Indonesia Hasilkan Sampah 175 Ribu Ton Sehari
Darilaut – Dalam sehari Indonesia menghasilkan sampah tidak kurang dari 175.000 ton. Hal ini disampaikan dalam pembahasan Sistem Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan pada Konteks Pedesaan yang digelar Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB).
Menurut Managing Director of Waste4Change sekaligus alumni Teknik Lingkungan ITB (2006) Mohamad Bijaksana Junerosano, jumlah sampah yang besar mengalami peningkatan secara eksponensial sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk Indonesia.
Permasalahan utamanya, kata Sano –panggilan Mohamad Bijaksana Junerosano, sampah yang dihasilkan tersebut tidak dipilah. Sekitar 75 persen sampah hanya menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau landfill.
Seperti dilansir Itb.ac.id, kebanyakan sampah tidak dikelola dengan baik, sehingga menimbulkan berbagai masalah seperti mencemari lingkungan dan menimbulkan penyakit.
Tumpukan sampah sangat berbahaya. Sampah organik yang membusuk menghasilkan gas metana. Gas ini diklaim dua puluh kali lebih berbahaya daripada karbon dioksida.
Salah satu tragedi yang merenggut lebih dari seratus nyawa akibat tumpukan sampah adalah longsor sampah di TPA Leuwigajah.
“Kita tentu tidak ingin tragedi ini terulang kembali dan merenggut nyawa saudara-saudara kita,” ujar Sano, dalam acara weibinar Karsa Loka Volume 003 Sabo seperti dikutip dari Itb.ac.id, Rabu (20/1).
Baca Juga : Bijak Dalam Kelola Sampah: Atasi Masalah tanpa Timbulkan Masalah Baru
Webinar tersebut diselenggarakan pada Jumat (15/1) dipandu oleh Meirina Triharini. Karsa Loka sendiri merupakan acara bulanan dan salah satu bentuk kerja sama LPPM ITB bersama Design Ethnography Lab FSRD ITB untuk menggemakan konsep, pengalaman, dan peran ITB dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat.
Permasalahan pengelolaan sampah tidak hanya terjadi di kota tetapi juga di desa. Di desa, sampah biasanya lebih sering dibakar yang nantinya justru dapat membahayakan kesehatan manusia akibat asap pembakaran tersebut.
Sampah yang dibakar ini dapat menghasilkan senyawa kimia yang berbahaya dan bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) yakni dioksin.
Menurut Sano, dioksin masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan. Oleh karena itu, asap dari pembakaran sampah sangat berbahaya apabila terhirup.
Selain dibakar, sampah di perdesaan biasanya dikubur atau dibuang ke sungai dan laut. Perilaku ini dapat menyebabkan gangguan ekosistem, bencana alam seperti banjir, berkurangnya air bersih, hingga timbulnya berbagai penyakit.
Sano mengajak supaya sebisa mungkin tidak menghasilkan sampah dan mulai mengubah paradigma.
“Tolong dicatat, masalah sampah bukan masalah teknologi. Sedangkan waktu kita habis untuk membahas teknis,” ujar Sano.
Sano yang juga Founder of Greeneration Foundation dan U-Green ITB mengatakan terdapat tiga hal yang harus diperhatikan untuk menciptakan tata kelola sampah yang berkelanjutan yakni regulasi dan instrumen kebijakan harus dilaksanakan, kemitraan, dan terdapat pembiayaan.
Apabila pengelolaan sampah diibaratkan menanam pohon, maka penegakan peraturan dan regulasi adalah tanahnya. Kemitraan dan pembiayaan diibaratkan sebagai air dan matahari. Ketiganya harus ada untuk menciptakan tata kelola sampah yang baik.
Baca Juga : Awas! Limbah Medis Covid-19 Diproyeksi Makin Meningkat
Dana Desa dapat dimanfaatkan untuk menciptakan tata kelola sampah. Berdasarkan Peraturan Menteri Desa Nomor 19 Tahun 2017 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2018, pengelolaan sampah di desa dapat berupa pengadaan Tempat Pembuangan Sementara, gerobak sampah, mesin pengelolaan sampah, dan masih banyak lagi.
“Saya sangat mendorong untuk kita mengadvokasi agar desa-desa baik itu warganya, perangkat desanya, melihat [dana desa] ini sebagai sumber daya. Karena dana ini sudah ada, sampahnya tiap hari dihasilkan sebagai material. Kita bangunlah solusi yang betul-betul bisa menjadi praktik yang berkelanjutan,” ujar Sano.
Sano juga memberikan contoh program pengelolaan sampah di desa yang sudah berjalan dengan baik seperti Desa Mandiri Sampah dan Panggung Lestari.
Hal lain yang dapat dilakukan dalam rangka menciptakan tata kelola sampah berkelanjutan di desa seperti mendorong peraturan adat, budaya, agama.
Selain itu, mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal, menciptakan inovasi desentralisasi, local circular economy dan menerapkan reverse logistic.
Artikel ini telah tayang di darilaut.id dengan judul “Indonesia Hasilkan Sampah 175 Ribu Ton Sehari”,
Klik untuk baca: https://darilaut.id/berita/indonesia-hasilkan-sampah-175-ribu-ton-sehari.
By darilaut.id
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!