BANJARMASINPOST.CO.ID-Ibu Kota Kalimantan Selatan (Kalsel) telah pindah dari Banjarmasin ke Banjarbaru seiring Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menguatkan Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2022, tentang Provinsi Kalsel. UU tersebut disahkan pada 16 Maret 2022.

Menjadi ibu kota provinsi juga berdampak terhadap penambahan sampah di Banjarbaru. Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banjarbaru, saat ini rata-rata volume sampah per hari mencapai 150 ton. Padahal sebelum menjadi ibu kota Kalsel, hanya 125-130 ton.

“Peningkatan volume sampahnya bertahap, dari 130, 140 sampai sekarang rata-rata 150 ton per hari,” kata Kepala DLH Banjarbaru Sirajoni, Selasa (21/5).

Baca Juga: The Philippines is turning the tide on plastic waste

Dari jumlah tersebut, 50 persennya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung Kupang Kecamatan Cempaka. Sedangkan 50 persen lainnya dibuang ke TPA Sampah Regional Banjarbakula milik DLH Kalsel.

Pembuangan ke TPA Regional Banjarbakula hanya dilakukan pada Senin-Sabtu. Sedangkan pada Minggu, seluruh sampah dikirim ke TPA Gunung Kupang.

Baca Juga: Kehadiran “pulau sampah” solusi krisis pengelolaan sampah di Jakarta

Dijelaskan Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah B3 DLH Banjarbaru Subrianto, sampah di Banjarbaru didominasi sampah organik. Meski demikian, upaya mengurangi sampah plastik tetap dilakukan, termasuk melalui Peraturan Wali Kota (Perwali) Nomor 66 Tahun 2016.

Salah satu aturannya adalah melarang seluruh ritel, toko moderen dan minimarket menyediakan kantong plastik. “Juga dilakukan pengurangan sampah plastik melalui bank sampah yang ada di masyarakat, tempat pengolahan sampah reduce-reuse-recycle (TPS3R) dan pusat daur ulang,” ujarnya. (Banjarmasinpost.co.id?Rahmadi)