Aku Dan Laskar Sampah Laut
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
Post Views: 0
Aku Dan Laskar Sampah Laut
Karya : Kanaya Ayundya Efendi
Sore itu langit memerah, menampakkan pesona gagahnya. Sekumpulan burung melintas di bawah kungkungan senja, berarak membentuk sebuah gugus bergambar rantai.
Masih sama seperti sore sebelumnya, aku betah berlama-lama meamandang hamparan butiran pasir yang tersapu riak-riak ombak, yang sangat sayang untuk dilewatkan. Begitu pula dengan gemerisik deburan ombak yang menghempas karang, menjadi tautan nada yang menenangkan gendang telingaku.
Sejauh mata memandang, mencoba awas meneliti dan menghitung sudah berapa panjang jejak kaki melangkah menyusuri bibir pantai dengan tentengan karungku yang sebesar tubuh kecilku, dan sebatang besi yang ujungnya berpengait hasil karya sesuai imajinasiku. Yah, setidaknya meski hasilnya kasar tapi sudah cukup berjasa mengait sampah-sampah yang tercecer ulah tangan manusia yang berpikiran kerdil.
Namaku Dini Andaru. Bulan ini usiaku genap 12 tahun. Angka yang bagiku nampak keren, karena ibuku sering mendengungkan kalau usia ini aku bukan anak kecil lagi, dan aku tidak boleh tumbuh dengan sifat cengeng dan aleman.
Lingkungan tempatku bertumbuh, dan sosok ibu yang seorang pegiat lingkungan, sedikit banyak membentuk karakterku menjadi anak petualang dan sedikit preman menurut teman-temanku.
Pantai sudah menjadi wilayah kekuasaanku. Dan aku paling benci ketika mata bertumbukan dengan manusia-manusia yang dengan seenaknya merusaknya tanpa memikirkan akibat dari perbuatan mereka.
Seperti sore ini. Belum lepas rasa kagumku atas maha karya Sang Pencipta, telinga dan mataku terusik dengan ulah sekelompok pemuda yang dengan seenaknya membuang sembarangan sampah bungkus makanan dan kaleng minuman di pantai. Dengan gemas dan menahan kekesalan, kucoba mendekati abang-abang yang berulah itu. “Maaf bang”, kataku mencoba memulai percakapan dengan sesopan
mungkin. “Bekas sampah makanan dan minuman abang sebaiknya dibuang di wadah sampah, bang. Wadahnya warna oranye di sebelah kanan abang”.
“Yaelah, jang sok-sokan deh kamu neng, baru juga seumur kuncrit sudah berani menggurui kita-kita. Emang siapa bapakmu berani negur kita?!”… Darahku berdesir mendengar tawa bahak mereka mencemooh.
“Bukan menggurui, bang. Saya kan hanya kasih tunjuk ke abang, kalau sampahnya abang bisa dibuang di tong sampah warna oranye itu. Abang kalau buang sampah itu ke bibir pantai, nanti sampahnya akan lari ke laut dan bisa merusak sistem laut”. Lanjutku mencoba menjelaskan.
“Halah, tau apa kau anak kecil !!” hardik pemuda yang tampak paling tua di kelompoknya. “Ini bukan tempat nenek moyangmu hai bocah, hingga seenak jidatmu melarang-larang kesenangan kami !”. Suara mereka mulai meninggi, tapi entah kenapa tak membuatku merasa takut apalagi membuat langkahku mundur untuk mengingatkan abang-abang itu.
“Bukan begitu, bang, apa susahnya abang membuangnya di wadah yang tak jauh dari abang, tidak bikin capek kan bang”, kataku lagi.
“Sana minggir ! bocah ingusan ini sudah buang-buang waktu kita gaes ! Ha ha ha ha ..”
Mereka tak menggubris apapun yang sudah kuupayakan. Sambil tertawa terkekeh, mereka berlalu dan tetap menuju bibir pantai dengan sampah kaleng yang ditendang-tendang menimbulkan suara berisik. Aku tak berhasil mencegah mereka.
Sekalipun dengan perasaan dongkol, kujejalkan kaki telanjangku dalam selimut butiran pasir. Sensasi hangat pasir sisa sengatan surya siang tadi, nampaknya bisa menurunkan kadar dongkolku. Sambil kuseret kantong besar yang sedari tadi kucengkeram di tangan kiriku, segera aku berlalu mendekati sampah bungkus makanan dan bekas kaleng minuman yang sudah terombang ambing buih riak, dan bakal segera tergulung ombak kalau aku tidak cepat menyesernya.
“Aaaaaarrrggh.. gak pernak sekolah apa abang-abang tadi ?!!” sungutku..”Tampangnya saja keren dan terlihat terpelajar, hhh kok seperti itu kelakuannya “ manyunku sambil kuseret kembali karungku meninggalkan bibir pantai.
Seiring warna keemasan surya yang mulai memudar, kuayunkan kaki ini menuju kembali ke rumah, rumah ternyaman dan terhangat bagiku.
Sesampai di rumah, aku bergegas menuju gudang sederhana yang sengaja ayah buat di samping rumah, sebagai tempatku melakukan berbagai project lingkungan. Aku dan ayah menyebut tumpukan sampah yang sudah kami kumpulkan sebagai “Investasi Harta Karun”.
Gudang rumahku ini juga menjadi basecamp untuk anak-anak seusiaku yang memiliki kesenangan berpetualang yang sama. Di tempat ini, aku dan teman-teman belajar mengenal jenis sampah, memilahnya, kemudian mengolah kembali menjadi sebuah karya yang memiliki nilai jual dan bisa dinikmati kecantikannya. Dalam gudang inilah lahir geng yang anggotanya adalah diriku sendiri, Hana, Iva, Bian, dan Farid, dan geng ini kami beri nama “Laskar Sampah Laut”.
Setiap hari, kami berusaha menyisihkan setidaknya dua jam untuk menyisir bibir pantai, dan menjaring sampah-sampah yang tertinggal di sana.
Ada kejadian yang menjadi motivasi untukku dan teman-teman laskar sampah laut lebih giat dalam melakukan perlindungan pantai dari sampah manusia.
Kala itu, ketika aku dan teman-teman sedang asik bermain voli di pantai, kami melihat seekor kura-kura yang mengucurkan darah dari hidungnya. Mata kura-kura itu berair seperti menahan rasa sakit yang teramat. Dari lubang hidungnya, kami melihat semacam pipa plastik yang menancap masuk ke dalam lubang hidung. Tanpa pikir panjang, aku ajak teman-teman untuk menggotong kura-kura itu ke basecamp kami.
Dengan langkah cepat, seolah aku berburu dengan waktu takut binatang itu mati atau semakin merasa sakit, aku jemput ibu yang saat itu sedang membina kelompok nelayan untuk memperbaiki terumbu karang. Aku jelaskan singkat dan cepat kejadian yang kami lihat, dan ibu bergegas pulang mengikuti langkahku mengambil beberapa peralatan yang dirasa perlu.
Ibuku selalu terlihat keren dan istimewa dimataku, bukan karena aku anaknya, tapi karena setiap yang dilakukan oleh ibuku benar-benar membuatku bangga dan tentu saja menginspirasiku.
Seperti yang dilakukan kali ini pada kura-kura kesakitan itu. Ibuku dengan cekatan melakukan tindakan bak seorang dokter hewan profesional. Ibuku sangat teliti dan berhati-hati melihat kondisi hidung dan kemungkinan yang bisa dilakukan untuk mengambil benda yang tersangkut tanpa membuat cidera lebih parah.
Dengan perasaan dag dig dug juga, kami memperhatikan yang dilakukan ibu. Hingga pada akhirnya benda itu berhasil dikeluarkan, dan tampak berkurang rasa
sakit yang dirasakan kura-kura. Dari mata si kura-kura, seolah mengatakan berterima kasih atas yang sudah kami lakukan.
Benda yang tersangkut itu ternyata adalah sebuah sedutan kokoh yang salah satu ujungnya termasuki batang tanaman dan tertancap di hidung kura-kura saat binatang itu mungkin sedang berenang atau mencari makanan.
Dari kejadian itulah, aku dan teman-teman laskar sampah laut berusaha sebisa kami untuk menjauhkan sampah-sampah buangan pengunjung pantai dari area pantai terutama bibir pantai.
Kami juga belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik dan sopan untuk bisa mengingatkan pengunjung pantai yang membuang sampahnya sembarangan. Tidak selalu berhasil memang, tetapi setidaknya kami sudah melakukan semampu kami.
Dari laut dan pantai yang menjadi pijakan kami “Laskar Sampah Laut”, aku dan teman-teman belajar arti menghargai. Menghargai alam, menghargai sebuah kehidupan dari makhluk selain kami, agar kami bisa terus hidup berdampingan dengan baik, karena kami saling membutuhkan.
Kami belum merasa lelah untuk terus belajar. Belajar mencintai dan merawat lingkungan tempat hidup kami. Laut yang memberikan banyak manfaat untuk masyarakat pesisir dimana kami tinggal. Pantai yang menjadi tempat kami belajar mengenal alam.
Mungkin yang aku dan teman-teman laskar sampah laut lakukan, tampak sebagai hal kecil. Tetapi ibuku pernah berpesan, jangan ragu untuk melakukan kebaikan sekalipun itu terlihat kecil dan sederhana, karena bisa jadi dari hal kecil yang kita lakukan, suatu saat akan memberi dampak besar bagi yang lainnya untuk merasakan kebaikannya.
Langit mulai menggelap, diiringi suara deburan ombak yang mulai merajai senja yang kian petang. Rasa syukurku kian membuncah atas karunia alam dari San Maha Kuasa.
Kami sadar, masa depan alam ini menjadi tanggung jawab kami. Dan dari sinilah, bersama laskar smapah laut kami memulai untuk mempersiapkan masa depan itu.
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.
Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.
Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.
Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.
Ceritanya menarik, semangat
Terima kasih Bu Fenti untuk bimbingannya
Ceritanya menarik sekali mbak kanaya..
Terima kasih Bu Fenti
Adik… mari berjuang bersama paguyuban pantai bersih selok awar awar Kabupaten Lumajang, Jawa Timur yang di panndegani pak Tomi
Terima kasih Bapak untuk motivasinya..
pingin sekaliiii.. tapi naya harus sekolah setiap hari.. bagaimana ya?
Teruskan prestasimu
Terima kasih untuk setiap kesempatan yg diberikan buat Kanaya
Bahasa nya sangat puitis cara menceritakan nya sangat detail
Dan pesan yang dibawakan sangat baik mengajak kita semua untuk menjaga bumi…selamat terus diasah ketrampilan menulisnya👍👍👍
Terima kasih Ibu Rosalia sudah berkenan membaca tulisan dan menyemangati Kanaya
Good luck girl…semangat dan terus berkarya…
say big thanks to Mr. Agung.
Luar biasa God job nak … Nemu aja isi ceritanya sukses selalu ya nak
Mantab, bagus sekali, sangat inspiratif
Terima kasih Bapak Aji berkenan memberi dukungan untuk Kanaya
Sederhana memberi contoh untuk berbuat kebaikan.. Sekecil apapun adalah upaya yang berbuah besar.
Terima kasih Ibu Hertutik sudah berkenan memberikan dukungan dan motivasi Kanaya untuk terus berbuat baik
Keren banget ceritanya untuk raise awareness kebehatan ekosistem laut dan sekitarnya.
Terima Kasih Ibu Santi motivasi untuk Kanaya agar terus berbuat baik
Amazing sangat menginspirasi 👍👍👍💪💪💪💚🧡💙
Terima Kasih Ibu Dokter dukungan untuk Kanaya
Mari bergerak, selamatkan laut kita dari sampah.
Be a part of solution not part of the polution..
big thanks to Mrs. Kristin
for your attention and motivation
Kesadaran dari kecil berbuah kemandirian akan cinta lingkungan
masa depan bumi ini bergantung pada generasi kami
big thanks to Mrs. Hertutik
Thanks a lot.
u r welcome Sir
ceritanya menarik, meskipun kadang risih dengan beberapa sikap oknum yang tidak bertanggungjawab
iya Bapak.. mama sering mengajak saya memotret orang orang yg buang bungkus jajan sembarangan.. hehe
Good
thank you Sir
Siip
Terima Kasih Bapak
Adik adik…
Ajak para penguasa laut lain untuk ikut menjadi pasukan kalian, siapa dia? Para pelaut pelaut yg tiap hari mereka berpelukan erat dengan laut, para nelayan ini punya darah abadi sebagai pelindung laut…..
Semangat Adik Kanaya😍
waah, Kanaya jd pingin cepat gede.. biar bisa berpetualang bersama penguasa laut lain, melindungi laut Indonesia
Terima kasih bapak
Terus berkarya, tetep semangat
Terima kasih Bapak atas motivasinya
Menuju indonesia yang bersih dan sehat, masyarakat sehat, Ekonomi rakyat sehat , Sampah harus .bersih dari bumi dan laut di Imdonesia,
Terima kasih Bapak motivasi untuk Kanaya
Top markotop
Kecil kecil cabe rawit mbk Kanaya Efendi👍
Terima kasih Ibu motivasi untuk Kanaya. katanya mama Kanaya masih harus banyak belajar. hehe
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Terima kasih 🙏
Kereeen, semangat berkarya!
Terima kasih om dan tante
Saya kagum ..masa depan alam ini menjadi tanggung jawab kami. Dan dari sinilah, bersama laskar smapah laut kami memulai untuk mempersiapkan masa depan itu.
Hebat ..mantap ..Terus semangat nak cantik KAE ,.lope lope ♥️♥️
Terima kasih Ibu Sofi atas dukungan dan motivasinya.
Keren bangettt karya nyaa👌👌🙏🏻🙏🏻
Terima kasih utk dukungannya
Sudah ada bakat nih..
Lanjuuutkn anak cantik..
Terima kasih Ibu Anita, sudah memberikan motivasi untuk saya
Bagus mbk naya😍semangat💪terus gali prestasimu👍👍
Terima kasih Ibu Riris untuk dukungan dan motivasi buat saya
Subhanallah nak..
Semangat, dan terus berkarya…
Terima kasih Ibu Alif.. mohon KANAYA didoakan agar semangat membuat tulisan lagi
Keren mbk kanaya….. Semoga kelak menjadi penulis yang hebat
Terima kasih tante.
katanya mama ada dokter yang juga seneng menulis. KANAYA pingin seperti itu.
Terima kasih Ibu Devy sudah mendukung dan memotivasi saya
Kecil-kecil cabe rawit.. Ttpi anaknya cerdas biar bisa membanggakan orang tuanya… Maju terus Nak.. Semoga sukses Nakk!???!!?????!
Terima kasih Bapak untuk motivasi dan dukungan buat KANAYA
Luar biasa anak hebat
Terima kasih Ibu Ruly untuk motivasi dan dukungan buat Kanaya
Keren sekali ceritanya dan menginspirasi mbak Kanaya
Terima kasih untuk dukungan dan motivasinya buat saya Ibu Candysa
Keren sekali ceritanya dan menginspirasi mbak Kanaya
Lanjutkan!, Sepertinya berbakat dibidang sastra 😍
Terima kasih Ibu Elfina. Katanya mama saya masih harus banyak belajar 😊
Terbaik
thank you Om
Terus..? da tambahan lainnya? 🙂
Tulisan yang menarik, terus berkarya Kakak Kanaya…
Terima kasih Ibu Kiki sudah memotivasi Naya. Katanya mama, naya masih harus banyak belajar dan banyak membaca dari cerita dan dongeng lainnya.
Indonesia negara maritim ayo kita jaga laut kita
Jangan Lupa Bahagia KAE 02
thank you for your coment, spirit, and motivasion Mister AE 🙏🙏😘😘
Hallo, Kanaya 💕 Wah, tulisannya keren sekali. Kakak sampe ingin kenalan lho. Oh ya, kalau boleh kasih saran untuk penggunaan kata “yang” dalam satu kalimat akan lebih efektif jika dikurangi ya, Sayang. Terus… Untuk kata sapaan/panggilan bukankah seharusnya pakai huruf besar ya? Seperti misalnya: “Maaf, Bang.” atau “Yaelah, Jangan sok-sokan Kamu, Neng”
Btw pilihan diksinya sudah cakep, terus berkarya, dan tetap semangat.
Terima kasih Kakak Fytrya.. Kanaya seneng banget koreksi dari Kakak. Kanaya memang harus banyak berlatih menulis dan membaca, cuma saat ini masih harus fokus sekolah karena jadwal di sekolah juga sampai sore.
Senang berkenalan dengan Kakak.