Loading
Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut
  • TENTANG KAMI
    • LATAR BELAKANG
    • STRUKTUR ORGANISASI
    • KELOMPOK KERJA
  • REGULASI
  • POJOK INOVASI
    • EKONOMI
    • TEKNOLOGI
    • KEPEMERINTAHAN
    • KEMASYARAKATAN
  • KNOWLEDGE
    • BERITA
      • NEWSLETTER
    • DOKUMEN
      • FILE
  • EVENTS
    • PROGRAM
      • LABUAN BAJO
    • INC-3
    • EUPHORIA
    • UN OCEAN CONFERENCE
      • MONITORING and ASSESSMENT
      • GLOBAL COMMITMENTS and ACTIONS
    • RESIK
  • Search
  • Menu Menu

Inovator dari Indonesia dan Singapura Menang Kompetisi Tingkat ASEAN untuk Mengatasi Sampah Plastik di Mandalika

By daelpos.com (15 Desember 2021)

Indonesia dan Singapura Menang Kompetisi Tingkat ASEAN untuk Mengatasi Sampah

Inovator dari Indonesia dan Singapura Menang Kompetisi Tingkat ASEAN untuk Mengatasi Sampah Plastik di Mandalika

DAELPOS.com – United Nation Development Program (UNDP) Indonesia dan Filipina melalui project Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) dan Archipelagic and Island States (AIS) Forum, Norwegian Agency for Development Cooperation (Norad), dan Kementerian Luar Negeri Norwegia, serta Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia (Kemenkomarves) menggelar Final Pitching Ending Plastic Pollution Innovation Challenge (EPPIC) 2021 pada Jum’at (10/12) lalu.

Setelah melalui inkubasi selama 3 bulan, dari 17 finalis yang berasal dari berbagai negara di ASEAN, terpilihlah 4 tim terbaik yang berhasil memenangkan pendanaan awal proyek sebesar 72.000 USD dan juga pendampingan selama 9 bulan yang akan dilakukan oleh UNDP Innovation Hub, bekerjasama dengan para investor. 

Alterpack dari Singapura dan Siklus dari Indonesia berhasil menjadi pemenang dan akan melanjutkan ke fase akselerasi dan perjuangannya untuk mengimplementasikan solusinya di Mandalika, Lombok, Indonesia. Sementara itu, TrashCash dan PureOcean dari Filipina berhasil keluar sebagai pemenang EPPIC Fase II dan akan mengimplementasikan inovasinya di Pulau Samal, Filipina.

Acara ini dibuka oleh Norimasa Shimomura yang merupakan Resident Representative UNDP Indonesia. Norimasa berharap “17 inovator hari ini berhasil mengubah tantangan tersebut menjadi peluang untuk menerapkan ekonomi sirkular dan pengembangan masyarakat. Semoga semua inovasi dari peserta mampu mendorong perubahan positif dan melibatkan masyarakat sekitar untuk menyelesaikan permasalahan sampah plastik di laut” ujar Norimasa.

Vismina Osorio, Assistant Director, Environmental Management Bureau, Department of Environment and Natural Resources, Filipina juga menekankan bahwa permasalahan sampah plastik dapat diselesaikan dengan kolaborasi antar pemangku kepentingan, “Target ambisi untuk memerangi masalah sampah plastik ini dapat dilakukan dengan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk 17 inovator dalam kompetisi ini”.

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia yang turut mendukung kegiatan EPPIC pun mengapresiasi webinar ini. Dalam sambutannya, Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Nani Hendiarti berharap EPPIC dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia, bahkan di ASEAN, “melalui EPPIC, para peserta dapat belajar dari inovator luar negeri. Begitu juga sebaliknya. Kami berharap inovator dapat membuat solusi yang dapat mengatasi sampah plastik di ASEAN”. 

Selva Ramachandran selaku Resident Representative UNDP Philippines turut memberikan sambutan pembuka, Ia menekankan bahwa “Melalui proyek EPPIC, kami berharap dapat memperkenalkan solusi inovatif yang akan menawarkan pendekatan sistemik untuk mengatasi polusi plastik dan akan memfasilitasi transisi ke ekonomi sirkular”.

Acara yang turut didukung oleh Kementerian Luar Negeri Norwegia dan Norwegian Agency for Development Cooperation (NORAD) ini juga menghadirkan Director of Department for Climate and Environment, Norwegian Agency for Development Cooperation (Norad), Stig Traavik. Dalam Sambutannya, Traavik menyampaikan, “Lautan yang bersih dan sehat dapat menjamin ketahanan pangan. Kita bisa mencegah plastik masuk ke lingkungan. Para finalis (EPPIC) merepresentasikan perbedaan solusi dalam menangani permasalahan sampah.”

Baca Juga: Sepanjang 2018-2020, kebocoran sampah ke laut turun 15 persen

Studi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di tahun 2018 menunjukkan bahwa 0,26 -0,59 juta ton sampah plastik mengalir ke laut. Merespon temuan ini, Pemerintah Indonesia melalui Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL) berkomitmen untuk mengurangi 70% sampah plastik di laut pada tahun 2025.

Di samping itu, AIS Forum dibawah naungan Kemenkomarves yang mencakup 47 negara kepulauan dan pulau dengan tujuan menyelesaikan permasalahan negara kepulauan dan pulau serta pengembangan berkelanjutan secara bersama-sama. EPPIC ini merupakan bagian dari aksi dan edukasi dalam pelaksanaan RAN PSL dan AIS Forum untuk mencapai target tersebut, dengan harapan dapat mendorong masyarakat dalam menciptakan beragam inovasi untuk mempercepat pengurangan sampah plastik di laut. 

EPPIC merupakan kompetisi terbaru di tingkat ASEAN yang mengajak semua inovator untuk berbagi ide cemerlang dalam menangani polusi plastik. EPPIC berupaya untuk mengurangi pencemaran plastik di kawasan pesisir di Vietnam dan Thailand pada tahun 2020, kemudian diikuti oleh Indonesia dan Filipina pada tahun 2021, yang diharapkan dapat berkontribusi pada pencapaian SDG 14 (Life Below Water) and SDG 12 (Responsible Production and Consumption). 

Sebelumnya, EPPIC 2020 telah dilaksanakan di Vietnam dan Thailand, dan di tahun 2021 ini EPPIC dilaksanakan di Indonesia dan Filipina. Pada pelaksanaannya, telah terpilih 17 besar dari inovasi-inovasi yang dihimpun. Inovasi terpilih berkesempatan untuk berpartisipasi dalam sesi inkubasi selama 3 bulan oleh AIS Blue Startup Hub dan harus mempresentasikan inovasinya dalam kesempatan acara final pitching ini. 

United Nation Development Program (UNDP) Indonesia dan Filipina melalui project Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) dan Archipelagic and Island States (AIS) Forum, Norwegian Agency for Development Cooperation (Norad), dan Kementerian Luar Negeri Norwegia, serta Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia (Kemenkomarves) menggelar Final Pitching Ending Plastic Pollution Innovation Challenge (EPPIC) 2021 pada Jum’at (10/12) lalu.

Setelah melalui inkubasi selama 3 bulan, dari 17 finalis yang berasal dari berbagai negara di ASEAN, terpilihlah 4 tim terbaik yang berhasil memenangkan pendanaan awal proyek sebesar 72.000 USD dan juga pendampingan selama 9 bulan yang akan dilakukan oleh UNDP Innovation Hub, bekerjasama dengan para investor. 

Alterpack dari Singapura dan Siklus dari Indonesia berhasil menjadi pemenang dan akan melanjutkan ke fase akselerasi dan perjuangannya untuk mengimplementasikan solusinya di Mandalika, Lombok, Indonesia. Sementara itu, TrashCash dan PureOcean dari Filipina berhasil keluar sebagai pemenang EPPIC Fase II dan akan mengimplementasikan inovasinya di Pulau Samal, Filipina.

Acara ini dibuka oleh Norimasa Shimomura yang merupakan Resident Representative UNDP Indonesia. Norimasa berharap “17 inovator hari ini berhasil mengubah tantangan tersebut menjadi peluang untuk menerapkan ekonomi sirkular dan pengembangan masyarakat. Semoga semua inovasi dari peserta mampu mendorong perubahan positif dan melibatkan masyarakat sekitar untuk menyelesaikan permasalahan sampah plastik di laut” ujar Norimasa.

Vismina Osorio, Assistant Director, Environmental Management Bureau, Department of Environment and Natural Resources, Filipina juga menekankan bahwa permasalahan sampah plastik dapat diselesaikan dengan kolaborasi antar pemangku kepentingan, “Target ambisi untuk memerangi masalah sampah plastik ini dapat dilakukan dengan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk 17 inovator dalam kompetisi ini”.

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia yang turut mendukung kegiatan EPPIC pun mengapresiasi webinar ini. Dalam sambutannya, Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Nani Hendiarti berharap EPPIC dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia, bahkan di ASEAN, “melalui EPPIC, para peserta dapat belajar dari inovator luar negeri. Begitu juga sebaliknya. Kami berharap inovator dapat membuat solusi yang dapat mengatasi sampah plastik di ASEAN”. 

Selva Ramachandran selaku Resident Representative UNDP Philippines turut memberikan sambutan pembuka, Ia menekankan bahwa “Melalui proyek EPPIC, kami berharap dapat memperkenalkan solusi inovatif yang akan menawarkan pendekatan sistemik untuk mengatasi polusi plastik dan akan memfasilitasi transisi ke ekonomi sirkular”.

Acara yang turut didukung oleh Kementerian Luar Negeri Norwegia dan Norwegian Agency for Development Cooperation (NORAD) ini juga menghadirkan Director of Department for Climate and Environment, Norwegian Agency for Development Cooperation (Norad), Stig Traavik. Dalam Sambutannya, Traavik menyampaikan, “Lautan yang bersih dan sehat dapat menjamin ketahanan pangan. Kita bisa mencegah plastik masuk ke lingkungan. Para finalis (EPPIC) merepresentasikan perbedaan solusi dalam menangani permasalahan sampah.”

Studi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di tahun 2018 menunjukkan bahwa 0,26 -0,59 juta ton sampah plastik mengalir ke laut. Merespon temuan ini, Pemerintah Indonesia melalui Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL) berkomitmen untuk mengurangi 70% sampah plastik di laut pada tahun 2025. Di samping itu, AIS Forum dibawah naungan Kemenkomarves yang mencakup 47 negara kepulauan dan pulau dengan tujuan menyelesaikan permasalahan negara kepulauan dan pulau serta pengembangan berkelanjutan secara bersama-sama.

EPPIC ini merupakan bagian dari aksi dan edukasi dalam pelaksanaan RAN PSL dan AIS Forum untuk mencapai target tersebut, dengan harapan dapat mendorong masyarakat dalam menciptakan beragam inovasi untuk mempercepat pengurangan sampah plastik di laut. 

EPPIC merupakan kompetisi terbaru di tingkat ASEAN yang mengajak semua inovator untuk berbagi ide cemerlang dalam menangani polusi plastik. EPPIC berupaya untuk mengurangi pencemaran plastik di kawasan pesisir di Vietnam dan Thailand pada tahun 2020, kemudian diikuti oleh Indonesia dan Filipina pada tahun 2021, yang diharapkan dapat berkontribusi pada pencapaian SDG 14 (Life Below Water) and SDG 12 (Responsible Production and Consumption).

Baca Juga: 6 Lokasi Kawasan Percontohan Bebas Sampah Mulai Bersih dan Kesadaran Masyarakat Meningkat

Sebelumnya, EPPIC 2020 telah dilaksanakan di Vietnam dan Thailand, dan di tahun 2021 ini EPPIC dilaksanakan di Indonesia dan Filipina. Pada pelaksanaannya, telah terpilih 17 besar dari inovasi-inovasi yang dihimpun. Inovasi terpilih berkesempatan untuk berpartisipasi dalam sesi inkubasi selama 3 bulan oleh AIS Blue Startup Hub dan harus mempresentasikan inovasinya dalam kesempatan acara final pitching ini. 

Pemenang Kompetisi EPPIC Fase II diumumkan oleh H.E. Rut Krüger Giverin, Ambassador of Norway to Indonesia, H.E. Bjørn Staurset Jahnsen, Ambassador of Norway to the Philippines, Sitti Rohmi Djalilah, Vizminda Osorio, Assistant Director, Environmental Management Bureau, Department of Environment and Natural Resources, Republic of the Philippines, dan Wakil Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat Republik Indonesia. Harapannya, keempat pemenang yang berhasil mendapatkan pendanaan awal dan pendampingan selama 9 bulan dari UNDP Innovation Hub dapat mengatasi permasalahan sampah di Mandalika, Indonesia dan Pulau Samal, Filipina.

Pemenang Kompetisi EPPIC Fase II diumumkan oleh H.E. Rut Krüger Giverin, Ambassador of Norway to Indonesia, H.E. Bjørn Staurset Jahnsen, Ambassador of Norway to the Philippines, Sitti Rohmi Djalilah, Vizminda Osorio, Assistant Director, Environmental Management Bureau, Department of Environment and Natural Resources, Republic of the Philippines, dan Wakil Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat Republik Indonesia. Harapannya, keempat pemenang yang berhasil mendapatkan pendanaan awal dan pendampingan selama 9 bulan dari UNDP Innovation Hub dapat mengatasi permasalahan sampah di Mandalika, Indonesia dan Pulau Samal, Filipina.

Artikel ini telah tayang di https://daelpos.com dengan judul “Sepanjang 2018-2020, kebocoran sampah ke laut turun 15 persen”,

Klik untuk baca: https://daelpos.com/2021/12/15/inovator-dari-indonesia-dan-singapura-menang-kompetisi-tingkat-asean-untuk-mengatasi-sampah-plastik-di-mandalika/

By daelpos.com

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru

  • Dipuji Pakar Lingkungan, Gagasan Gubernur Koster Soal Sampah Dinilai Solusi TuntasAgustus 9, 2025 - 02:04
  • Pastikan Progres Pengolahan Sampah, Menko Pangan ke TPST MengwitaniAgustus 9, 2025 - 02:00
  • Pemkab Pandeglang Respons Protes Warga soal TPA Tampung Sampah TangselAgustus 9, 2025 - 01:50
  • China is the world’s biggest plastic producer — making as much as 6 countries combinedAgustus 9, 2025 - 01:44
  • More than 200 lobbyists at UN’s plastic treaty talks will limit progress, campaigners warnAgustus 9, 2025 - 01:36

Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190

sekretariat@tknpsl.id

INSTITUSI TERKAIT

SISTEM

  • Sistem Pelaporan
  • Data Sampah
SOSIAL MEDIA
  • Share on Facebook
  • Share on LinkedIn
  • Link to Instagram
  • Link to Youtube

Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut

Sepanjang 2018-2020, kebocoran sampah ke laut turun 15 persensampah ke laut turun 15 persenKementerian Lingkungan Hidup Bagikan Motor Tossa Pengangkut SampahKementerian Lingkungan Hidup Bagikan Motor Tossa Pengangkut Sampah di Aceh ...
Scroll to top