Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
Penulis : Ananda Rizky Purwaningdyah (30 Juli 2020)
Gringgo merupakan startup yang berbasis di Bali dan berdiri sejak tahun 2014, dimana pada mulanya startup ini bernama Cash for Trash. Gringgo dibentuk untuk mendeteksi berbagai jenis sampah menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Pembentukan Gringgo terinspirasi dari adanya agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait Sustainable Development Goals (SDGs) untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Sebagai perusahaan teknologi, Gringgo berusaha untuk mengisi kesenjangan dengan memanfaatkan inovasi teknologi untuk pembangunan berkelanjutan di 3 sektor, yaitu lingkungan, kesehatan, dan pendidikan.
Gringgo merupakan satu-satunya peserta dari Indonesia yang berhasil masuk ke dalam 20 besar penerima Google AI Impact Challenge, dimana Gringgo berhasil mengalahkan 2.600 peserta yang berasal dari 12 negara. Google akan memberikan dana hibah senilai US$25 juta atau sekitar 360 miliar rupiah, serta akan menyediakan konsultasi dari Google Cloud, pelatihan dari pakar AI Google, dan juga mentoring selama enam bulan dari Google Launchpad Accelerator.
Dikutip dari Liputan6, Febriadi Pratama yang merupakan co-founder Gringgo mengatakan bahwa dengan adanya teknologi AI yang digunakan dalam aplikasi Gringgo, kini pekerja kebersihan dapat mengambil foto sampah yang mereka temukan dan mengetahui harga dari sampah tersebut sehingga mereka tidak perlu bergantung pada komisi yang mereka dapatkan dari para pengusaha Tempat Pengumpulan Sementara (TPS). Selain itu dikutip dari Daily Social, berkat Gringgo para pekerja kebersihan mendapatkan pemasukan hingga tiga kali dari biasanya. Volume sampah yang terkumpul pun mencapai tiga kali lipat, yakni mencapai 350 meter kubik per bulan, serta memperlihatkan kenaikan dari 9 menjadi 12 ton setiap bulannya. Sistem ini juga efektif dalam pengumpulan limbah plastik, dari yang awalnya hanya 400 kg kini naik menjadi 5 ton per bulan. Gringgo diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam menyortir sampah serta mengidentifikasi sampah mereka untuk didaur ulang sehingga dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian, dan juga mengurangi permasalahan terkait sampah khususnya sampah plastik di perkotaan maupun di lautan dapat berkurang.
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
You can see how this popup was set up in our step-by-step guide: https://wppopupmaker.com/guides/auto-opening-announcement-popups/
Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.
Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.
Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.
Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.