Indonesia Harus Belajar, 10 Negara dengan Program Pengelolaan Sampah Terbaik di Dunia
Indonesia Harus Belajar, 10 Negara dengan Program Pengelolaan Sampah Terbaik di Dunia
prfmnews.pikiran-rakyat.com (05 januari 2025)
BANDUNG, PRFMNEWS – Indonesia terutama Jawa Barat saat ini menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Data menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil sampah yang berhasil dikelola dengan baik, sementara sisanya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) dan mencemari lingkungan.
Akibatnya banyak wilayah yang mengalami masalah seperti pencemaran air, tanah, dan udara yang mengancam kesehatan masyarakat serta kelestarian lingkungan. Kurangnya infrastruktur pengelolaan sampah hingga kapasitas TPA yang sudah penuh menjadi salah satu faktor utama permasalahan ini.
Di beberapa daerah, masyarakat belum memiliki akses terhadap fasilitas daur ulang yang efektif, sehingga sampah yang dapat didaur ulang seringkali terbuang percuma.
1. Brazil
Kota Curitiba di Brazil telah menjadi contoh sukses dalam program daur ulang. Dengan tingkat daur ulang mencapai lebih dari 70%, program ini memberikan dampak positif bagi masyarakat. Penduduk ekonomi lemah diberikan token sebagai imbalan atas sampah yang mereka bawa ke pusat daur ulang. Token ini dapat ditukar dengan transportasi atau makanan.
2. Austria
Austria menjadi salah satu negara dengan tingkat daur ulang tertinggi di dunia, dengan 96% penduduknya aktif memilah sampah. Setiap rumah tangga di Austria rata-rata memilah hingga satu juta ton sampah setiap tahunnya. Mulai 2020, negara ini juga telah melarang penggunaan kantong plastik, menunjukkan komitmen mereka terhadap pengurangan sampah plastik.
3. Kanada
Di Vancouver, Kanada, sampah makanan dilarang masuk ke tempat sampah biasa. Sampah organik ini wajib dimasukkan ke dalam tong kompos hijau. Kebijakan ini mengurangi emisi karbon dioksida yang biasanya dilepaskan saat makanan membusuk di tempat pembuangan akhir. Program ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga mendukung keberlanjutan.
4. Wales
Wales telah berhasil mendaur ulang sekitar 65% dari total sampah mereka. Dengan target mendaur ulang 70% sampah pada 2025, Wales terus memimpin dalam pengelolaan sampah di Inggris. Wales juga merencanakan penggunaan 30% sisa sampah melalui pengolahan di fasilitas pengolahan limbah modern.
5. Amerika
Serikat San Francisco memiliki program daur ulang yang membagi sampah ke dalam tiga kategori yaitu kompos, daur ulang, dan tempat pembuangan akhir.
Sampah organik, seperti sisa makanan dan kertas, masuk ke kompos, sedangkan bahan-bahan seperti plastik keras dan kaleng aluminium masuk ke daur ulang. Kota ini menargetkan untuk sepenuhnya menghentikan penggunaan tempat pembuangan akhir pada tahun 2030.
6. Swiss
Di Zurich Swiss, terdapat lebih dari 12.000 titik daur ulang. Program ini diwajibkan secara hukum, dengan sanksi bagi mereka yang gagal memilah sampah.Sebanyak 50% sampah di Swiss didaur ulang, sementara sisanya digunakan untuk menghasilkan energi. Tidak ada sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir, sehingga emisi gas rumah kaca dapat ditekan.
7. Singapura
Singapura dikenal dengan penggunaan tempat pembuangan akhir yang sangat minim. Perusahaan diwajibkan untuk bertanggung jawab atas limbah yang mereka hasilkan. Sampah yang tidak dapat didaur ulang biasanya dibakar, sementara hanya plastik yang tidak dapat didaur ulang yang dibuang ke tempat pembuangan akhir.
8. Korea Selatan
Korea Selatan telah berhasil meningkatkan tingkat daur ulang sampah makanan dari 2% pada tahun 1995 menjadi 95% saat ini. Kebijakan pungutan biaya untuk setiap kantong sampah makanan menjadi pendorong utama keberhasilan ini. Hampir semua jenis sampah, termasuk baja, kain, dan styrofoam, dapat didaur ulang di negara ini.
9. Inggris
Kota Leeds di Inggris memiliki program Zero Waste yang tidak hanya mendaur ulang sampah tetapi juga memanfaatkan barang-barang tak terpakai. Program ini juga melibatkan masyarakat untuk menyumbangkan seragam sekolah atau peralatan olahraga yang tidak terpakai untuk didistribusikan kepada keluarga yang membutuhkan.
10. Jerman
Jerman memimpin dunia dengan tingkat daur ulang 70% dari total limbah yang dihasilkan. Melalui kebijakan seperti Green Dot, negara ini mendorong perusahaan untuk mengurangi penggunaan kemasan. Selain itu sistem pengelolaan limbah yang menggunakan lima jenis tempat sampah memastikan bahwa sampah dikelola secara optimal. Hasilnya, emisi gas rumah kaca dapat dikurangi secara signifikan.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!