Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
[convertful id="73132"]
Penulis : Gita Laras Widyaningrum (04 Agustus 2020)
Nationalgeographic.co.id – Salah satu spesies krustasea kecil diketahui dapat memecah mikroplastik menjadi potongan lebih kecil lagi hanya dalam waktu beberapa hari. Menurut para ilmuwan, prosesnya lebih cepat dibanding yang diperkirakan.
Penguraian plastik di lingkungan laut diyakini terjadi sangat lambat. Perlu ombak yang sangat besar atau melalui paparan sinar matahari dalam jangka panjang.
Namun, para peneliti dari University College Cork (UCC) di Irlandia telah menemukan invertebrata yang “sangat umum” di aliran air tawar yang mampu memecah mikroplastik menjadi nanoplastik (berukuran kurang dari satu mikrometer). Ia dapat melakukannya dalam waktu kurang dari 100 jam.
Dr Alicia Mateos-Cardenas, pemimpin studi dari UCC, mengatakan: “Kami menemukan bahwa amphipoda air tawar atau krustasea kecil yang disebut Gammarus duebeni mampu mengurai mikroplastik menjadi berbagai bentuk dan ukuran dalam waktu kurang dari empat hari.”
“Meskipun spesies ini ditemukan di Irlandia, tapi mereka masuk ke dalam kelompok intervertebrata yang umum ditemukan di perairan tawar atau lautan di seluruh dunia,” imbuhnya.
Menurut peneliti, penemuan ini bukan kabar baik bagi sampah plastik yang tersumbat di saluran air dan laut.
Mereka menggambarkan hasil studi ini sebagai hal yang “mengkhawatirkan”. Selama ini kita tahu bahwa mikroplastik kerap dikonsumsi hewan laut dan kemudian terjebak dalam pencernaan mereka hingga menyebabkan kematian. Partikel nanoplastik yang lebih kecil justru semakin berbahaya karena bisa masuk lebih jauh ke dalam tubuh spesies—menembus sel dan jaringan di mana efeknya lebih sulit diprediksi.
“Temuan bahwa hewan invertebrata yang umum seperti itu dapat dengan cepat menghasilkan sejumlah besar nanoplastik sangat mengkhawatirkan,” ungkap peneliti dalam studi.
Dr Mateos-Cardenas menjelaskan bahwa intervertebrata ini begitu penting bagi ekosistem karena mereka menjadi mangsa bagi ikan dan burung laut. Namun, di sisi lain, itu juga membahayakan karena fragmen nanoplastik yang mereka produksi bisa memasuki rantai makanan.
“Data dalam penelitian ini akan membantu kita untuk memahami peran hewan dalam menentukan nasib plastik di perairan. Meski begitu, penelitian lebih lanjut juga sangat diperlukan untuk mengungkap dampak keseluruhan dari partikel-partikel tersebut,” katanya.
Studi dipublikasikan pada jurnal Scientific Reports.
Sumber :
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
You can see how this popup was set up in our step-by-step guide: https://wppopupmaker.com/guides/auto-opening-announcement-popups/
Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.
Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.
Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.
Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.