Loading
Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut
  • TENTANG KAMI
    • LATAR BELAKANG
    • STRUKTUR ORGANISASI
    • KELOMPOK KERJA
  • REGULASI
  • POJOK INOVASI
    • EKONOMI
    • TEKNOLOGI
    • KEPEMERINTAHAN
    • KEMASYARAKATAN
  • KNOWLEDGE
    • BERITA
      • NEWSLETTER
    • DOKUMEN
      • FILE
  • EVENTS
    • PROGRAM
      • LABUAN BAJO
    • INC-3
    • EUPHORIA
    • UN OCEAN CONFERENCE
      • MONITORING and ASSESSMENT
      • GLOBAL COMMITMENTS and ACTIONS
    • RESIK
  • Search
  • Menu Menu

Studi: Tidak Hanya di Tanah dan Perairan, Mikroplastik juga Ditemukan di Air Awan

mongabay.co.id (16 Februari, 2024)

perairan mikroplastik
Airborne Hydrophilic microplastics in cloud water at high altitudes and their role in cloud formation. WASEDA University. ©2023 mongabay.co.id (mongabay.co.id)

Diantara tahun 1950an hingga 2015, manusia telah menghasilkan 6,3 miliar metrik ton sampah plastik. Jika berdasarkan tren saat ini, jumlah tersebut diperkirakan akan melonjak hingga 26 miliar metrik ton pada tahun 2050. Dikarenakan aktivitas antroposentrik inilah, limbah dan cemaran plastik saat ini dapat ditemukan dimana-mana.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa partikel mikroplastik, -partikel berukuran kurang dari 5 milimeter berukuran sangat kecil, tidak saja ditemukan di perairan terpencil seperti Arktik dan Antartika, namun juga ditermukan di tanah, tempat tumbuhnya sayuran dan buah-buahan.

Mikroplastik juga ditemukan di organ dalam satwa liar, termasuk manusia. Para ilmuwan bahkan telah mendeteksi adanya plastik dalam darah, otak, dan plasenta manusia.

Lebih jauh, semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa mikroplastik dapat terbawa ke atmosfer oleh angin dan buliran air laut, lalu jatuh dari langit dalam bentuk hujan.

Studi baru yang diterbitkan di Environmental Chemistry Letters partikel mikroplastik ditemukan di udara. Dalam penelitian ini, para peneliti mengumpulkan sampel air tawar dari puncak pegunungan tinggi di Jepang, termasuk puncak Gunung Fuji.

Temuan ini membuat para ilmuwan berpendapat bahwa mikroplastik di dataran tinggi dapat mempengaruhi pembentukan awan dan oleh karena itu mengubah iklim. Meski, mereka tidak lebih jauh menyelidiki kemungkinan-kemungkinan ini dalam penelitian tersebut.

Sampel air awan yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan perangkat kawat halus, yang lalu dianalisis melalui teknik pencitraan. Mereka mendeteksi adanya mikroplastik di air awan berdiameter antara 7,1 hingga 94,6 mikrometer, yang ukurannya hampir tidak terlihat atau bahkan tidak mungkin terlihat dengan mata telanjang.

Adapun sembilan jenis plastik berbeda terdeteksi, diantaranya: polyethylene, polypropylene dan polyethylene terephthalate. Material ini adalah jenis plastik yang umum digunakan untuk membuat botol minuman, tas belanja, mainan, dan pakaian sintetis.

Baca Juga: Tantangan Lingkungan Pasca Pemilu

Dari setiap liter air awan yang diperiksa, peneliti menjumpai kandungan antara 6,7 dan 13,9 mikroplastik. Angka-angka ini mungkin masih lebih kecil dibanding angka sebenarnya, para peneliti berargumen beberapa partikel plastik kemungkingkinan terperangkap di kawat dan pipa perangkat pengumpul.

Para peneliti berpendapat bahwa beberapa awan mengandung lebih banyak mikroplastik dibandingkan awan lainnya, khususnya awan yang terbentuk di atas lautan.

“Ada kemungkinan mikroplastik laut tersebar ke atmosfer dan terbawa ke puncak Gunung Fuji,” kata peneliti utama Hiroshi Okochi, seorang profesor di Waseda University, kepada Mongabay melalui email.

Dia menambahkan, pengamatan timnya juga menunjukkan bahwa awan yang diperiksa mengandung konsentrasi polypropylene yang lebih tinggi ketika topan mendekat.

Lalu, bagaimana mikroplastik dapat berkontribusi dan mengubah pembentukan awan secara alami?

Plastik dikenal bersifat hidrofobik (menolak air), namun bisa berubah menjadi hidrofilik (menarik air) ketika sinar matahari mendegradasikannya, atau ketika bahan organik menempel pada permukaannya.

Ketika mikroplastik menjadi hidrofilik, para peneliti mengatakan bahwa mikroplastik mungkin bertindak sebagai “inti kondensasi awan”. Tetesan uap air terbentuk di sekitar partikel plastik kecil yang berkumpul membentuk awan. Kemungkinan bisa juga menjadi bagian dari “partikel inti” molekul yang membentuk kristal es di atmosfer.

Para peneliti menduga mikroplastik pembentuk awan ini dapat mempengaruhi iklim bumi, meski dampak yang ditimbulkannya masih belum diketahui secara pasti.

Baca Juga: Hasil Audit Sungai Watch Sebut Sachet Salah Satu Penyampah Plastik Terbesar

“Jika AMP [mikroplastik di udara] membentuk lebih banyak awan, maka mereka memantulkan lebih banyak sinar matahari. Ini disebut efek radiasi tidak langsung yang memberi efek mendinginkan bumi,,” jelas Okochi.

“Di sisi lain sinar ultraviolet yang kuat di atmosfer bagian atas akan mempercepat degradasi AMP, yang dapat melepas gas rumah kaca seperti metana dan karbon dioksida. Ini bakal berdampak pada pemanasan bumi,” tambahnya.

Denise Mitrano, ahli kimia analitik lingkungan di ETH Zürich, yang tidak terlibat dalam penelitian ini menyebut penelitian ini telah menyajikan “kumpulan data unik” yang akan mengisi kesenjangan data distribusi mikroplastik.

Namun dia mengatakan, kesimpulan penelitian tentang mikroplastik yang membentuk awan mungkin tidak sepenuhnya benar.

“Adanya mikroplastik di awan menunjukkan jika partikel-partikel tersebut terangkat bersama massa udara, namun tidak serta merta mempengaruhi proses pembentukan awan itu sendiri,” ungkap Mitrano dalam sebuah pernyataan melalui email kepada Mongabay.

Dalam jurnal Nature Geoscience, Mitrano dan rekan penelitinya menyebut hanya mikroplastik dan nanoplastik (potongan plastik berukuran kurang dari 100 nanometer) yang berpotensi mempengaruhi pembentukan awan secara langsung.

Selain itu, mereka menyebut pembentukan awan bergantung pada beberapa faktor, diantaranya seberapa lapuknya plastik, dan apakah terdapat sejumlah besar plastik jika dibandingkan dengan partikel lain atau aerosol.

“Dalam sudut pandang kami, mikroplastik di atmosfer tidak akan berdampak secara keseluruhan terhadap iklim dari emisi gas rumah kaca. Namun, dalam beberapa kasus, nano dan mikroplastik dapat berdampak pada pembentukan awan dimana terdapat lebih sedikit aerosol di atmosfer, yang dapat mempengaruhi radiasi yang dipantulkan,” kata Mitrano.

Artikel ini telah tayang di https://mongabay.co.id/ dengan judul “Studi: Tidak Hanya di Tanah dan Perairan, Mikroplastik juga Ditemukan di Air Awan”,

Klik untuk baca: https://www.mongabay.co.id/2024/02/16/studi-tidak-hanya-di-tanah-dan-perairan-mikroplastik-juga-ditemukan-di-air-awan/

By mongabay.co.id

Share this entry
  • Share on Facebook
  • Share on Twitter
  • Share on WhatsApp
  • Share on Pinterest
  • Share on LinkedIn
  • Share on Tumblr
  • Share on Vk
  • Share on Reddit
  • Share by Mail
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More than 200 lobbyists at UN’s plastic treaty talks will limit progress, campaigners warn

Agustus 9, 2025
https://sampahlaut.id/wp-content/uploads/2025/08/Screenshot-2025-08-09-at-01.33.24.png 1982 2512 admin https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg admin2025-08-09 01:36:142025-08-09 01:36:14More than 200 lobbyists at UN’s plastic treaty talks will limit progress, campaigners warn

AS Tolak Perjanjian Global Batasi Produksi Plastik

Agustus 9, 2025
https://sampahlaut.id/wp-content/uploads/2025/08/sampah-plastik-asal-amerika-serikat-ditumpuk-di-sekitar-jalan_210325141456-90.jpg 553 830 admin https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg admin2025-08-09 01:26:232025-08-09 01:26:55AS Tolak Perjanjian Global Batasi Produksi Plastik

Indonesia Harus Belajar, 10 Negara dengan Program Pengelolaan Sampah Terbaik di Dunia

0 Comments
/
Januari 5, 2025
https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg 0 0 admin https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg admin2025-01-05 22:08:592025-08-01 22:01:50Indonesia Harus Belajar, 10 Negara dengan Program Pengelolaan Sampah Terbaik di Dunia

Penerimaan retribusi sampah di Palu capai Rp10 miliar

0 Comments
/
Januari 5, 2025
https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg 0 0 admin https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg admin2025-01-05 21:59:292025-01-06 14:04:02Penerimaan retribusi sampah di Palu capai Rp10 miliar
Page 1 of 210123›»

Berita Terbaru

  • Dipuji Pakar Lingkungan, Gagasan Gubernur Koster Soal Sampah Dinilai Solusi TuntasAgustus 9, 2025 - 02:04
  • Pastikan Progres Pengolahan Sampah, Menko Pangan ke TPST MengwitaniAgustus 9, 2025 - 02:00
  • Pemkab Pandeglang Respons Protes Warga soal TPA Tampung Sampah TangselAgustus 9, 2025 - 01:50
  • China is the world’s biggest plastic producer — making as much as 6 countries combinedAgustus 9, 2025 - 01:44
  • More than 200 lobbyists at UN’s plastic treaty talks will limit progress, campaigners warnAgustus 9, 2025 - 01:36

Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190

sekretariat@tknpsl.id

INSTITUSI TERKAIT

SISTEM

  • Sistem Pelaporan
  • Data Sampah
SOSIAL MEDIA
  • Share on Facebook
  • Share on LinkedIn
  • Link to Instagram
  • Link to Youtube

Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut

Tantangan Lingkungan Pasca Pemilutantangan lingkunganplastic pollutionTurboPETase: The Game-Changer in Plastic Pollution Reduction
Scroll to top