Loading
Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut
  • TENTANG KAMI
    • LATAR BELAKANG
    • STRUKTUR ORGANISASI
    • KELOMPOK KERJA
  • REGULASI
  • POJOK INOVASI
    • EKONOMI
    • TEKNOLOGI
    • KEPEMERINTAHAN
    • KEMASYARAKATAN
  • KNOWLEDGE
    • BERITA
      • NEWSLETTER
    • DOKUMEN
      • FILE
  • EVENTS
    • PROGRAM
      • LABUAN BAJO
    • INC-3
    • EUPHORIA
    • UN OCEAN CONFERENCE
      • MONITORING and ASSESSMENT
      • GLOBAL COMMITMENTS and ACTIONS
    • RESIK
  • id
    • id
    • en
  • Search
  • Menu Menu

Bijak Dalam Kelola Sampah: Atasi Masalah tanpa Timbulkan Masalah Baru

By aliansizerowaste.id (19 Januari 2021)

kelola sampah laut

Saatnya Bijak Kelola Sampah: Atasi Masalah tanpa Timbulkan Masalah Baru

Meningkatnya tingkat konsumsi manusia berdampak pada volume peningkatan sampah yang ada di lingkungan. Merujuk data Sustainable Waste Indonesia tahun 2017, Indonesia diperkirakan menghasilkan 64 juta ton sampah setiap tahunnya. 

Dari angka tersebut, baru 7 persen yang didaur ulang, 69 persen menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) dan 24 persen sisanya dibuang sembarangan dan mencemari lingkungan sehingga dikategorikan sebagai illegal dumping.

Penanganan terhadap sampah tampaknya belum maksimal. Sebab masih terjadi kesalahan konsep dalam cara penanganan sampah. Seperti misalnya pembakaran sampah di desa maupun kota yang seringkali ditemukan. Belum lagi tumpukan sampah yang dikirim ke TPA dalam kondisi dicampur, menambah rentetan panjang masalah sampah di Indonesia.

Menurut Direktur Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali, Catur Yudha Hariyani, permasalahan tersebut terjadi karena pengelolaan sampah yang tidak benar dalam pelaksanaannya. Sebab, hirarki pengelolaan sampah seharusnya seperti piramida terbalik, dimana pencegahan sampah adalah yang utama.

Baca Juga : Kolaborasi Pemuda Pondok Perasi dan Monjok Barat Kelola Sampah Plastik

“Penanganan sampah yang tidak benar hanya memindahkan masalah. Karena dampak sampah yang tidak terkelola itu dapat menimbulkan bau tak sedap, menimbulkan berbagai penyakit seperti penyakit kulit, diare, bahkan sampai kanker,” ujar Catur dalam Webinar Waste Management yang diselenggarakan oleh AIESEC Surabaya dan Aliansi Zero Waste Indonesia, Minggu (17/1/2020).

Dari segi lingkungan, Catur menjelaskan bahwa sampah juga dapat mencemari tanah, air, dan udara. Hal ini terjadi karena pembuangan sampah secara sembarangan, menimbulkan banjir, menghilangkan mikroorganisme dalam tanah, menghasilkan emisi gas rumah kaca, mengganggu ekosistem, kehidupan sosial, dan perekonomian masyarakat. 

“Piramida pengelolaan sampah perlu dibalik, sehingga pencegahan menjadi urutan pertama. Seperti apa yang kami lakukan di AZWI, kami memiliki program zero waste cities. Jadi kita tidak menyelesaikannya hanya di TPA, namun juga dimulai dari sumbernya,” jelasnya.

Catur menegaskan bahwa sistem pengelolaan End Of Pipe tak lagi dapat digunakan sebab kebutuhan lahan akan terus meningkat seiring dengan berlanjutnya sistem tersebut. Tentunya, ini juga akan berpengaruh pada kelangkaan lahan tempat pemrosesan akhir (TPA). Pada tahun 2021 ini, ada beberapa TPA yang terancam ditutup karena kapasitasnya terlampaui. 

“Zero waste cities mengajarkan kita bagaimana mengolah sampah sedekat mungkin dengan sumber. Dengan konsep desentralisasi penanganan sampah terpilah, prioritas penyediaan sarana pengelolaan sampah ada di dalam rumah, kawasan dan juga ini harus bekerjasama dengan pihak ketiga yakni pemerintah setempat,” tuturnya.

Baca Juga : Awas! Limbah Medis Covid-19 Diproyeksi Makin Meningkat

“Kota-kota yang menuju Zero Waste akan memastikan bahwa semua sampah dikumpulkan, bahan organik dikomposkan, bahan-bahan daur ulang dipulihkan dan tidak dikirim ke TPA,” tambah Catur.

Lebih lanjut Catur mengungkapkan bahwa menerapkan pengelolaan sampah dari sumber bukan hal yang mudah. Sebab, tantangan yang dihadapi sangat bervariasi, mulai dari masyarakat yang minim kesadaran hingga kurangnya dukungan pemerintah setempat.

“Kebijakan pemerintah untuk pemilahan sampah dari rumah belum diwajibkan. belum lagi budaya belanja produk instan di masyarakat masih tinggi, dan gerakan 3R belum membudaya di kalangan anak muda dan masyarakat umum. Semoga kedepannya kita bisa berkomitmen untuk penanganan sampah yang lebih baik,” pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di aliansizerowaste.id dengan judul “Saatnya Bijak Kelola Sampah: Atasi Masalah tanpa Timbulkan Masalah Baru”,

Klik untuk baca: https://aliansizerowaste.id/2021/01/19/saatnya-bijak-kelola-sampah-atasi-masalah-tanpa-timbulkan-masalah-baru/.

By aliansizerowaste.id

Share
  • Share on Facebook
  • Share on X
  • Share on WhatsApp
  • Share on LinkedIn
  • Share by Mail
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terbaru

  • testJanuary 23, 2025 - 00:16
  • Indonesia Harus Belajar, 10 Negara dengan Program Pengelolaan Sampah Terbaik di DuniaJanuary 5, 2025 - 22:08
  • Penerimaan retribusi sampah di Palu capai Rp10 miliarJanuary 5, 2025 - 21:59
  • Sampah Domestik RI Capai 56,63 Juta Ton, Baru 30 Persen DikelolaJanuary 5, 2025 - 21:52
  • Kadis DLH Kota Bandung: Fokus Tingkatkan Pengelolaan SampahJanuary 5, 2025 - 21:47

Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190

sekretariat@tknpsl.id

INSTITUSI TERKAIT

SISTEM

  • Sistem Pelaporan
  • Data Sampah
SOSIAL MEDIA
  • Share on Facebook
  • Share on X
  • Share on LinkedIn
  • Link to Instagram
  • Link to Youtube

Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut

Awas! Limbah Medis Covid-19 Diproyeksi Makin Meningkatlimbah medissampah lautIndonesia Hasilkan Sampah 175 Ribu Ton Sehari
Scroll to top

You can see how this popup was set up in our step-by-step guide: https://wppopupmaker.com/guides/auto-opening-announcement-popups/

Labuhan Bajo

Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.

Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.

Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.

Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.