Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
Pewarta : Rahmadhani(12 Agustus 2020)
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBURAYA – Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan bersama Sekretaris Daerah Kubu Raya Yusran Anizam menyaksikan presentase konsep pengolahan sampah menjadi tenaga listrik, atau Waste To Energy (WTE) dari PT Alam Kalbar Sukses Mandiri (AKSM), di Kantor Bupati Kubu Raya, pada Kamis (13/8/2020).
Direktur PT Alam Kalbar Sukses Mandiri (AKSM), Hoksun Candra menjelaskan, konsep WTE sendiri merupakan suatu sistem pengolahan sampah dengan sistem pembakaran, yang nantinya akan menjadi tenaga listrik.
Dirinya menyadari, persoalan mengenai sampah selama ini memang menjadi kendala bagi pemerintah untuk menanggulangi.
Maka dari itupun, pihaknya mengajak pemerintah Kabupaten Kubu Raya untuk bekerjasama dalam membangun konsep ini, agar permasalahan sampah dapat diatasi.
“Kenapa timbulnya kebutuhan WTE ini, seperti yang dikatakan pak Bupati, semakin kota menuju kota yang semakin maju dan berkembang, otomatis sampah dari kota yang berkembang maju itu akan semakin banyak. Itu semua sudah menjadi masalah sosial dan masalah lingkungan yang sudah sangat serius yang harus kita punya cara terbaik untuk mengatasinya,” kata Hoksun Candra.
“Ini adalah salah satu kata kunci, berapa persen sampah yang sudah diolah pada setiap kota, saya rasa setiap kota punya angkanya. Jadi tujuan daripada kota itu semua sampah pada akhirnya harus bisa diolah, apakah dimusnahkan, apakah diolah kembali, itu semua adalah variasi daripada manajemen yang akan bisa dikembangkan disetiap dinas disetiap kota,” ujarnya.
Lebih lanjut Hoksun menyebutkan, konsep TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah yang kini masih digunakan bukanlah solusi. Sebab menurutnya, konsep itu adalah konsep kuno, dan bukan konsep yang dapat dipakai selamanya.
Alasan itu lontarkannya, karena dirinya menuturkan, apabila konsep TPA masih digunakan maka kapasitas TPA akan semakin terbatas, dan pembukaan lahan baru juga nantinya akan semakin mahal.
“10 tahun lalu, di Eropa juga pada waktu umur saya masih 20 tahunan untuk saya kuliah disana masih sangat banyak, tetapi saya lihat sekarang mereka punya TPA itu sudah hampir tidak ada. Di jerman itu TPA sudah digantikan dengan WTE, kebetulan mereka disana menggunakna konsep WTE,” katanya.
“Nah memang standart WTE itu harus sangat ketat dieropa, sebab udara harus sangat bersih,” katanya
“Kita harus berkembang, tidak lagi membuang sampah di TPA, dan kita tumpuk dengan tanah, kemudian busuk, itu mungkin cara 50 tahun 100 tahun yang lalu. Sekarang kita jamannya harus punya cara yang lebih baik,” tegasnya.
Selanjutnya, Direktur itu menuturkan bahwa pihaknya selain bekerjasama dengan pemerintah kabupaten Kubu Raya, juga akan bekerjasama dengan pemerintah kota Pontianak.
Hal itu lantaran, dalam pengelolaan sampah menjadi tenaga listrik, dibutuhkan penyediaan sampah sebanyak 700 ton perhari.
“Kita kerjasama dengan pemkab kubu raya dan juga pemkot pontianak, karena kita pun akan membutuhkan supplai sampah dari mereka, sekitar 400 ton perhari. Dari kubu raya kita harapkan sekarang bisa 130 perhari, nanti 3 tahun kedepan bisa kearah 200 ton perhari. Sampah yang kita butuhkan perhari dalam pembakaran kita punya WTE ada 700 ton sampah perhari,” paparnya. (*)
Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Bangun Kerjasama, Pengolahan Sampah Jadi Tenaga Listrik Direncanakan akan Dibangun di Kubu Raya, https://pontianak.tribunnews.com/2020/08/13/bangun-kerjasama-pengolahan-sampah-jadi-tenaga-listrik-direncanakan-akan-dibangun-di-kubu-raya.
Penulis: Muzammilul Abrori
Editor: Rivaldi Ade Musliadi
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
You can see how this popup was set up in our step-by-step guide: https://wppopupmaker.com/guides/auto-opening-announcement-popups/
Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.
Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.
Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.
Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.