Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
Editor : Ade Rosman (26 Agustus 2020)
HALOYOUTH – Yudiana (39), seorang warga Kampung Cisewu, Desa Cisewu, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut, Jawa Barat, berhasil menciptakan gas LPG dan listrik dari hasil pengolahan sampah.
Ia mengatakan, landasan awal terciptanya inovasi tersebut karena ingin menciptakan kampung yang bersih dan sehat. Namun, inovasinya sampai sekarang ini belum mendapatkan respon positif dari pihak pemerintah.
Pria yang akrab dipanggil Yudi Layung ini mulanya hanya mencoba dalam pengolahan sampah menjadi gas dan listrik dengan alat yang sangat sederhana. Dalam pengelolaannya bersama tim yang hanya mengandalkan bahan baku oli bekas, sebagai bahan bakar untuk mengelola sampah.
Untuk peralatan pendukung lainnya, dirinya memanfaarkan tong yang terbuat dari plat besi yang digunakan untuk menampung sampah yang dikumpulkan secara gotong-royong.
Saat ini, manfaat dari pengolahan sampah menjadi gas dan listrik sudah bisa dirasakan oleh masyarakat Kecamatan Cisewu. Namun, lantaran belum memiliki payung hukum, Yudi tidak berani hasil karya teman-temannya itu digunakan untuk kepentingan masyarakat secara luas.
“Alat dibuat dengan sederhana, bahan baku dengan mengambil dari rumah warga. Sekarang banyak warga yang secara langsung memberikan sampah untuk diolah,” ujar Yudi Layung, Rabu, 26 Agustus 2020. Sebelumnya diberitakan Galamedia, dalam artikel “Kreatif, Warga Garut Selatan Ciptakan Gas LPG dan Listrik dari Mengolah Sampah”.
Lebih lanjut Yudi menjelaskan, pihaknya sengaja menyiapkan lahan seluas satu hektare yang berlokasi di Kampung Cisanten, Desa Cisewu, yang digunakan untuk menampung sampah yang dibuang oleh warga, sekaligus sebagai tempat pengolahannya.
Ia menambahkan, sampah yang dikumpulkan bisa dimanfaatkan untuk dijadikan gas LPG dan listrik. Dari 70 Kg sampah yang sudah dipilih dengan tingkat kekeringan 60 persen, langsung dimasukkan kedalam tong, guna dibakar agar menghasilkan gas.
“70 Kg sampah, bisa menghasilkan gas sebanyak 48 tabung dengan waktu selama 2 jam. Sedangkan, untuk dijadikan listrik dari satu tabung gas bisa menghasilkan daya sebesar 900 watt. Namun, itu belum bisa dinikmati oleh masyarakat karena terbentur payung hukum. Kami belum berani, hanya mencoba saja,” ucapnya menjelaskan.
Yudi mengatakan, inovasinya ini baru berjalan tiga bulan. Dikarenakan adanya keterbatasan alat serta biaya, kegiatannya tersebut hanya dilakukan sebayak dua hari dalam satu minggu.
“Jika memang bermanfaat bagi masyarakat, saatnya pemerintah merespon apalagi saat ini perekonomian masyarakat sedang krisis. Bayangkan, gas yang dihasilkan bisa dijual dengan murah, cukup dengan modal Rp80 ribu bisa menghasilkan sebanyak 48 tabung gas berukuran 3 Kg,” ucapnya.
Ia juga berharap, pemerintah bisa memfasilitasi dan memberikan payung hukum yang jelas bagi jalannya kelompok tani dalam pengelolaan sampah.
Dalam pelaksanaan penglahan sampah tersebut, Yudi dan kelompoknya meminjam peralatan pendukung berupa genset dari Masjid Agung Kecamatan Cisewu.
Selain itu, ia berharap hasil karya yang dibantu oleh kelompok tani tersebut bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.***(Robi Taufik Akbar/Galamedia)
Artikel ini telah tayang di haloyouth.pikiran-rakyat.com dengan judul “Warga Kabupaten Garut Manfaatkan Sampah Menjadi Sumber Listrik” ,
Editor: Ade Rosman
Sumber: Galamedia
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
You can see how this popup was set up in our step-by-step guide: https://wppopupmaker.com/guides/auto-opening-announcement-popups/
Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.
Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.
Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.
Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.