Pantaiku Penuh Sampah
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
Post Views: 0
Pantaiku Penuh Sampah
Karya : Suhaila Ilma Naafi’an
Di hari Minggu banyak orang berlibur ke pantai, termasuk Rani dan
keluarganya. Pagi-pagi sekali Rani dan keluarganya sudah bersiap-siap untuk pergi
ke pantai. Perjalanan pulang-pergi yang akan mereka lalui sekitar 4-5 jam. Pantai
yang akan dikunjungi oleh Rani dan keluarganya adalah pantai yang paling dekat
dengan rumahnya.
“Bu, Rani sudah siap nih. Kapan kita berangkat, Bu?” ucap gadis kelas 3 itu
kepada ibunya yang sedang sibuk menyiapkan bekal di dapur.
“Sebentar lagi ya. Ibu hampir selesai menyiapkan bekal untuk kita nanti,” ucap
Ibu.
“Buruan dong, Bu. Nanti main airnya sebentar,” renggek Rani.
Ibu tidak begitu mendengarkan ucapan Rani. Ibu terlalu sibuk memasukkan
bekal yang dibuatnya tadi ke wadah-wadah kecil. Rani melihat ibu dengan wajah kesal
dan pergi ke kamar kembali. Di kamar, Kak Meta sedang mempersiapkan pakaian
ganti.
“Kamu sudah menyiapkan pakaian ganti belum, Ran?” tanya Kak Meta yang
melihat Rani masuk kamar dengan wajah cemberut.
“Udah, dari semalam!” jawab Rani ketus.
Kak Meta menggelengkan kepalanya. Kak Meta yakin pasti adiknya ini sedang
marah. Kak Meta tahu betul kebiasaan Rani.
“Sedang marah dengan siapa, Ran?” selidik Kak Meta.
Rani yang tadi membenamkan wajahnya ke bantal seketika menegakkan
kepalanya menghadap Kak Meta.
“Ibu! Masa’ dari tadi menyiapkan bekalnya enggak kelar-kelar! Ini kan sudah
siang!” ungkap Rani.
Kak Meta melirik ke arah jam dinding di sebelah kanan kasurnya. Hari baru
menunjukkan pukul 7 pagi. Kak Meta menggeleng kembali.
“Loh, ini kan baru jam 7, Rani,” jelas Kak Meta.
“Iya, Kak, tapi perjalanan ke pantai kan jauh dan lama. Nanti kita main airnya
sebentar,” ungkap Rani.
“Insya Allah, kita sampai di sana pukul 9 lebih. Kan enggak mungkin juga kita
main airnya lama-lama. Bisa-bisa masuk angin nanti,” jelas Kak Meta.
Rani merenung sejenak.
“Betul, Kak,” ucap Rani lirih.
Rani merasa bersalah. Kak Meta betul, Ibu adalah orang yang paling repot
kalau mereka akan bepergian. Seharusnya Rani tidak hanya mengomel saja, tetapi
membantu ibunya bersiap-siap.
Setelah semua perbekalan sudah disiapkan dan seluruh keluarga sudah
menunggu di teras, wajah Rani sudah berubah. Senyuman manis terkembang dari
kedua sudut bibirnya. Mereka pun mulai melakukan perjalanan.
Perjalanan ke pantai memang terasa melelahkan. Namun, bagi keluarga Rani
berlibur ke pantai memang sesuatu yang ditunggu. Meskipun setahun sekali mereka
baru bisa melakukannya.
Di tengah perjalanan, Rani mabuk kendaraan. Perjalanan mereka beberapa
kali berhenti karena Rani muntah dan Kak Meta pun mulai merasa mual.
“Yah, berhenti sebentar ya, lihat ini anak-anakmu,” ucap Ibu menyenggol
pundak Ayah.
Ibu membalurkan minyak gosok ke perut dan punggung Rani dan Kak Meta.
Setelahnya, mereka keluar dari mobil untuk mendapatkan udara segar. Terlihat sekali
wajah keduanya pucat.
“Dilanjutkan enggak ini, Bu?” tanya Ayah turun dari mobil, sambil melirik Ibu
yang terlihat cemas dengan kedua anaknya.
“Bagaimana Kak, Adik? Kita lanjut enggak ini?”
“Lanjut, Bu. Kan sebentar lagi sampai,” jawab Rani sambil memegang
perutnya.
Bekal yang semula dipersiapkan untuk di pantai akhirnya terpaksa dibuka di
sana. Dengan duduk beralaskan sandal masing-masing, Rani dan keluarga memakan
bekal itu. Rani dan Kak Meta meneguk kembali obat anti mual yang sebelum pergi
diminum mereka.
“Ayo, Yah. Kita lanjut kembali,” ucap Rani bersemangat.
Wajahnya sudah kembali ceria. Gadis kecil itu tidak akan menyiakan waktu
berlibur. Apalagi Ayah termasuk orang yang sibuk. Jadi, kesempatan ini tidak akan
disia-siakannya.
Perjalanan pun dilanjutkan kembali. Kali ini perut Rani sudah terasa enak. Di
dalam hati dia berdoa semoga segera sampai di pantai.
“Alhamdulillah, pantainya sudah kelihatan, Kak!” seru Rani.
Dari kejauhan, pantai yang diimpikan sudah terlihat di depan mata. Warna air
terlihat hijau menutupi permukaan. Sinar matahari membuat warna birunya terlihat
menyilaukan.
“Berdoa dulu ya. Ingat, jangan main terlalu jauh dari tepi pantai ya. Ombak laut
pasti sangat besar,” nasihat Ayah.
“Iya, Ayah. Rani paling main pasir kok,” sanggah Rani.
Mobil pun terparkir bersama deretan mobil yang lain. Banyak sekali pengunjung
di pantai ini. Hari libur seperti ini banyak yang datang ke sini untuk melepaskan
kepenatan.
Ayah membawa karpet dan Ibu membawa bekal. Rani dan Kak Meta membawa
tas yang berisi perlengkapan masing-masing. Rani berjalan sangat cepat. Dia tampak
tidak sabar untuk berlarian di tepi pantai.
“Ayo, Kak. Cepatan dong!” ucap Rani.
Kak Meta mempercepat langkahnya. Kak Meta yang usianya 3 tahun atas Rani
mengikuti langkah Rani. Namun, Ayah yang lebih dulu melangkah dan menentukan
lokasi untuk meletakkan perbekalan mereka.
“Di sini saja, Yah!” ajak Rani pada suatu tempat di bawah pohon kelapa.
“Duh, di sini ya? Kalau kelapanya jatuh gimana?” tolak Ayah.
Ayah takut apa yang ada di dalam pikirannya benar-benar terjadi. Hingga Ayah
pun meletakkan karpet ke samping kirinya agar tidak berada persis di bawah pohon
kelapa. Semua perbekalan diletakkan di sana.
“Nah, minum dulu ya. Setelah itu kalian boleh main,” ujar Ibu.
Rani dan Kak Meta menuruti ucapan Ibu. Setelahnya, mereka langsung berlari
menjauh dan mendekati tepi pantai. Ombak pantai begitu dahsyat. Ombaknya tinggi
sekali hingga membuat Rani dan Kak Meta maju mundur untuk bermain di tepi pantai.
“Kak, kita ke sana aja yuk!” ajak Rani pada pojok, yang ada batu besarnya.
“Oke, siapa takut!” balas Kak Meta. Mereka berjalan menuju batu itu.
“Wah, banyak sekali sampah di sini, Kak!” seru Rani terkejut dengan tumpukan
sampah plastik bekas botol minuman mineral.
“Ya Allah, benar, Dik! Kita pindah saja ke sana ya!” pinta Kak Meta.
“Ngapain juga kita sibuk membereskan sampah-sampah ini ya Kak. Kita kan
bisa main di sana!” tunjuk Rani di tempat yang lain.
Tanpa diduga, Kak Meta mengambil sampah plastik bekas minuman itu, lalu
meletakkannya di tempat yang lebih jauh dari tepi pantai. Melihat Kak Meta melakukan
itu, Rani mengikutinya. Ya, mereka berdua sibuk membersihkan sampah.
“Yeah! Sudah bersih!” sorak Rani.
Tempat bermain mereka sekarang sudah bersih dari sampah. Saat liburan
seperti ini bisa dipastikan sampah akan bertambah banyak.
Akhirnya mereka bermain di sana. Meskipun ombaknya tinggi, air laut tidak bisa
membawa mereka. Mereka aman di dekat batu besar itu.
“Sudah dulu, yuk! Kalian sudah lama banget loh main. Nanti masuk angin pula,”
ucap Ibu yang mengagetkan mereka.
“Bentar lagi ya, Bu,” tolak Rani.
“Tuh lihat bibir kalian sudah pucat. Ayo, cepat ganti pakaian!” ajak Ibu sambil
mengamit tangan Rani, Kak Meta mengikuti. Mereka menuju ke tempat Ayah berada.
Istana pasir yang telah mereka buat tersapu oleh ombak. Pantai kembali seperti
semula. Hening, tetapi menakutkan.
“Bu, tadi banyak sekali sampah. Rani dan Kak Meta membersihkannya.
Kenapa sih orang suka membuang sampah sembarangan?” gerutu Rani.
“Benar, Bu. Kami tadi mainnya sebentar. Yang lama itu membersihkan
sampahnya,” imbuh Kak Meta.
“Wah, kalian hebat! Seharusnya mereka bisa seperti kita kalau pergi ke sini.
Mungkin sampah tidak akan terlalu banyak kalau semua membawa makanan dan
yang dikemas seperti kita,” sambung Ayah.
Setelah menyantap bekal yang ada, Rani, Kak Meta, Ayah, dan Ibu bersiap
pulang. Matahari sudah mulai condong ke barat. Perjalanan panjang akan dilalui lagi.
“Om, tadi kami sudah mengumpulkan sampahnya di sana!” ucap Rani tiba-tiba
melihat petugas kebersihan di tempat parkir dan mengampirinya.
“Nanti sediakan kotak sampah aja, Om. Biar orang enggak buang sampah
sembarangan,” lanjut Rani kembali.
Lelaki muda dengan pakaian bertuliskan petugas kebersihan itu kaget
mendengar ucapan Rani. Ibu memegang tangan Rani. Rani tidak mengerti maksud
Ibu.
“Beri denda aja Om bagi yang suka buang sampah sembarangan!” ucap Rani
kesal.
“Oh, i-ya, Dik. Nan-ti Om lakukan,” balas lelaki muda itu terbata-bata.
Rani merasa lega telah mengatakan semua keinginannya. Semoga saja ketika
liburan ke sini lagi, pantai ini sudah bersih. Rani yakin laut ini akan menjadi lebih cantik
bila tidak ada sampah di sekitarnya.
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.
Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.
Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.
Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.
Bagus tulisannya.lanjutkan berkarya semoga menjadi inspirasi bagi yang lain
Semangat semoga menjadi karya yang bermanfaat untuk masa depan alam.
Berawal dari karya sederhana selamatkan lingkungan selamatkan bangsa dan negara
Tulisannya bagus terus berkarya untuk kelestarian alam kita
Semoga bisa menginspirasi yang lain…
Cerpennya bagus dan menginspirasi
Alhamdulillah…bagus tulisannya…terus semangat berkarya ya
Keren terus berkarya dan sll semangat
Karya yyang bagus terus semangat berkarya semoga bermanfaat bagi nuaa bangsa …… Maju terus dengan karya yg jenius …..
Semangaatttty
Semangat menulis… semangat menjaga lingkungan… kita mulai dari diri kita dan dari hal yang kecil.
Mantap, semoga sukses