Tantangan Mengolah Sampah Plastik Tertolak
Tingkat daur ulang di Indonesia masih terhitung sangat rendah. Berdasarkan data dari Sustainable Waste Indonesia (SWI) pada 2019, sampah plastik yang mampu terdaur ulang hanya mencapai kurang dari 10 persen.
Sementara, 50 persen di antaranya tidak terkelola dan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Pekan lalu, Rebricks yang merupakan perusahaan pengolah sampah sekali pakai atau sampah plastik tertolak menjadi bahan bangunan hadir menawarkan konsep daur ulang berbeda.
Chief Executive Officer (CEO) Rebricks Novita Tan mengungkapkan alasan mengapa Rebricks berfokus pada sampah plastik tertolak. Awal mulanya adalah karena banyak sekali ditemukan sampah plastik jenis tersebut dalam keseharian.
Misalnya, bungkus mi instan, bungkus sampo, bungkus sabun, dan bungkus makanan ringan. “Mungkin mi instan bungkusannya itu tidak bisa terdaur ulang, kayak sampo, sabun itu tidak bisa didaur ulang juga dan itu banyak banget kan setiap hari ya, ciki dan teman-temannya yang lain tuh banyak banget kan. Tapi, enggak ada yang daur ulang. Jadi, gimana caranya kita coba, coba terus, terus kita R&D setengah tahun barulah ketemu metode dan produknya,” ujar Novita di Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Pengolahan sampah plastik tertolak ini menggunakan metode hijau. Jadi, tidak ada proses pembakaran dalam setiap proses pengolahan sampah plastik tertolak dari awal hingga akhir.
“Jadi, setiap proses kita, tidak ada proses melting. Kalau pengolahan sampah kan memang banyak banget yang dipanaskan atau dibakar ya. Kalau kita dari awal sampai akhir tidak ada proses pembakaran,” katanya.
Produk pertama Rebricks adalah paving block. Lalu, mereka riset lagi pada tahun kedua dan memunculkan produk hollow blocks. Kemudian, produk ketiga adalah roster. Roster merupakan komponen dinding yang berfungsi sebagai lubang angin yang membantu sirkulasi udara.
Meski basis Rebricks masih di Jakarta, pasokan sampah mereka berasal dari seluruh Indonesia. Pasokan sampah ini dikirim dari komunitas Rebricks yang bernama Rebrickers.
Rebrickers merupakan rumah tangga yang sudah mengolah sampah plastiknya sendiri dan mengirimkannya secara sukarela ke Rebricks. “Kalau kita basisnya masih di Jakarta cuma supply sampah kita dari seluruh Indonesia. Jadi, kita komunitasnya bernama Rebrickers,” kata Novita.
Menurutnya, mereka adalah golongan rumah tangga yang sudah mengolah sampah plastik sendiri dan mengirim secara volunteer ke drop point.
“Jadi, kalau kita punya data, enggak cuma dari Jakarta, dari Jawa, tapi dari Sumatra itu sudah memang rela-relain kayak ongkos kirimnya Rp 200 ribu, Rp300 ribu, mereka rela ngeluarin untuk kirim ke drop point kita di Jakarta,” kata Novita.
Hal ini, kata dia, menunjukkan adanya tingkat kesadaran yang cukup tinggi dikalangan masyarakat. Tapi, lebih ke apa yang terjadi setelah dilakukan daur ulang,”
Novita juga menceritakan, tantangan yang dihadapi Rebricks dalam mengolah sampah plastik tertolak. Di Indonesia masih belum banyak pelaku pengolahan sampah plastik tertolak.
Baca Juga: How do you practice zero waste? Chula Vista launching free academy to teach residents
Jadi, dia lebih lanjut mengungkapkan, Rebricks bisa dibilang tempat pembuangan akhir (TPA) para orang-orang yang mau mengirimkan sampah. Menurut Novita, setiap hari pasti ada sekitar 50 kilo gram sampah plastik tertolak yang dikirimkan ke tempat workshop Rebricks.
Rebricks menginfokan, sampah yang terkumpul pada Januari 2023 sebanyak 332,5 kg dari Jabodetabek. “Jadi, memang challenge-nya adalah ya itu sih karena belum banyak pelakunya. Mereka tahunya Rebricks. Kirim terus. Kitanya juga kalau menyesuaikan demand agak PR juga sih gitu. Meskipun demand kita ada, ya supply tetap pasti lebih besar,” katanya.
Solusi untuk mengatasi hal tersebut, Novita menuturkan, Rebrickers tidak boleh mengirim sampah plastik tertolak lebih dari lima kilo gram sebulan. Sementara itu, solusi yang berbeda diterapkan pada perusahaan karena berbicara tentang kolaborasi.
Tak hanya bicara tentang daur ulang, Novita juga menyampaikan perlunya menjelaskan tentang dampak yang akan lahir dari proses daur ulang yang selama ini diberikan oleh para komunitasnya. Program sanitasi pun kini menjadi sasaran.
Saat ini, Rebricks telah bekerja sama dengan non government organizations (NGO) atau komunitas untuk mulai membangun WC Hal ini diharapkan dapat membuat impact yang lebih besar.
Kolaborasi jadi Strategi
Dari semua jenis sampah plastik, terdapat jenis yang sulit untuk diatur ulang. Salah satunya adalah plastik mika atau polyvinylchloride karena jenis ini dapat mengeluarkan zat berbahaya jika salah dalam mengolahnya. Plastik mika adalah sampah plastik tertolak yang sudah tidak memiliki nilai ekonomis.
Sebagai perusahaan makanan yang peduli terhadap lingkungan, HokBen dan Rebricks menandatangani perjanjian kerja sama (MOU) untuk mengolah sampah plastik. Dalam satu tahun, mereka akan mengolah satu ton sampah plastik mika bekas HokBen.
Operational Director PT Eka Bogainti Sugiri Willim mengatakan, tidak semua sampah yang ada di HokBen adalah sampah nonekonomis. Sampah nonekonomis merupakan sampah yang belum memiliki suatu nilai ekonomi yang bisa digunakan secara langsung.
“Nah, sehingga kita mengolaborasi dengan Rebricks. Bu Novi (CEO Rebricks) membuatkan ide-ide untuk kita gunakan ini menjadi sesuatu yang juga punya nilai ekonomis tapi juga artistik dan punya nilai untuk interior,” kata Sugiri dalam kesempatan yang sama.
Sampah plastik mika bekas HokBen diolah kembali menjadi barang berguna dan bernilai, yaitu roster. Biasanya, roster digunakan untuk menambahkan ornamen-ornamen di dinding rumah serta memperbaiki tata cahaya ruangan.
Pada umumnya roster terbuat dari tanah liat, batako, dan beton. Namun, HokBen dan Rebricks membuat roster dengan salah salah satu komposisinya adalah sampah kemasan makanan HokBen yang terbuat dari mika.
Satu roster yang dibuat mengandung 10 buah sampah plastik mika bekas HokBen, dengan mengolah sampah plastik menjadi barang yang dapat digunakan, berarti sudah mengurangi penimbunan sampah.
Roster yang dihasilkan oleh Rebricks memiliki motif khusus sesuai dengan community pattern HokBen, yaitu nilai-nilai yang menjiwai setiap pelayanan di HokBen.
Rebricks ini telah digunakan di 11 gerai HokBen sebagai bagian dari desain ruangan HokBen, antara lain: HokBen Bukittinggi (Sumatra Barat), HokBen The Park (Sawangan), HokBen Sultan Agung (Kranji, Bekasi), HokBen Lampung, HokBen Pontianak, HokBen Harapan Indah (Bekasi), HokBen Lubuk Linggau (Sumatra Selatan), HokBen Duri Mandau (Riau, Pekanbaru), HokBen Pondok Indah Mal 1, HokBen Slipi Jaya, dan Hokben Magelang.
Total keseluruhan roster yang dipakai tersebut terdiri atas 16.380 buah plastik mika bekas yang sudah terolah atau 128 kilogram sampah plastik mika.
Lebih lanjut, Sugiri menambahkan, HokBen juga mengajak seluruh masyarakat, khususnya pelanggan setia untuk turut mengembalikan sampah plastik mika bekas HokBen yang sudah dibersihkan ke seluruh gerai HokBen di Indonesia.
Artikel ini telah tayang di https://republika.co.id/ dengan judul “Tantangan Mengolah Sampah Plastik Tertolak”,
Klik untuk baca: https://republika.co.id/berita/rpnb188025000/tantangan-mengolah-sampah-plastik-tertolak
By republika.co.id
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!