Loading
Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut
  • TENTANG KAMI
    • LATAR BELAKANG
    • STRUKTUR ORGANISASI
    • KELOMPOK KERJA
  • REGULASI
  • POJOK INOVASI
    • EKONOMI
    • TEKNOLOGI
    • KEPEMERINTAHAN
    • KEMASYARAKATAN
  • KNOWLEDGE
    • BERITA
      • NEWSLETTER
    • DOKUMEN
      • FILE
  • EVENTS
    • PROGRAM
      • LABUAN BAJO
    • INC-3
    • EUPHORIA
    • UN OCEAN CONFERENCE
      • MONITORING and ASSESSMENT
      • GLOBAL COMMITMENTS and ACTIONS
    • RESIK
  • Search
  • Menu Menu

Bukan Sampah, Mikroplastik Jenis Ini Jadi Pencemar Terbesar Di Kutub Utara

By solopos.com (24 Januari 2021)

sampah laut

Peneliti mengungkap bahwa mikroplastik sebagian besar bukan berasal dari sampah, tetapi dari pakaian manusia.

Solopos.com, SOLO–Penyebaran mikroplastik yang terus berkembang, kini mulai mendapatkan banyak perhatian. Apalagi, peneliti mengungkap bahwa mikroplastik sebagian besar bukan berasal dari sampah, tetapi dari pakaian manusia.

Hal ini mungkin tak terbayangkan sebelumnya, tetapi serat mikro atau mikrofiber yang hanyut ke laut dari cucian pakaian atau dari limbah industri, juga masuk dalam sumber pencemaran Bumi.

Peter Ross, peneliti polusi laut dari Ocean Wise Conservation Association di Kanada, memimpin penelitian dan menganalisis distribusi mikroplastik di Samudra Arktik. Mereka mengambil sampel kontaminan di air laut dekat permukaan pada 71 lokasi di seluruh Eropa dan Amerika Utara, termasuk Kutub Utara.

Dalam penelitian ini, para ahli mengumpulkan sampel mikroplastik di kedalaman 3 hingga 8 meter. Tak hanya berhenti disitu, mereka juga mengambil sampel di kedalaman yang jauh lebih rendah di Laut Beaufort. Lebih tepatnya di utara Alaska dan Kanada dengan mengumpulkan mikroplastik di kedalaman paling rendah 1.015 meter.

Baca Juga : Bijak Dalam Kelola Sampah: Atasi Masalah tanpa Timbulkan Masalah Baru

Serat Pakaian Jadi Sumber Pencemar

Melansir dari suara.com, Senin (18/1/2021), tim ilmuwan mengatakan, meskipun mikroplastik diketahui telah menyebar ke wilayah yang paling terpencil di dunia, namun mekanisme yang mendasari distribusi dan skala kontaminasi masih belum jelas.

Mikroplastik terurai menjadi potongan-potongan kecil saat terdegradasi dan pindah ke Kutub Utara barat. Sekitar 40 partikel mikroplastik per meter kubik air laut dengan 92,3 % adalah serat mikroplastik dan 73,3 % adalah poliester.

“Kelimpahan partikel berkorelasi dengan garis bujur, dengan hampir tiga kali lebih banyak partikel di Kutub Utara bagian timur, dibandingkan dengan di barat. Pergeseran dari timur ke barat menunjukkan potensi pelapukan serat dari sumbernya,” tulis para ilmuwan dalam penelitian yang diterbitkan di Nature Communications.

Tidak Sepenuhnya Tersaring

Para ahli mengatakan bahwa satu pakaian dapat melepaskan jutaan serat selama pencucian biasa dan pabrik pengolahan air limbah dapat melepaskan lebih dari 20 miliar mikrofiber setiap tahun.

Selain itu, dalam dua pertiga dari pakaian terdiri dari bahan sintetis, termasuk poliester, nilon, dan akrilik. Serat sintetis ini dapat masuk ke air lewat limbah dari pabrik atau dari orang yang sedang mencuci pakaian mereka.

Instalasi pengolahan air limbah memang mampu menangkap sebagian besar darinya. Namun, tetap saja sisa serat dengan ukuran lebih kecil pada akhirnya dapat mengalir ke sungai, saluran air, hingga akhirnya, lautan.

Baca Juga : Indonesia Hasilkan Sampah 175 Ribu Ton Sehari

Dampak Mikroplastik

Melansir dari Liputan6.com, Senin (18/1/2021), Arktik adalah barometer kesehatan planet dan wilayahnya sangat rentan, terutama terhadap krisis iklim. Adanya serat poliester ini dapat berdampak pada manusia dan satwa liar laut seperti burung, ikan, dan zooplankton.

Berbagai penelitian juga menemukan mikroplastik dalam usus ikan dan kehidupan laut. Ini tentunya, akan mengkhawatirkan jika dikonsumsi manusia dan berdampak pada kesehatan. Apalagi, bagi masyarakat adat yang sangat bergantung pada makanan laut.

Saat ini, tantangan besar bagi komunitas ilmiah adalah bagaimana mengkarakterisasi dan mendokumentasikan sebab dan akibat untuk kelompok polutan yang sangat komplek. Kegiatan ini tentunya baik bagi perkembangan ilmu dampak mikroplastik, terutama dalam bidang kesehatan.

Artikel ini telah tayang di solopos.com dengan judul “Bukan Sampah, Mikroplastik Jenis Ini Jadi Pencemar Terbesar Di Kutub Utara”,

Klik untuk baca: https://www.solopos.com/bukan-sampah-mikroplastik-jenis-ini-jadi-pencemar-terbesar-di-kutub-utara-1103898.

By solopos.com

Share
  • Share on Facebook
  • Share on Twitter
  • Share on WhatsApp
  • Share on LinkedIn
  • Share by Mail
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru

  • Dipuji Pakar Lingkungan, Gagasan Gubernur Koster Soal Sampah Dinilai Solusi TuntasAgustus 9, 2025 - 02:04
  • Pastikan Progres Pengolahan Sampah, Menko Pangan ke TPST MengwitaniAgustus 9, 2025 - 02:00
  • Pemkab Pandeglang Respons Protes Warga soal TPA Tampung Sampah TangselAgustus 9, 2025 - 01:50
  • China is the world’s biggest plastic producer — making as much as 6 countries combinedAgustus 9, 2025 - 01:44
  • More than 200 lobbyists at UN’s plastic treaty talks will limit progress, campaigners warnAgustus 9, 2025 - 01:36

Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190

sekretariat@tknpsl.id

INSTITUSI TERKAIT

SISTEM

  • Sistem Pelaporan
  • Data Sampah
SOSIAL MEDIA
  • Share on Facebook
  • Share on LinkedIn
  • Link to Instagram
  • Link to Youtube

Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut

KOTA JAYAPURA (spasial data land-based)sampah lautSampah Banjarmasin bertambah sekitar 25 ton per hari setelah banjir
Scroll to top