendekatan zero waste melalui perubahan perilaku, pendekatan teknologi, dan pendekatan ekonomi sirkular. “Prinsip 3R yaitu reduce, reuse, recycle, dan ekonomi sirkular sudah menjadi kerangka kerja dalam kebijakan nasional dan strategi pengelolaan sampah di darat maupun laut,” kata dia dalam diskusi seperti dikutip dalam keterangan yang diterima Kamis (3/6/2021).
Dia mengatakan pendekatan ekonomi sirkular merupakan kerja sama saling menguntungkan. Sampah plastik akan mendatangkan nilai ekonomi baru sekaligus mengurangi timbunan sampah yang pada akhirnya berdampak positif pada lingkungan. “Ini solusi yang baik dalam penanganan limbah plastik. Selain mengurangi pencemaran lingkungan, keberadaan industri daur ulang limbah plastik juga bisa mendatangkan nafkah bagi masyarakat pengepul. Sebuah win-win solution,” katanya.
Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), Christine Halim, sependapat jika kegiatan daur ulang limbah plastik adalah salah satu penggerak kegiatan ekonomi berbasis sirkular. Beberapa jenis plastik memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Salah satunya adalah plastik jenis PET yang memiliki demand tinggi di industri daur ulang. “Penggunaan bahan ini sejalan dengan visi KLHK mengenai peta penanganan sampah melalui daur ulang dan pemanfaatan kembali dengan prinsip sirkulasi ekonomi,” katanya.
Baca Juga: HK Gandeng 2 Startup Lokal Daur Ulang Sampah di Tol Trans Sumatera
Sejak dibentuk pada 2015, ADUPI yang memiliki 499 anggota di tujuh provinsi yang terdiri dari pengepul sampah plastik partai besar dan pabrik daur ulang ini secara aktif melakukan pengolahan sampah plastik menjadi bahan baku untuk dijadikan produk baru yang bernilai ekonomi tinggi. Bisnis daur ulang plastik memiliki potensi besar. Dari konsumsi plastik sekitar 3-4 juta ton per tahun, bisnis daur ulang di ADUPI bisa mencapai 400.000 ton per tahun. “Dengan potensi yang terus berkembang, industri daur ulang sampah botol plastik juga berperan menumbuhkan lapangan pekerjaan dalam platform ekonomi sirkular,” kata Halim.
Model ekonomi sirkulasi, lanjutnya, bertujuan untuk memperpanjang masa pakai sampah menjadi sesuatu berdaya guna untuk dimanfaatkan kembali. Selain itu, sebagai alternatif bahan baku atau didaur ulang menjadi produk baru, sehingga dapat menghemat biaya produksi atau menjadi produk baru yang laku jual.
Pada kesempatan yang sama Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya, Ronald Atmadja mengatakan, sebagai salah satu produsen air minum yang mengunakan plastik sebagai kemasan produk, Le Minerale memiliki komitmen dan bersinergi terhadap upaya pemerintah dan lingkungan dalam hal pengelolaan sampah khususnya plastik. Selain kolaborasi dengan beberapa lembaga terkait, Le Minerale juga aktif mengajak individu dan masyarakat untuk aktif menjadi #RecycleHeroes yang merupakan gerakan internasional yang diangkat sebagai tema dalam Global Recycling Day 2021.
Baca Juga: Destinasi Wisata Favorit Setigi Gresik, Semula Tempat Pembuangan Sampah
Artikel ini telah tayang di https://beritasatu.com dengan judul “Pemerintah dan Swasta Perkuat Ekonomi Sirkular Atasi Sampah Plastik”,
Klik untuk baca: https://www.beritasatu.com/ekonomi/782065/pendekatan-ekonomi-sirkular-atasi-sampah-plastik-terus-diperkuat.
By beritasatu.com