Loading
Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut
  • TENTANG KAMI
    • LATAR BELAKANG
    • STRUKTUR ORGANISASI
    • KELOMPOK KERJA
  • REGULASI
  • POJOK INOVASI
    • EKONOMI
    • TEKNOLOGI
    • KEPEMERINTAHAN
    • KEMASYARAKATAN
  • KNOWLEDGE
    • BERITA
      • NEWSLETTER
    • DOKUMEN
      • FILE
  • EVENTS
    • PROGRAM
      • LABUAN BAJO
    • INC-3
    • EUPHORIA
    • UN OCEAN CONFERENCE
      • MONITORING and ASSESSMENT
      • GLOBAL COMMITMENTS and ACTIONS
    • RESIK
  • Search
  • Menu Menu

Smartphone Bekasmu Menumpuk? Begini Cara Atasinya

Penulis : Ananda Rizky Purwaningdyah  (09 Agustus 2020)

EcoCash merupakan rintisan asisten digital iSiaga yang memberikan jasa daur ulang sampah elektronik. EcoCash menerima berbagai macam sampah elektronik seperti       , tablet, monitor, komputer, kamera, hingga mesin cuci.

Cara kerja program daur ulang ini cukup sederhana, pelanggan hanya perlu mengakses situs EcoCash dan memilih jenis perangkat elektronik bekas serta berapa jumlah yang ingin ditukarkan menjadi rupiah. Pihak EcoCash akan mengambil sampah elektronik ke tempat pelanggan dan langsung dibawa ke tempat daur ulang EcoCash. Kemudian, Ecocash akan melakukan pemeriksaan terhadap barang yang ingin ditukar. Apabila kondisi barang sesuai dengan kondisi yang dilaporkan, pihak EcoCash akan mentransfer sesuai dengan nilai yang telah disepakati sebelumnya. Namun, apabila kondisi barang yang ditukar tidak sesuai, pihak EcoCash akan menghubungi pelanggan untuk melakukan negosiasi.

Harga jual yang ditawarkan EcoCash bervariasi, mulai dari harga Rp 2.500 hingga jutaan rupiah, bergantung pada jenis dan kondisi barang yang ditukarkan. Selain bertujuan dalam pengurangan jumlah sampah elektronik, EcoCash juga bekerja sama dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB Foundation), dimana pelanggan dapat menyumbangkan nilai tukar sampah elektronik ke yayasan tersebut.

Sampah elektronik atau yang biasa dikenal dengan sebutan E-Waste merupakan jenis sampah yang dapat membahayakan lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik karena mengandung zat berbahaya seperti merkuri, kadmium, timbal, kromium, dan lainnya. Sampah elektronik yang dibuang sembarangan dapat mengontaminasi tanah dan dapat bedampak negatif bagi makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Selain dapat mencemari tanah, sampah elektronik juga dapat mencemari udara apabila dibakar, zat berbahaya yang terkandung dalam sampah elektronik tersebut akan menyebar melalui udara dan memberikan dampak negatif bagi siapapun yang menghirupnya.

Dikutip dari Kompas, Tjatur Prasetijoko yang merupakan Manager Representatif Kualitas Lingkungan Kesehatan Keamanan TLI menuturkan bahwa meski tidak tampak, limbah B3 dari sampah elektronik berbahaya bagi kesehatan, sehingga limbah tersebut harus dikelola secara tepat, baik yang bisa didaur ulang ataupun yang harus dihilangkan. Dikutip dari Liputan6, PBB menyatakan bahwa sampah elektronik akan meningkat antara 3 sampai 4 persen setiap tahunnya dan diperkirakan jumlah timbulan sampah elektronik mencapai 52 juta ton pada tahun 2021. Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk mengatasi tingginya tibulan sampah elektronik agar dampak negatif yang diberikan oleh jenis sampah tersebut dapat berkurang.

Sumber :

sains.kompas.com
bapenda.jabarprov.go.id
dailysocial.id
liputan6.com

Share
  • Share on Facebook
  • Share on Twitter
  • Share on WhatsApp
  • Share on LinkedIn
  • Share by Mail

2020 Copyright © Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut

Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190

sekretariat@tknpsl.id

INSTITUSI TERKAIT

SISTEM

  • Sistem Pelaporan
  • Data Sampah
SOSIAL MEDIA
  • Share on Facebook
  • Share on LinkedIn
  • Link to Instagram
  • Link to Youtube

Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut

Gringgo, Atasi Masalah Sampah dengan Kecerdasan BuatanTeknologi Canggih dari Belanda, Cegah Sampah ke Laut
Scroll to top