Pemprov DKI Giatkan Budidaya Maggot, Pengurai Sampah Organik
/0 Comments/in Berita/by adminPemprov DKI Giatkan Budidaya Maggot, Pengurai Sampah Organik
By liputan6.com
(14 November 2020)
Jakarta, CNN Indonesia —
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup saat ini tengah membudidayakan Maggot sebagai solusi sampah organik. Maggot dipandang sebagai solusi paling potensial karena tak ada pembuangan hasil.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengatakan, pihaknya tengah mengembangkan pengolahan sampah organik dapur dengan teknologi biokonversi Black Soldier Flies, Manggot.
“Melalui teknik ini, sampah organik, khususnya yang dari dapur bisa kita konversikan menjadi protein dalam bentuk pupa dari Black Soldier Flies. Pupa ini akan bisa kita gunakan selanjutnya untuk pakan ternak, unggas maupun ikan. Di samping, kita bisa memanfaatkan kemampuan dari Black Soldier Flies ini untuk menguraikan sampah dalam waktu yang relatif cepat. Itu bisa kita habiskan sampahnya dalam waktu 1 hari,” ungkap Andoro.
Baca Juga : DLHK Kota Bandung Siapkan Sistem Pengelolaan Sampah, Sudah Diuji Coba di Arcamanik dan Cihaurgeulis
Maggot adalah larva serangga Black Soldier Flies atau BSF yang dapat mengubah material organik menjadi biomassa. Lalat ini berbeda dari jenis biasa, karena larva yang dihasilkan tidak menjadi medium penyakit. Membutuhkan waktu 40-44 hari agar BSF menjadi Maggot, hingga menjadi pupa.
Sejak berbentuk telur lalat, Maggot membutuhkan sampah organik untuk tumbuh selama 25 hari sampai siap dipanen. Maggot memiliki kemampuan mengurai sampah organik 1, 3, sampai 5 kali dari bobot tubuhnya selama 24 jam. 1 kilogram Maggot disebut dapat menghabiskan 2 sampai 5 kilogram sampah organik per hari.
Selain itu, Manggot yang sudah menjadi prepupa maupun bangkai lalat BSF masih bisa dipakai sebagai pakan ternak karena kaya protein. Kepompongnya juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, sehingga tak menimbulkan sampah baru. Lewat budidaya Maggot, ada nilai ekonomis yang didapat, yakni Rp15 ribu sampai Rp30 ribu untuk 100 gram Maggot kering.
Karena berbagai alasan di atas, Dinas Lingkungan Hidup turut mendorong masyarakat melakukan budidaya. Salah satunya, di pesantren di Jakarta Timur. Lewat budidaya Manggot, reduksi sampah organik di pesantren mencapai 400 kg dalam satu hari. Para santri pun menggunakan Maggot sebagai pakan ternak ikan dan ayam.
Baca Juga : Bersedekah Lewat Sampah, Kita Bisa
“Mari warga Jakarta, kita akan bersama-sama mengurangi sampah organik di Jakarta ini dengan menggunakan Maggot Black Soldier Flies. Dengan demikian, sampah di Jakarta akan bisa berkurang sangat signifikan,” ujar Andoro.
Budidaya Maggot di Rumah
Mengurangi sampah organik bisa dimulai dari lingkungan terkecil, yakni keluarga. Cara budidaya Maggot di rumah pun terbilang tak sulit. Yang dibutuhkan adakah kandang lalat BSF, yang harus tertutup kawat atau kasa, dan tetap terkena sinar matahari. Lalat membutuhkan sinar matahari untuk kawin.
Kandang harus dijaga kelembapannya dengan menyemprotkan air secara berkala. Maggot sendiri bisa diundang dengan menyediakan makanan kesukaann, seperti mencampur bekatul, air, penyedap rasa, bioaktivator EM4, dan gula pasir.
Untuk tempat bertelur bagi lalat BSF betina, siapkan kardus, kayu, atau papan yang memiliki celan. Taruh telur di atas dedak yang sudah dibasahi. Telur akan menetas dalam 3-4 hari.
Terakhir, siapkan rak atau biopond untuk tempat tumbuh Maggot dan mereduksi sampah organik.
Artikel ini telah tayang di cnnindonesia.com dengan judul “Pemprov DKI Giatkan Budidaya Maggot, Pengurai Sampah Organik”,
Klik untuk baca: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201114211041-25-569835/pemprov-dki-giatkan-budidaya-maggot-pengurai-sampah-organik.
By cnnindonesia.com
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
You can see how this popup was set up in our step-by-step guide: https://wppopupmaker.com/guides/auto-opening-announcement-popups/
Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.
Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.
Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.
Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!