Gerakan Samudra
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
Post Views: 0
Gerakan Samudra
Karya : Cira Raysha Kayana
Samudra baru saja terbangun dari tidurnya. “Hoah…..”. Terdengar suara Samudra menguap. Pagi itu udara cukup dingin. Ia bergegas mencari ibunya. ”Buuu….!!!, ibu dimana?” kata Samudra sambil berkeliling mencari ibunya.
Sampai di dapur ia menemukan sebuah catatan yang ditinggalkan sang ibu di pintu kulkas. ”IBU PERGI KE PASAR” tertulis di catatan tersebut. Sambil bergumam ia menuju ruang keluarga untuk menonton televisi.
Di hari Minggu, ia kerap menghabiskan waktu untuk menonton acara Discovery Channel di televisi, Animal Planet adalah acara kesukaannya. Biasanya ibunya akan menemaninya sambil memasak makanan favoritnya, yaitu pindang ikan kerapu.
Samudra sangat suka makan ikan, mungkin ada hubungannya dengan nama pemberian ayahnya, yaitu “SAMUDRA” yang artinya lautan. Selain itu Ia juga sangat menyukai hal yang bernuansa alam. Kegemarannya akan alam membuatnya sering pergi berlibur bersama keluarganya ke pantai, tetapi semenjak pandemi Covid-19 kegiatan tersebut menjadi terbatas dan sudah jarang ia lakukan.
Ayah Samudra adalah seorang pelaut. Semenjak ayahnya kembali berlayar, ibunyalah yang menjadi penghibur hati bagi Samudra. Karena jenuh menunggu ibunya, ia bermain remot sambil memindahkan saluran televisi.
Samudra terkejut melihat sebuah berita di televisi tentang ditemukannya seekor paus yang terdampar mati di perairan Sulawesi Tenggara. Paus tersebut menelan hampir 6 (enam) kilogram sampah plastik dan sandal jepit. Berita ini membuat hati Samudra sedih. Kepeduliannya terhadap lingkungan dan alam sekitarnya menjadi terusik.
Ia cemas akan lautan yang menjadi sumber kehidupan bagi mahluk hidup dan biota laut sudah tercemar sampah plastik. Ia membayangkan bagaimana seekor paus mati tersiksa dengan lambung yang penuh sampah plastik.
Tak berselang lama ia mendengar suara ibunya. Rupanya sang ibu sudah berada di rumah. “Sam… Sam… Bantu ibu membersihkan ikan kerapu ini” kata ibunya sambil memberikan ikan kerapu seberat 1 kg kepada Samudra. “Baik bu” ucapnya.
Samudra lalu menyiapkan alat pembersih ikan yang biasa di gunakannya sambil menyayat perut ikan secara perlahan. Samudra berteriak “Bu coba lihat deh, di perut ikannya ada sampah bungkus permen dan sendok plastik” kata Samudra dengan penuh keheranan”. Wah… Sudah separah ini kerusakan ekosistem laut” kata
ibunya. “Ini tidak bisa dibiarkan Bu” ujar Samudra. Ia bingung melihat ikan kesukaanya yang perutnya penuh dengan sampah plastik.
“ Bu… Jika seperti ini terus, laut kita akan rusak. Kita tidak akan bisa bertahan tanpa sumber daya alam laut. Itu kata guru Samudra Bu. Bu guru juga berkata bahwa ini harus dimulai dari diri sendiri.
Kita juga harus disiplin tidak lagi menggunakan barang-barang yang mengandung plastik yang akhirnya terbuang dan mengalir menuju laut karena sampah plastik itu sangat sulit untuk terurai dan bisa sampai bertahun-tahun loh bu” ucap Samudra.
“Ibu tau ngak, sekarang ini negara kita merupakan salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. Selain itu negara kita juga menduduki peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik di laut yang mencapai 187,2 juta ton.
Rupanya sampah tersebut berasal dari daratan yang tidak ditanggulangi dengan baik hingga akhiranya bermuara ke laut dan sebagian menjadi makanan bagi hewan laut. Oh iya bu, selain itu ditemukan pula banyak penyu mati di sekitar pantai dengan kondisi tenggorokan terdapat sedotan plastik” jelas Samudra.
”Sam… Bagaimana jika kamu memberitahu teman-temanmu akan pentingnya menghindari sampah plastik”? kata ibu. “Teman kamu kan banyak. Kamu bisa minta bantuan mereka agar mereka juga bisa ikut peduli”.
Ujar ibunya. “Wah iya,benar, ide ibu luar biasa. Terimaksih ya bu” jawab Samudra sambil berlari mengambil kamera dan memotret ikan kerapu yang perutnya penuh sampah tersebut.
Setelah membantu ibunya, Samudra kembali ke kamarnya dan mulai memikirkan apa yang harus ia lakukan. ”Ehmm… Bagaimana ya agar masyarakat sekarang bisa lebih peka terhadap lingkungannya?” pikir Samudra.
Sebagai pelajar di era modern ini, Samudra mempunyai akun sosial media dan beberapa grup pertemanan baik di sekolah maupun di luar sekolah yang kerap ia manfaatkan sebagai sarana berbagi informasi.
”Oh ya… Bagaimana jika aku mempublikasikan foto perut ikan yang aku ambil tadi untuk kujadikan poster kampanye di media sosial” gumamnya. Ia mengunggah foto tersebut dengan hastag dan tagar “say no to plastic!!!”.
Samudra juga mengirimnya ke beberapa grup sekolah dan teman- temannya. Tak berselang lama kemudian, laman media sosialnya dipenuhi komentar dan juga like. Teman-temannya mulai ramai ikut berkomentar ”Ya ampun, mengerikan sekali ya.
Kita bisa ikut tercemar limbah plastik”. “Terus gimana nih? Apa kita harus berhenti makan ikan?”. “Kita harus menghentikan semua ini. Kita harus menyelamatkan laut kita!”. Demikian komentar teman-temannya. Keriuhan di
grup sekolah mulai terjadi, sehingga membuat ibu guru turun tangan untuk menengahi dan ikut memberikan komentar.
”Anak-anak, melihat kejadian yang dialami oleh teman kalian Samudra, memberikan pelajaran bagi kita akan pentingnya menjaga lingkungan terutama cara mengurangi pembuangan sampah plastik.
Ibu berencana hari Senin besok di sekolah kita akan mengadakan pelatihan gratis cara mengolah limbah plastik dengan benar” kata ibu guru. “Setuju…” balas hampir seluruh siswa sekaligus mengakhiri diskusi online mereka pada hari itu.
Hari Senin adalah hari yang ditunggu oleh Samudra dan teman-temannya untuk mendapatkan pelatihan cara mengelola sampah plastik sebagaimana telah dijanjikan oleh ibu guru. Kegiatan pelatihan tersebut berjalan dengan lancar.
Banyak materi penting yang disampaikan oleh narasumber diantaranya penting adanya Bank Sampah, pengolahan sampah plastik menjadi eco brick dan cara mengelola marine debris yang masih asing di telinga anak-anak.
Samudra dan teman-temanya tampak puas. Di acara tersebut dibentuk pula beberapa kelompok dari tiap siswa untuk memberikan kampanye tentang kesadaran lingkungan sekitar. Pemenangnya akan mendapatkan gelar sebagai The Best Agent of Change (agen perubahan).
“Ehm…, program apa ya yang harus kita ciptakan?” ujar salah seorang teman Samudra. “Ahaa… aku punya ide” sahut Samudra. Ia dan teman-temannya kemudian membuat sebuah program yang diberi nama “Gerakan Samudra”.
Pada pelaksanaan program itu, ia dan beberapa siswa berkoordinasi dengan Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut. “Gerakan Samudra” mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam upaya menjaga lingkungan sekitarnya. Program itu meliputi 4R, yakni Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang), dan Replace (mengganti).
Program ini juga meliputi Gerakan Pilah Sampah dari Rumah, Gerakan Bank Sampah, dll. “Gerakan Samudra” tidak hanya berperan dalam menjaga lingkungan sekitar, tetapi juga berperan dalam memajukan ekonomi masyarakat di sekitar lingkungannya, yang mana beberapa sampah plastik dan kaleng yang dapat didaur ulang diberikan kepada pemulung yang membutuhkan.
Pada akhir acara, Samudra terpilih menjadi The Best Agent of Change yang berhasil mengedukasi siswa tingkat SMP/MTs untuk ikut menjaga lingkungan sekitar dengan program “Gerakan Samudra”. “Hore…” pekik sorak-sorai teman-teman Samudra kala melihat kalungan bunga di leher Samudra.
Sejak saat itu program “Gerakan Samudra” mulai dikenal masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Seiring berjalannya waktu, hasil program tersebut mulai terlihat. Perubahan di lingkungan tempat tinggalnya menjadi lebih baik dan lebih bersih. “Laut… Ini gerakanku untukmu” bisik Samudra sambil tersenyum.
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.
Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.
Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.
Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.
Mantap… Menginspirasi banget…
Sangat mendukung sekali program ini
Jaga laut kita
Jaga lingkungan kita
Ayo sayangi lingkungan jaga alam
Cara menyelamatkan biota laut adalah dengan tidak membuang sampah sembarang di laut..
Jaga laut kita untuk Indonesia bebas dari sampah plastik
Sampah masih menjadi PR besar bagi Indonesia
semoga semua warga Indonesia bisa lebih paham dalam menjaga kebersihan
Karya nya bagus banget, saya sangat suka sekali, semangat terus untuk Cira Raysha Kayana!
Top…
Good luck cira
cira raysha👍🏿
Mantaap
Very inspiring
Lingkungan tanggungjawab kita bersama
Good job kak cira❤️
Mantap…menginspirasi sekali