Loading
Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut
  • TENTANG KAMI
    • LATAR BELAKANG
    • STRUKTUR ORGANISASI
    • KELOMPOK KERJA
  • REGULASI
  • POJOK INOVASI
    • EKONOMI
    • TEKNOLOGI
    • KEPEMERINTAHAN
    • KEMASYARAKATAN
  • KNOWLEDGE
    • BERITA
      • NEWSLETTER
    • DOKUMEN
      • FILE
  • EVENTS
    • PROGRAM
      • LABUAN BAJO
    • INC-3
    • EUPHORIA
    • UN OCEAN CONFERENCE
      • MONITORING and ASSESSMENT
      • GLOBAL COMMITMENTS and ACTIONS
    • RESIK
  • id
    • id
    • en
  • Search
  • Menu Menu

28 Hari Plastik Ramah Lingkungan Karya Mahasiswa ITS Terurai, Hanya Pakai Bahan Ini

plastik ramah lingkungan

Penulis : Albertus Adit
Editor : Albertus Adit

(31 Desember 2020)

KOMPAS.com – Hingga kini, sampah plastik masih menjadi masalah tersendiri. Sebab, plastik sulit terurai. Padahal, hampir setiap orang ketika berbelanja selalu menggunakan kantong plastik.
Terlebih di masa pandemi Covid-19 ini menyebabkan peningkatan konsumsi produk yang menggunakan plastik sintetis. Maka tak heran jika sampah plastik juga meningkat.
Untuk mengatasi permasalahan ini, seorang mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS) Surabaya menggagas plastik berbahan dasar alami.
Bahan apa itu? Ternyata, Hamdan Kafi Magfuri, mahasiswa Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS menggunakan bahan kentang. Selain dapat dijadikan kantong plastik, kantong ini juga dapat dijadikan pakan ternak dan pupuk, serta mudah terurai oleh tanah.
Baca Juga : Indonesia Masih di Posisi Kedua Terbanyak Hasilkan Sampah di Lautan
Plastik mudah terurai,
Berdasar pengamatannya, dibanding sebelum masa pandemi, kini banyak masyarakat yang memilih untuk memasak makanan di rumahnya sendiri. Salah satu konsekuensi yang ditimbulkan, adanya penumpukan sampah kantong plastik sekali pakai.
“Lama kelamaan penumpukan kantong plastik ini akan berdampak buruk pada lingkungan,” ujar Hamdan seperti dikutip dari laman ITS, Kamis (31/12/2020). Karena itu ia membuat inovasi untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan dampak buruk yang ditimbulkan.
Sebab, plastik sendiri merupakan material yang sangat sulit terurai oleh tanah. Panjangnya rantai karbon dalam penyusunan materinya, membuat plastik baru dapat diurai oleh mikroorganisme dalam waktu ratusan hingga ribuan tahun.
“Dengan demikian, ide utama yang harus diangkat adalah plastik yang mudah terurai dan memiliki manfaat lain selain menjadi sampah,” tuturnya.
Baca Juga : Libur Natal, Produksi Sampah di Pematangsiantar Naik 100 Ton Per Hari
Dia sendiri mempunyai modal dari riset penelitian-penelitian terdahulu, maka Hamdan menggagas plastik berbahan dasar pati, yang banyak terkandung dalam umbi-umbian. Tetapi dari sekian banyak jenis umbi-umbian, Hamdan memilih kentang sebagai bahan utama.
Alasannya, ketersediaan kentang di Indonesia sangat melimpah. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), kentang merupakan salah satu komoditas besar di Indonesia.
Selain itu, dari pemilihan ini Hamdan juga berharap pendapatan petani kentang dapat meningkat kembali. Sebab, kini pendapatan petani kentang di Indonesia terbilang rendah. Cara pembuatan plastik kentang Menurut Hamdan, cara pembuatannya cukup mudah.
Kentang yang tidak lolos sortir untuk dijual di pasar, maka digiling dan diperas sari patinya. Kemudian, sari pati ini diendapkan selama beberapa hari hingga menghasilkan endapan tepung. Endapan ini kemudian dicampur dengan platisizer dan kitosan.
Campuran ini kemudian diendapkan, dicetak pada cetakan lembaran, serta dipanaskan pada suhu 120 derajat celcius selama 30-90 menit. Dikatakan, plastisizer sendiri didapat dari glisoerol dan asam asetat, berfungsi untuk mendapatkan sifat plastik, yaitu untuk memadatkan adonan.
Baca Juga : Jaga Kelestarian Alam dengan Kelola Sampah
“Sedangkan kitosan didapat dari tepung kulit udang dan cangkang kepiting yang berfungsi untuk menaikkan sifat mekanik plastik agar memiliki daya untuk menahan beban,” terangnya. Adapun plastik berbahan dasar kentang ini memiliki karakteristik yang baik.
Dari segi kekuatan tarik, plastik ini berkekuatan 28 MPa, di atas standar SNI yang sebesar 27 MPa. Sedangkan dari kemampuan tahan air, plastik ini memiliki kemampuan yang sama dengan plastik pada umumnya.
“Plastik ini tidak mengeluarkan zat karbon seperti plastik pada umumnya, sehingga aman untuk makanan,” jelasnya.
Tak hanya itu saja, sampah dari plastik ini juga dapat terurai dalam waktu 28 hari di dalam tanah. Oleh karena itu, untuk penyimpanannya, harus diletakkan pada tempat yang tidak memiliki kontak dengan udara yang terlalu banyak. Selain itu, sampah dari plastik ini juga dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk kompos.
Ketika sebuah area sudah terlanjur dipenuhi sampah yang menumpuk, orang-orang yang berpendidikan dan tingkat ekonominya tinggi sekalipun bisa mudah menyampah.

“Sebaliknya, ketika merasa lingkungan tempat tinggal atau tempat yang dikunjungi terlihat bersih, orang-orang cenderung segan untuk menyampah sembarangan,” katanya.

Oleh sebab itu, kelengkapan sarana untuk membiasakan masyarakat membuang sampah pada tempatnya sangat diperlukan. Penyediaan tempat sampah yang memisahkan antara sampah organik dan anorganik bisa menjadi salah satunya.

Selain itu, edukasi soal bahaya sampah pun perlu diberikan. Sebab, beberapa jenis sampah dapat bertahan lama di permukaan tanah dan tidak terurai dalam jangka waktu lama sehingga menjadi pencemar lingkungan. Misalnya saja, sampah plastik.

Menurut World Wildlife Fund (WWF), kantong plastik bisa bertahan hingga 20 tahun atau lebih untuk bisa terurai. Sementara, sedotan plastik yang kecil dapat bertahan hingga 200 tahun dan botol plastik mampu bertahan hingga sekitar 450 tahun.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “28 Hari Plastik Ramah Lingkungan Karya Mahasiswa ITS Terurai, Hanya Pakai Bahan Ini”, Klik untuk

baca: https://www.kompas.com/edu/read/2020/12/31/194144471/28-hari-plastik-ramah-lingkungan-karya-mahasiswa-its-terurai-hanya-pakai?page=all.

Penulis : Albertus Adit
Editor : Albertus Adit

Share
  • Share on Facebook
  • Share on X
  • Share on WhatsApp
  • Share on LinkedIn
  • Share by Mail
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terbaru

  • testJanuary 23, 2025 - 00:16
  • Indonesia Harus Belajar, 10 Negara dengan Program Pengelolaan Sampah Terbaik di DuniaJanuary 5, 2025 - 22:08
  • Penerimaan retribusi sampah di Palu capai Rp10 miliarJanuary 5, 2025 - 21:59
  • Sampah Domestik RI Capai 56,63 Juta Ton, Baru 30 Persen DikelolaJanuary 5, 2025 - 21:52
  • Kadis DLH Kota Bandung: Fokus Tingkatkan Pengelolaan SampahJanuary 5, 2025 - 21:47

Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190

sekretariat@tknpsl.id

INSTITUSI TERKAIT

SISTEM

  • Sistem Pelaporan
  • Data Sampah
SOSIAL MEDIA
  • Share on Facebook
  • Share on X
  • Share on LinkedIn
  • Link to Instagram
  • Link to Youtube

Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut

Sampah Laut Updatesampah lautHari Pertama Tahun 2021, Sebanyak 30 Ton Sampah Diangkut dari Pantai Kuta B...
Scroll to top

You can see how this popup was set up in our step-by-step guide: https://wppopupmaker.com/guides/auto-opening-announcement-popups/

Labuhan Bajo

Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.

Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.

Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.

Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.