Kota Bogor Inisiasi Gerakan Pengurangan Sampah Berbasis Gereja
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun, dan Berbahaya KLHK Rosa Vivien Ratnawati, Wali Kota Bogor Bima Arya, dan Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur saat pencanangan Gradasi di Gereja Katedral, Kota Bogor, Kamis, 3 Maret 2022 (Foto: Beritasatu.com/Vento Saudale)
Bogor, Beritasatu.com – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan 5 gereja katolik Kota Bogor menginisiasi gerakan sedekah sampah Indonesia (gradasi) berbasis gereja. Gradasi diharapkan perubahan perilaku masyarakat dalam pengurangan sampah melalui pendekatan keagamaan.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya KLHK Rosa Vivien Ratnawati dalam sambutannya menuturkan, berdasarkan data pada 2020 total sampah nasional mencapai angka 67,8 juta ton. Itu berarti 270 juta penduduk Indonesia per harinya menghasilkan sekitar 185.753 ton sampah, atau 0,7 kilogram per individunya.
“Pada hari ini, kita mencanangkan gerakan kolekte sampah, karena kami memandang manusia di Indonesia ini religius, mereka pasti kalau diajak tokoh agamanya, pasti mau untuk melalukan pengolahan sampah,” kata Rosa.
Tidak hanya umat nasrani, tahun lalu, KLHK juga mencanangkan gradasi berbasis masjid. Dimulai pada April 2021 dimulai dari 6 masjid penggerak sekarang sudah 44 masjid dan sudah berhasil mengumpulkan lebih dari 30 ton sampah.
Dimana sampah tersebut, berbagai jenis seperti plastik, kaca, kertas, kardus, logam dan elektronik,
Gradasi menjadi gerakan revolusioner dalam mendukung perubahan perilaku publik melalui pendekatan keagamaan.
“Sehingga kita sudah bergerak di masjid menjadi berkah, dengan Muhamadiyah, NU. Sekarang kita bergerak ke gereja Katolik dan kami mengajak keuskupan Bogor untuk bisa menggerakan umatnya,” kata Rosa.
Baca Juga: Sampah Negara Lain Banjiri Raja Ampat Papua Barat, Ancam Biota Lautt
Wali Kota Bogor Bima Arya mengakui, untuk urusan perihal sampah itu cukup rumit. Harus dikerjakan bersama-sama, dengan metode komprehensif dan holistik, dari ujung sampai ke ujung.
Kata dia, mengatasi sampah tidak cukup mengandalkan sistem atau infrastruktur. Tetapi merubah kebiasaan, juga harus pendekatan pendekatan teologis, keimanan melalui jalur-jalur keagamaan.
“Ini menurut kita akan jadi kekuatan yang powerfull, menggerakkan orang dengan kesadaran, bukan hanya digerakkan oleh sistem, bukan hanya lewat infrastruktur, bukan hanya pendekatannya proyek. Tapi kesadaran keimanan. Ini kuncinya,” kata Bima.
Dalam merubah perilaku, mulai 2018, lanjut Bima, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor konsisten untuk mengurangi sampah plastik dan memerlukan sosialisasi selama 1 tahun.
“Bulan pertama bergejolak, di ritel-ritel. Yang agak repot itu emak-emak, tapi nggak lama, selesai juga itu dan itu berhasil juga mengurangi tumpukan sampah kita sebanyak 1,6%,” kata Bima.
Bima pun mempunyai target tahun ini, pelarangan penggunaan kantong plastik dapat dilakukan di pasar tradisional dengan target mengurangi 3% sampah Kota Bogor dari 600 ton per hari.
Sementara, Mgr Paskalis Bruno Syukur selaku selaku Uskup Bogor dalam sambutannya menyampaikan, Gereja Katolik Keuskupan Bogor berusaha dapat membantu merawat ekologi guna menjaga lingkungan Bogor tetap asri.
“Kalau kita berlaku baik kepada sesama, kita pasti akan berlaku baik juga pada alam semesta ini, dalam hal ini fokus pada masalah sampah, tidak hanya membuang sampah, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan, agar wilayah Bogor tetap asri,” katanya.
Artikel ini telah tayang di https://www.beritasatu.com dengan judul “Kota Bogor Inisiasi Gerakan Pengurangan Sampah Berbasis Gereja”,
Klik untuk baca: https://www.beritasatu.com/megapolitan/897959/kota-bogor-inisiasi-gerakan-pengurangan-sampah-berbasis-gereja
By beritasatu.com
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!