Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut

Editor : Mardiana Makmun (1 September 2020)
JAKARTA, Investor.id – Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) mendorong masyarakat berbasis komununitas untuk mengolah sampah di sumbernya melalui program TOSS (Tempat Olahan Sampah di Sumbernya). TOSS mengubah paradigma pemilahan di awal menjadi pemilahan setelah proses pengolahan sampah dengan metoda peuyeumisasi (biodrying). Metode ini membuat bau tak sedap dari sampah akan hilang dan mengering dalam waktu 3-7 hari, tergantung material sampah sehingga sampah menjadi lebih mudah dipilah untuk diolah menjadi energi. Ketua Badan Eksekutif GCB, Peni Susanti, mengungkap, TOSS bisa menjadi solusi permasalahan sampah yang saat ini telah menjadi masalah kritis karena terbatasnya kapasitas TPA. Hal ini merupakan kontribusi besar untuk mengurangi emisi Green House Gasses (GHG) atau gas rumah kaca (GRK) karena berkurangnya gas methan yang berasal dari tumpukan sampah di TPA. Dari sisi sosial, model TOSS yang memberdayakan masyarakat sekitar, dapat memberikan lapangan kerja serta berkomitmen pada energi ramah lingkungan. Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian KLH Novrizal Tahar sangat menyambut baik program TOSS. “Sebanyak 83% sampah berasal dari sungai. Dengan adanya gerakan ini langsung menyelesaikan sampah di sumbernya, di Ciliwung,” kata Novrizal. Sungai sebagai tempat sampah juga diungkapkan Ketua Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Bambang Hidayah. “Ada 40 ribu ton sampah yang mengalir ke laut setiap tahun di nasional. Sampah-sampah itu disumbang oleh 83 sungai di Indonesia. Sungai Cisadane menyumbang 1.600 ton per tahun. Sementara itu, air sungai yang bersih, tegas Direktur PAM Jaya Priatno Bambang Hernowo, merupakan sumber air minum untuk masyarakat. “Dari produksi air PAM Jaya, 80% diambil dari Jatiluhur. Hanya 5-6% dari air sungai di Jakarta. Dengan pengelolaan sampah sungai, semoga air baku utk PAM akan bertambah,” harap Priatno. Diakui Peni, masih banyak masyarakat yang membuang sampah ke sungai/kali sehingga menimbulkan pencemaran terutama di sektor hilir. Sementara itu, keberadaan TPS-3R dan Bank Sampah juga belum optimal karena masyarakat belum mampu melakukan pemilahan sampah di sumber. “Perlu sosialisasi dan edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat agar mampu melakukan pemilahan sampah di sumber. Oleh karenanya, GCB memfasilitasi masyarakat dan seluruh stakeholders untuk bekerjasama dalam pelaksaanaan pengolahan sampah di sumber melalui TOSS yang digagas oleh Supriadi Legino dan Sonny Djatnika Sunda Djaja,” ujar Peni dalam pembukaan Safari TOSS “Journey to The East” (JTE) pada Selasa (1/9/2020). JTE digelar mulai 1 – 20 September 2020 untuk mengedukasi masyarakat mengenai pengolahan sampah dalam bentuk seminar, serta pelatihan dengan mengunjungi 15 lokasi implementasi TOSS (Tempat Olahan Sampah di Sumbernya) di Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Kalimantan secara daring. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) dan perusahaan rintisan (startup company) comestoarra.com bekerjasama dengan PT PLN (Persero), PT Indonesia Power, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Kegiatan ini merupakan bentuk dukungan kepada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk menggerakkan masyarakat Indonesia dalam mengolah sampah di sumbernya dan memanfaatkan hasil olahannya menjadi energi kerakyatan. Energi Terbarukan Menurut penggagas TOSS dan juga Komisaris Utama comestoarra.com, Supriadi Legino, TOSS dilakukan dengan cara memasukkan seluruh sampah ke dalam box bambu berukuran 2 x 1,25 x 1,25 m3 yang mampu menampung sampah 500 kg – 1 ton sampah. “Setelah sampah tidak bau dan sudah mengering, maka akan mudah bagi petugas sampah untuk memilah sampah organik, biomassa, plastik (PVC dan Non PVC), serta residu,” kata Supriadi. Pemilahan sampah, apalagi kemudian diolah menjadi benda bernilai ekonomi, seperti energi, kata Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang, sangat penting. “Indofood merasa bangga bergabung dalam Gerakan ini. Pengelolaan sampah menjadi sumber bahan baku energi ini memiliki nilai yang secara langsung juga mendorong terbangunnya ekonomi sirkular, sedangkan kepedulian berbagai pihak dalam mendukung pengembangan dan penerapan TOSS dengan Metode Peuyemisasinya ini sejalan dengan semangat ESR (Extended Shareholder Responsibility), sehingga diharapkan akan mampu memberikan dampak positif yang lebih besar dalam upaya mengurangi sampah,” kata Fransiscus. Hal ini juga ditegaskan Ketua Pelaksana Safari TOSS dan CEO dari Comestoarra.com, Arief Noerhidayat. “Tujuan dari Safari TOSS ini adalah memperlihatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa masyarakat mampu memproduksi bahan baku energi kerakyatan yang bersumber dari material sampah. Bahkan berdasarkan hasil laboratorium, kata Arief, sampah domestik yang diproduksi di sejumlah lokasi, memiliki kalori antara 3200 – 4500 kcal/kg,” kata Arief yang menjual pelet energi ke PLTU. Pelet sampah tersebut, lanjut Arief, dapat dikonversi menjadi syntetic gas melalui metoda gasifikasi untuk mengoperasikan pembangkit listrik tenaga disel (PLTD). “Syntetic gas tersebut membuka peluang untuk digunakan sebagai substitusi bahan bakar solar dan/atau gas sehingga merupakan potensi besar untuk menurunkan biaya pokok produksi pembangkitan listrik,” paparnya.
Artikel ini telah tayang di Investor.id dengan judul “GCB Dorong Masyarakat Mengolah Sampah Menjadi Energi”,
https://investor.id/lifestyle/gcb-dorong-masyarakat-mengolah-sampah-menjadi-energi
Editor : Mardiana Makmun (nana_makmun@yahoo.com)