Laut Tak Pernah Salah
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
Post Views: 0
Laut Tak Pernah Salah
Karya : Mareta Orchid Paradischa
Jangan hadir hanya untuk menikmati keindahannya. Akan tetapi jagalah dengan bijak agar anak cucu kita kelak tetap bisa menikmatinya.
“Raf, bosan. Enaknya siang ini ngapain, ya?”
“Pergi mancing, yuk! Setelah itu kita bakar ikannya.”
Kedua pemuda kecil itu pun segera mengambil alat pancing dan pergi ke sungai dekat rumah. Mereka sudah terbiasa memancing bersama ketika sedang tidak ada kegiatan.
Di sela-sela memancing, Alfian tiba-tiba saja bertanya. “Raf, bagaimana pendapatmu tentang ekosistem laut saat ini?”
“Masih banyak yang harus dibenahi lagi. Terutama pola pikir kita. Jika melihat keadaan laut saat ini, terkadang timbul rasa sedih.”
“Kenapa, Raf?”
“Coba deh kamu perhatikan keadaan laut kita saat ini! Bagaimana?” Alfian masih diam mencerna pertanyaan dari Rafa.
“Al, berbagai masalah lingkungan yang saat ini terjadi akibat pembangunan yang tidak berkelanjutan, lautan pun terkena dampaknya. Permasalahan seperti polusi laut dan pesisir, perubahan iklim, dan perusakan habitat terus terjadi.
Meningkatnya permintaan akan sumber daya, kemajuan teknologi, penangkapan ikan berlebihan, serta tata kelola dan penegakan hukum yang belum memadai juga berkontribusi terhadap kemerosotan kualitas laut. Penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur juga berlanjut, mengakibatkan eksploitasi sumber daya secara berlebihan.
Terumbu karang terancam oleh penangkapan ikan yang tidak bertanggung jawab dan tidak diatur. Rusaknya terumbu karang pun diperparah oleh perubahan iklim global yang menyebabkan pengasaman dan pemanasan lautan.”
“Ih benar juga.” Alfian setuju dengan penjelasan dari Rafa.
“Selain itu, kamu tahu nggak apa saja yang bisa merusak ekosistem laut?”
“Indonesia adalah penyumbang sampah plastik di laut terbesar kedua di dunia setelah Cina. Pada tahun 2010, sekitar 1,29 juta ton dari total 3,2 juta ton sampah plastik di Indonesia berakhir di laut.
Pencemaran plastik tidak hanya merugikan bagi makhluk hidup di lautan, tetapi juga kita manusia yang berada di bagian atas rantai makanan. Selain itu, tanaman bakau telah banyak menghilang akibat konversi ke budidaya udang dan minyak sawit pada tingkat yang mengkhawatirkan.”
“Nah, kan. Sayang banget sebenarnya.”
Tiba-tiba tangan Rafa bergerak dengan cepat. Rupanya ada ikan yang berhasil memakan umpannya. Rafa segera menarik alat pancingnya dan memasukkan ikan tersebut ke dalam timba air yang mereka bawa. Perihal memancing, Rafa memang tidak perlu diragukan lagi.
Dua jam sudah mereka duduk di pinggiran sungai. Matahari perlahan sudah mulai condong ke arah barat. Kedua pemuda kecil itu segera membereskan alat pancing dan membawa pulang beberapa ikan yang berhasil didapat.
Sembari mengolah hasil memancing hari ini, mereka kembali melanjutkan diskusi mengenai laut dengan ditemani Kak Indah, kakak dari Alfian. Sesekali Kak Indah juga ikut mengeluarkan pendapatnya. Tidak lupa diselingi dengan canda tawa agar tidak terkesan terlalu serius.
“Kalian tahu nggak Indonesia memiliki julukan apa karena wilayah lautnya yang lebih luas?” tanya Kak Indah.
“Maritim, Kak,” jawab Alfian dan Rafa bersamaan.
“Pintar. Indonesia secara geografis adalah negara yang memiliki wilayah kelautan yang luas. Indonesia juga memiliki beribu-ribu pulau.
Oleh karenanya Indonesia dijuluki sebagai negara maritim. Indonesia adalah negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar dibandingkan dengan daratan.
Wilayah perairan yang luas tersebut membuat Indonesia menjadi negara yang kaya akan sumber daya laut. Ekosistem laut Indonesia pun juga sangat beragam hingga memiliki potensi yang kuat untuk dikembangkan. Kan sayang kalau hanya dibiarkan atau ditelantarkan saja.”
“Lalu, bagaimana cara kita mengembangkan potensi laut yang kita miliki, Kak?” tanya Rafa.
“Banyak, Raf. Perlu kalian ketahui, pemuda merupakan aset pembangunan bangsa di masa yang akan datang. Nah, pastinya perannya sangat dinantikan oleh Indonesia yang memiliki kekayaan laut yang melimpah.”
Rafa yang penasaran pun langsung bertanya. “Mengapa begitu, Kak?”
Dengan sabar Kak Indah menjelaskan, “Hasil laut dan sumber daya alam serta sector pariwisata bahari yang dikelola dengan baik, tidak menutup kemungkinan akan menjadi salah satu sumber penghasilan negara yang menjanjikan. Kekayaan yang ada tentunya akan lebih besar apabila dikembangkan dengan lebih baik lagi.
Namun, di sini juga diperlukan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Baik itu pemerintah, infrastruktur dan masyarakat sendiri. Dan di sinilah tentunya pemuda sebagai bagian dari masyarakat memiliki andil yang besar untuk terus menjaga perkembangan potensi laut.”
“Tapi, terkadang aku gemas ketika melihat masih saja ada yang membuat sampah sembarangan ketika sedang bermain di sekitar laut. Dalihnya karena ada petugas kebersihan.” Aldo mengeluarkan unek-uneknya dengan sedikit kesal sembari membayangkan sosok-sosok yang masih belum mengerti arti menjaga lingkungan seutuhnya.
“Hmm, lalu pendapat Alfian bagaimana?”
“Ya kesal, Kak. Jika hanya petugas saja yang menjaga kebersihan, itu sangat tidak mungkin. Kebiasaan buruk jika tidak segera diubah, akan tetap dilakukan di mana saja. Tidak menutup kemungkinan, bumi ini nantinya juga akan semakin banyak timbunan sampahnya.”
“Nah, kira-kira apa yang akan kalian lakukan jika mengetahui hal demikian?”
“Kalau ini sih dimulainya dari diri sendiri, Kak. Sebab, jika kita tidak terbiasa, mengingatkan yang lain pun tidak akan mungkin dilaksanakan.”
“Benar sekali. Yuk, dimulai dari sekarang untuk menjaga dan mencintai lingkungan sekitar.” Aldo dan Rafa hanya mengacungkan kedua jempolnya di depan Kak Indah.
Tanpa sadar, ikan yang mereka masak sudah matang. Rafa dan Alfian membantu Kak Indah untuk menatanya di meja makan. Mereka pun makan dengan lahap. Usai makan, kedua pemuda kecil itu membantu Kak Indah membereskan meja makan.
“Al, udah hampir jam 4 sore, aku pamit, ya. Besok kita mainan lagi.” Rafa pamit usai semuanya tampak bersih.
“Iya, Raf. Hati-hati, ya.” Rafa mengangguk sembari tersenyum.
“Kak, kapan-kapan boleh diskusi lagi kan? Sepertinya aku ketagihan dengan diskusi kita kali ini!” Rafa bertanya dengan penuh harap.
“Tentu saja. Kamu boleh ke sini kapan saja, Raf. Nanti kita diskusi lagi bersama. Mau bahas apa saja terserah kalian.”
Rafa tersenyum dan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Alfian dan Kak Indah. Banyak ilmu yang dia dapatkan hari ini. Terutama tentang bagaimana cara merawat lingkungan laut.
Sebenernya banyak yang bisa kita pelajari dari laut. Terima kasih, laut untuk keindahan dan karya terbaikmu. Melalui sajak ini, kutitipkan untaian kekagumanku padamu laut. Aku tahu, engkau pun pasti akan menghargai mereka yang tidak serakah dan senantiasa bersabar menjagamu.
Benarlah ilmu padi, ‘semakin berisi semakin merunduk’. Ilmu ini berlalu pula rupanya padamu, laut. ‘Belajarlah dari laut. Semakin dalam, semakin tak bergemuruh’.
Sekali lagi, terima kasih, batin Rafa sembari mengayuh sepedanya dengan diiringi senyuman. Senyuman yang menjadi awal tumbuhnya banyak harapan yang menanti untuk diwujudkan satu per satu.
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.
Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.
Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.
Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!