Musim Sampah di Pantai Bali Kembali Lagi, Jadi Omongan Turis Asing dan Media Australia
Liputan6.com, Jakarta Musim sampah di pantai-pantai Bali kembali lagi. Siklus tahunan yang salah satunya disebabkan pengaruh angin dan gelombang tinggi itu membuat banyak pantai di Bali ternodai “sampah kiriman,” begitu warga lokal menyebutnya.
Hal itu jadi perhatian sejumlah turis asing di media sosial hingga menarik perhatian media Australia. Laman news.com.au menuliskan artikel berjudul “Foto Sampah di Pantai Bali yang ‘Bikin Patah Hati Melihatnya'” yang mengulas diskusi soal sampah di pantai Bali di laman Facebook Bali Travel Forum.
Dikutip Senin, 18 Maret 2024, obrolan bermula saat seorang wisatawan membagikan foto sampah di pantai Bali. “Saya sekarang di Bali, plastik berserakan di pantai, dan di laut, di Jimbaran dan Uluwatu,” tulisnya. “Apakah saat ini ada pantai tanpa plastik? Sedih, aku merusak liburanku.”
Unggahan tersebut ditimpali pengguna lain yang bernada terkejut dan kecewa. Namun, sebagian warganet memintanya mengambil aksi nyata, tidak hanya mengeluh. “Ambil beberapa atau berjalanlah mengelilinginya,” tulis seorang komentator.
Yang lain berkomentar, “Ambil kantong dan ambil sampah, jadilah turis yang baik daripada mengunggah ini. Hanya bicara.” “Bayangkan betapa berbedanya jika orang hanya mengambil satu kantong (sampah), dibandingkan mengeluh di Facebook,” timpal warganet berbeda.
“Daripada menangis di depan sebuah trauma, mari kita angkat tangan untuk menghentikannya dan ambil kantong dan bantu membersihkannya (dari sampah),” kata yang lain.
Terpikir Batalkan Perjalanan ke Bali
Tak sedikit yang mengomentari unggahan tersebut dengan mengungkap keterkejutannya. “Inilah yang membuat saya kaget di Bali! Berenang di lautan plastik.” “Wow! Apakah ada upaya pembersihan? Ini sungguh memilukan untuk dilihat.”
Baca Juga: Beyond the Surface: The Urgency of Addressing Plastic Pollution in Our Oceans
“Saya berada di Bali beberapa tahun lalu dan beberapa pantai yang saya kunjungi terlihat seperti ini. Sangat menyedihkan dan sangat buruk bagi pariwisata,” komentar warganet berbeda.
“Sangat menyedihkan melihat bagaimana manusia memperlakukan planet kita yang indah ini.”
Bahkan, ada yang mengatakan akan mempertimbangkan kembali rencana perjalanannya. “Saya berencana untuk (berlibur ke Bali) Maret ini, tapi ini buruk. Saya mungkin mempertimbangkannya setelah melihat ini!”
Sementara yang lain menjelaskan alasan sampah berdatangan di beberapa pantai. “Musim hujan sudah berakhir, sayangnya semua pantai di Bali seperti ini… semua sampah yang berasal dari sungai, dll. Selama musim hujan… akan segera dibersihkan.”
“Jalan-jalan di pantai kemarin pagi banyak orang yang membersihkan pantai baik pekerja berbayar maupun relawan. Cuacanya sangat berangin dan gelombang pasang telah membawa banyak sampah.”
Gunung Sampah di Bali
Sampah merupakan salah satu masalah utama di Bali. Selama Desember hingga Maret, hujan lebat dan angin memaksa sampah mengalir ke sungai melalui wilayah tersebut, kemudian menumpuk di garis pantai.
Tempat pembuangan sampah terdekat merupakan penyebab utama masalah ini. Beberapa tempat pembuangan sampah terbesar di kawasan ini hanya berjarak 25 menit perjalanan dengan perahu. “Dengan hujan lebat di musim hujan ini, tidak dapat dihindari bahwa banyak sampah TPA, termasuk sejumlah besar plastik, akan terbawa ke laut dan langsung menuju Bali,” kata pendiri Indonesia Institute Ross Taylor pada Februari 2023.
Bahkan, TPA liar bermunculan di Bali meski pemerintah setempat sudah cukup progresif menerapkan kebijakan pengendalian sampah plastik. Salah satu TPA liar ditemukan pendiri Sungai Watch, Gary Benchegib, saat ia menelusuri sumber sampah yang memenuhi sungai.
Sebuah gunung sampah setinggi 50 meter yang didominasi sampah plastik berada di tengah hutan, berdasarkan unggahan di Instagram, 23 Juli 2023. Menurutnya, tempat pembuangan sampah ilegal itu berada di kawasan Bali Utara.
Mengutip Pajak Turis Rp150 Ribu
Keluhan demi keluhan kondisi lingkungan di Bali terus dilontarkan sejumlah wisatawan asing yang datang di media sosial sebelum pajak wisata diterapkan pada 14 Februari 2024. Contohnya, Dale Philip, turis asal Skotlandia yang merasa tertipu dengan air terjun viral yang ternyata banyak sampah.
Sebelumnya, seorang turis asal Inggris, Corrin, mengunggah keluh kesahnya saat berwisata di Bali. Ia menyoroti joroknya Pantai Kuta karena sampah di mana-mana. Terkait hal ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyatakan bahwa pungutan sebesar Rp150 ribu itu akan dimanfaatkan menangani permasalahan sampah.
“Mulai tanggal 14 Februari kita akan ada pungutan, yaitu pungutan sebesar Rp150 ribu khusus untuk menangani sampah. Oleh karena itu, dengan adanya pungutan ini tidak ada alasan lain bahwa kita harus menangani sampah kita dengan lebih baik,” ujar Sandiaga di Kabupaten Badung, Bali, Selasa, 30 Januari 2024, dilansir dari Antara. Ia meminta seluruh pihak terkait bekerja lebih keras lagi untuk memastikan destinasi pariwisata di Bali dapat menangani permasalahan sampah dengan baik.
Artikel ini telah tayang di https://liputan6.com/ dengan judul “Musim Sampah di Pantai Bali Kembali Lagi, Jadi Omongan Turis Asing dan Media Australia”,
Klik untuk baca: https://www.liputan6.com/lifestyle/read/5553082/musim-sampah-di-pantai-bali-kembali-lagi-jadi-omongan-turis-asing-dan-media-australia?page=4
By liputan6.com
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!