Keren! Komunitas Get Plastic Sulap Sampah Plastik Jadi Solar dan Bensin
Badung – Sampah plastik tak bernilai faktanya memang banyak dijumpai di depan mata kita. Tidak dipungkiri salah satu sumbernya dari rumah tangga. Seperti kantong kresek, kemasan makanan, dan lain-lain.
Sejumlah anak muda yang tergabung dalam komunitas Get Plastic, punya solusi untuk atasi plastik tak bernilai jadi bermanfaat. Mereka punya program mengumpulkan plastik low value ini dari rumah tangga di lingkungan mereka di Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, tiap pekan.
Menariknya, beberapa rumah tangga yang diangkut sampahnya diberikan barcode khusus agar warga bisa cek sendiri tingkat produksi sampah plastik secara harian.
“Kami mengambil sampah plastik dari mana saja. Termasuk kami kerja sama juga dengan warga-warga di sekitar untuk diambil sampah plastiknya. Mereka memilah sendiri dan kami angkut,” ujar pegiat sampah plastik, Dimas Bagus Wijanarko, Sabtu (3/2/2024).
Bagus menceritakan upaya mengolah plastik jadi bahan bakar ini muncul karena ia prihatin melihat kondisi hutan yang penuh sampah saat mendaki sejumlah gunung di Tanah Air. Ia lalu belajar secara autodidak dari berbagai sumber bacaan.
Sejak 2013, dia berani mengembangkan mesin pemanas yang disebut mesin pirolisis melalui beberapa kali uji coba. Bersama sejumlah anak muda lokal, ia berhasil membuat beberapa mesin pirolisis. Mesin ini sudah dikenalkan ke berbagai komunitas pegiat plastik di sejumlah daerah.
Baca Juga: TPA Sarimukti Stop Pembuangan Sampah dari Kabupaten Bandung
Plastik-plastik itu kemudian diolah menjadi 90 persen bahan bakar solar dan bensin, sisanya merchandise. Mereka mengeklaim mesin yang digunakan ramah lingkungan karena hanya menghasilkan residu 5-8 persen dan sisanya gas berupa uap tanpa asap.
Menurut Bagus, plastik bisa menghasilkan bahan bakar mengingat bahan baku plastik adalah minyak bumi. Konsep dari mesin ini adalah mengembalikan plastik ke bahan dasarnya yaitu minyak melalui proses pemanasan dalam tungku atau tabung kedap udara bersuhu tinggi.
“Jadi metodenya destilasi kering dengan hasil akhirnya adalah solar dan bensin, gas propilin serta residu karbon hitam. Proses dekomposisi kimia yang bukan dibakar. Sampai saat ini kami sudah punya 12 prototipe mesin pirolisis,” ujar Bagus.
Prosesnya, pertama plastik yang sudah dipilih dimasukkan dalam tabung reaktor yang ditutup rapat untuk selanjutnya dipanaskan dengan gas di suhu 250 derajat Celsius. Diupayakan agar tidak ada udara masuk dalam tabung yang bisa hambat proses destilasi.
Selanjutnya, uap hasil pemanasan itu mengalir ke pipa gas, lalu masuk ke tabung kedua untuk proses kondensasi. Yakni perubahan gas ke cair. Proses ini dibantu melalui pendingin dengan air bersirkulasi dalam tabung.
“Setelah gas diubah jadi cair, akan keluar pertama solar 80 persen. Setelah itu gas masa jenis yang ringan atau gas ringan yang berubah jadi bensin sekitar 10 persen. Sisanya gas buang propilin yang sudah difilter,” terang pria 47 tahun kelahiran Surabaya ini.
Baca Juga: Ada Larangan, Warga Tetap Buang Sampah di Pinggir Jalan Y Syaranamual Poka: Berdalih TPS Jauh
Kata Bagus, mesin pirolisis bisa mengolah 1 kilogram (kg) plastik menjadi 1 liter bahan bakar dengan kapasitas mesin 10 kg plastik dalam waktu 3 jam. Sejumlah mesin berkapasitas besar juga mampu mengolah 50-100 kg plastik dalam waktu 6 jam pemanasan.
“Kami sudah uji coba. Solar bisa dipakai alat pertanian, genset, bahkan mobil untuk operasional kami angkut sampah. Solar juga kami berikan ke sejumlah petani sekitar. Begitu juga bensin. Untuk gasnya kami pakai untuk kompor,” tutur pria yang juga punya usaha sablon kaus ini.
Bagus mengatakan dari 7 jenis plastik, hanya kelas 1 dan kelas 3 yang tidak diolah. Dia menjelaskan plastik kelas 1 yang disebut Polyethlene Terephthalate (PET) berupa botol plastik masih punya nilai jual sehingga bisa didaur ulang.
“Sedangkan kelas 3 jenis PVC tidak kami olah karena kandungan klorida tinggi. Itu berbahaya dan potensi merusak lingkungan juga besar. Bukan tangani masalah, tapi menimbulkan masalah baru,” tegasnya.
Meski masih banyak keterbatasan, Bagus Dimas mengaku akan terus mengampanyekan gerakan olah plastik ini. Ia berharap semua komponen masyarakat mulai bergerak untuk mau memilah plastik di tingkat rumah tangga.
“Jadi kami punya tim khusus dari anak-anak lokal di sini. Mereka semua yang keliling memungut plastik dari beberapa tempat lalu kami olah. Hasilnya tidak dijual. Kami yang pakai untuk operasional dan kami berikan cuma-cuma kepada petani yang butuh bahan bakar mesin mereka,” tukas Bagus.
Artikel ini telah tayang di https://detik.com/ dengan judul “Keren! Komunitas Get Plastic Sulap Sampah Plastik Jadi Solar dan Bensin”,
Klik untuk baca: https://www.detik.com/bali/bali-bungah/d-7177448/keren-komunitas-get-plastic-sulap-sampah-plastik-jadi-solar-dan-bensin
By detik.com
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!