Petuah Sang Bumi
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
Post Views: 0
Petuah Sang Bumi
Karya : Rizka Fakhrun Nisa’ Fitriyah
Aku yang membaca promosi tersebut membelalakkan mata lebar penuh senyum haru. Novel Bumi dan ceritanya kini akan segera difilmkan. Aku sebagai penggemar top one sangat bahagia sekaligus bangga terhadap perjalanan penulis dari terbit hingga kini novelnya tersebut difilmkan.
“Pak…. Bapak… Majalah nya aku pinjam dulu, ya?” ucapku sedikit berteriak dari dalam rumah.
Sayup-sayup ku mendengar suara bapak dari luar mengatakan “iya” berarti majalah ini tidak masalah jika ku pindahkan ke kamar ku semua.
Majalah hasil pinjaman dari Bapak satu per satu ku tumpuk diatas kasurku. Setelah genap sepuluh tumpukan, aku langsung meloncat ke atas kasur sembari mengambil satu tumpukan untuk kubaca terlebih dahulu.
Aku yang tertarik mengikuti webinar tersebut langsung saja membalikkan majalah ke halaman berikutnya. Nampaknya persyaratan ini tidaklah sulit setelah ku baca sampai akhir. Tapi, yang membuatku salah fokus adalah persyaratan nomor 5 yang berbunyikan, “tiket webinar akan
diberikan jika teman teman mempunyai sampah berupa plastik dan botol.” Jika memang persyaratan itu benar, itu memang tak sulit untukku. Aku biasa menggunakan plastik dan botol setiap hari, jadi untuk apa aku mencarinya lagi?
Tanpa berpikir panjang, akhirnya aku mendaftarkan diri melalui pendaftaran online dengan scan code di kolom persyaratan tersebut. Berapa menit kemudian, pihak webinar mengirimi ku pesan melalui email. Setelah ku buka, ternyata tiket webinar. Syukurlah… Hati ku bak terdapat kupu kupu yang berterbangan sangking gembiranya aku mendapatkan tiket tersebut.
******
“Kanya… Bapak mau kerja bakti. Kamu ga sekalian ikut?” Tanya Bapak membuat konsentrasi ku membaca majalah terbuyar seketika.
Aku menggelengkan kepala cepat, “Kanya ga ikut dulu, Pak. Kanya mau baca majalah aja” Jawabku membuat Bapak menautkan kedua alisnya.
“Ga biasanya kamu baca majalah sampai kaya gini. Emang baca apa, nak?” Aku menatap Bapak dengan mata yang memerah akibat terlalu lama membaca majalah, “Gapapa, Pak. Isi majalah ini ada cuplikan novelnya, jadi Kanya ketagihan baca” Jawabku terkekeh kecil.
Bapak seperti terheran melihatku yang tiba tiba suka membaca majalah. Namun, karena tetangga depan rumah yang juga teman seperangkatan Bapak memanggil untuk segera kerja bakti, jadilah Bapak sudah tak menanyai ku lagi.
Setelah Bapak pergi kerja bakti, aku pun kembali menutup pintu lalu pergi ke kamar sembari membawa majalah tersebut. “Plastik sama botol itu termasuk jenis sampah apasih?” tanyaku pada diriku sendiri.
Iya, aku sekarang sedang mengerjakan kuis yang dibuat oleh pihak penerbit novel bumi dan ceritanya di majalah yang sedang ku pegang ini. Aku memang selalu mengikuti apapun kegiatan yang dibuat oleh pihak novel Bumi dan Ceritanya karena aku penggemar setia novel tersebut.
Ternyata, setelah ku cari di situs online, bahwasanya plastik dan botol adalah sampah kategori anorganik yang dimana sifatnya ialah sulit terurai.
Butuh waktu 100 hingga 1000 tahun agar bisa terurai dengan alam. Sejenak aku merenung memahami pernyataan yang tertera di situs online tersebut. Setelah aku memahaminya, barulah aku mengerti.
Lalu, bagaimana dengan aku yang sering membuang sampah plastik dan botol tak pada tempatnya?
******
“Webinar Bumi dan ceritanya akan segera dimulai!” terdengar dari pengeras suara.
Tepat sekali, sekarang aku sedang di gedung acara webinar. Hanya datang dengan bermodalkan botol dan plastik, akhirnya aku bisa datang ke acara yang semewah ini. Jadi, aku tidak mau terlewatkan apa yang akan dibicarakan oleh sang pembuat novel nanti. Karena yang pasti, pembuat novel tersebut akan menggeledah segala isi tentang novel Bumi dan ceritanya.
“Oran tewas akibat benturan sampah plastik di laut. Teman Oran pun tak terima dan mengadu ke Bumi. Lantas Bumi meneteskan air matanya. Sangking derasnya, sehingga air mata tersebut membendung dan berakhir meledak membuat laut tersebut mengalami tsunami. Akhir cerita Bumi dan ceritanya berakhir ketika Bumi menghempaskan amarahnya ke manusia karena manusia sendiri yang telah merusak dan menghianati Bumi.”
“Bumi berpesan: manusia, janganlah kau pijak bumi dengan keangkuhanmu. Tapi, pijaklah bumi dengan kepatuhanmu. Jangan kau berkuasa terhadap alam sehingga alam menderita. Kau tak tau bagaimana suara mereka menjerit menangis akibat perbuatanmu.”
Aku termangu mendengar isi cerita Bumi dan ceritanya. Apalagi saat penulis menyampaikan sosok tokoh Bumi, aku langsung mematung diam karena apa yang dikatakan oleh Bumi relate dengan kehidupanku saat ini.
Tiba tiba tempat webinar tersebut berubah menjadi petang bak listrik yang padam. Ku juga mendengar orang orang pada berteriak histeris. Namun, tak selang lama kemudian, layar lcd memuculkan sinarnya kembali menampilkan ilustrasi orang yang nampak sedang membuang sampah di laut.
“Beginilah yang dikatakan Bumi, kalian semua tadi mendengar suara histeris ketika lampu dipadamkan, bukan? Itulah yang dirasakan oleh laut.”
“Bedanya, hanya saja kita dengan perantara lampu padam, jika laut dengan perantara sampah”
“Jadi, kalian sekarang bisa bayangkan bagaimana rasanya menjadi laut yang berteriak histeris karena manusia menganggap laut adalah wadah pembuangan sampah” lanjut pembuat novel tersebut membuat penonton juga denganku tertegun mendengarnya.
Apalagi dengan ku yang selalu menggunakan sampah tersebut- bahkan aku juga tak mengerti bahwasannya sampah yang ku buang di selokan depan rumah tadi lahan perlahan akan masuk ke laut. aku pun Kembali menghadap ke layar yang mulai bergulir membuka gambar berikutnya.
“Dan inilah gambar salah satu ekosistem laut yakni ikan yang terjerat di dalam sampah plastik. Dalam cerita bumi dan ceritanya diceritakan
Qaran, si raja ikan di laut menangis sesenggukan karena rakyatnya yang tersiksa akibat salah manusia. Bagaimana tanggapan kalian mengenai hal semiris ini?” tanya pembuat novel dengan tersenyum kecil.
Aku mulai berpikir kembali, apakah aku satu diantara banyak manusia yang tega melihat mirisnya sampah dilaut?
******
Dua hari setelah webinar, perasaan galau melanda diriku. Ucapan bumi sukses membuat mindset ku perlahan berubah, namun belum dengan gaya hidupku. Tapi aku tak ingin berputus asa. Akhirnya aku berambisi mencari cara merubah gaya hidup bebas sampah melalui artikel online.
“Remaja jompo aja bisa diatasi. Apalagi sampah yang sudah jompo di laut?” kayaknya ini artikel cukup menarik, gumamku dalam hati.
Setelah ku baca mungkin sekitar 10 menit-an, aku terduduk tegak.
“Kalau aku pakai cara ini. Ga hanya aku doang, tapi masyarakat juga pasti akan ikut merubah gaya hidupnya tentang sampah!!”
Bebarengan dengan itu, aku langsung terjun menjalankan rencana yang ku buat matang matang. Aku mendatangi laut yang tepat berada didekat rumahku. Kebetulan ada pak nelayan yang mulai menepi. Setelah ku berbincang bincang menyampaikan maksudku, akhirnya pak nelayan setuju melayarkan perahu nya lagi ke tengah laut.
Ku awali daily time berlayar dikapal dengan nge vlog selama di perjalanan hingga pulang berlayar. Di dalam vlog ku ini terdapat beberapa bagian, yakni perjalanan, meninjau, serta mengamati tentang sampah laut yang merakyat didalamnya.
Banyak sekali sampah dan minyak yang mengapung di permukaan laut. memang, benar apa yang dikatakan pembuat novel tentang sampah dilaut, sungguh sangat memiriskan.
Semua hal yang ku lakukan tadi ku share di akun youtube second ku yang bernama Jeglongan sampah. mungkin dengan ini, bukan hanya aku saja yang tersadar akan laut, tapi masyarakat juga.
Mulai hari itulah, aku berjanji kepada diriku sendiri akan merubah gaya hidupku menuju gaya hidup minim sampah untuk laut yang lebih sehat!
*******
Dengan waktu yang relatif dekat, youtube jeglongan sampah pun sudah mencapai ribuan view. Bukan hanya itu, ungguhan tentang edukasi sampah di twitter ku yang bernama BERES (bela resik) juga menuai respon positif dari masyarakat. Aku yang melihat itu semua tersenyum penuh haru.
Sebentar- apakah gaya hidup ku mulai bisa berubah? Mengingat akhir akhir ini aku sering menerapkan prinsip zero waste yang merupakan salah satu upaya untuk meminimalisir penggunaaan sampah, seperti refuse (menolak), reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang).
Semua itu aku upayakan dalam seminggu penuh ini. Mungkin perubahan ku semakin meningkat setengah persen, apalagi melihat masyarakat mulai menirukan tutorial mengelola sampah seperti yang ku ajarkan di youtube membuatku semakin tambah bersemangat untuk terus berlanjut mengedukasi diriku dan masyarakat.
Lahan perlahan, akun Jeglongan sampah dan Beres (Bela resik) pun mulai viral karena adanya gerakan dengan hastag #BERESAMPAH yang semakin meluas dikalangan masyarakat.
Tentunya gerakan ini menginspirasi masyarakat baik muda ataupun tua dalam membentuk sikap sosial terhadap sampah di laut. Seperti mengkreasikan sampah menjadi nilai guna, rutinitas mingguan bekerja bakti membersihkan sampah dan sekitarnya, mendorong masyarakat untuk menggunakan barang non-plastik.
Tidak berhenti disana, karena viral nya aksi beres tersebut membuatku terpilih menjadi pemenang awards remaja peduli sampah di tahun ini. dengan senyum lebar aku berbicara diatas panggung.
“Aku masih mengingat petuah Bumi dalam novel Bumi dan ceritanya. Bahwasannya Bumi bukanlah tempat pijakan kita untuk menguasai alam dengan seenaknya. Tapi, kita terlalu sombong hingga alam pun kita kuasai dan berakhir hancur. Bumi berpesan agar kita tak merusak alam, kita tak tau bagaimana suara tangisan mereka akibat perbuatan angkuh kita.”
“Oleh karena itu, ayo gercepin jiwa sosial memberantasi sampah laut. Banyak cara untuk meminimalir sampah demi mencapai goal laut bersih yang sesungguhnya. Kita sebagai manusia generasi jenius memilih gaya hidup yang jenius juga!”
Suara tepuk tangan riuh terdengar menggema di ruangan tersebut. Aku berkaca kaca melihatnya. Terimakasih Bumi, secara tidak langsung kamu berhasil menghipnotisku untuk mengubah gaya hidupku serta masyarakat juga.
Bumi, akan selalu ku ingat petuah mu.
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.
Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.
Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.
Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.
Bagus banget 👍🏿
fighting kiiii