
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
Pewarta: Agung Sedana
Editor: Irfan Anshori
(13 September 2020)
TIMESINDONESIA, JEMBER – Generasi Baru Indonesia atau GenBI Jember mengkampanyekan kepedulian terhadap lingkungan dengan menggelar pelatihan pengolahan sampah menggunakan metode ecobrick.
Sebagai komunitas penerima beasiswa Bank Indonesia, proker GenBI Sadar Wisata (Bidarwis) berkolaborasi dengan proker GenBI Peduli Sampah (GPS) terjun langsung di daerah wisata Air Terjun Tumpak Sewu, Lumajang.
Kampanye merawat bumi dengan pengolahan limbah sampah ini, sengaja dilakukan di destinasi wisata alam tersebut. Alasannya, destinasi di Lumajang ini dinilai menjadi salah satu penyumbang sampah plastik dari aktivitas pariwisata.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan sebelumnya, di wisata ini terindikasi mengalami permasalahan lingkungan berkaitan dengan manajemen pengelolaan sampah. Tumpukan sampah yang dibuang begitu saja oleh wisatawan banyak ditemui disekitar lokasi wisata.
Kian lama tumpukan sampah pun menggunung dan berserakan. Dari sinilah pokok permasalahan muncul, yakni tidak adanya kesadaran dari para pengunjung.
Setelah menumpuk, pengelola biasanya hanya sebatas membakar sampah. Masalah lain pun muncul. Selain ancaman penyakit dari tumpukan sampah, asap pembakaran sampah menjadi ancaman baru bagi kesehatan seluruh pengelola dan masyarakat sekitar.
Asap pembakaran sampah, justru semakin berbahaya apabila terhirup manusia. Membakar sampah dapat melepaskan bahan-bahan berbahaya, seperti karbonmonoksida, formaldehida, arsenik, dioksin dan furan. Belum termasuk resiko lain ketika partikel pembakaran sampah mengkontaminasi makanan.
Setelah dibakar, sampah akan menyisakan residu berupa bahan kimia berbahaya, yang bisa saja terserap tanaman sayuran atau buah yang tumbuh di sekitarnya. Manusia bisa ikut terpapar jika mengonsumsi sayuran dan buah tersebut.
Sebab itu, ecobrick ini menjadi salah satu solusi sampah yang cocok dilakukan di tempat wisata. Selain harganya yang murah, cara ini bisa dilakukan dengan mudah. Hasil pengolahan sendiri dapat dimanfaatkan untuk membangun spot unik sebagai fasilitas penunjang pariwisata.
Ecobrick sendiri adalah sebuah cara mengolah sampah dengan memasukkan plastik-plastik kedalam sebuah botol plastik hingga menemukan sebuah kepadatan. Dalam jumlah yang banyak, botol padat tersebut nantinya bisa digunakan sebagai bata bangunan sederhana. Maupun dapat disusun menjadi meja atupun kursi.
Botol bekas juga dapat digunakan sebagai peralatan dirumah tangga. Sebagai pengganti pot bunga ataupun barang-barang lainnya.
“Ecobrick adalah bata yang ramah lingkungan karena memang bahan pembuatan ecobrick adalah sampah-sampah plastik dan juga botol minum kemasan bekas. Sampah yg digunakan harus kering karena ketika menggunakan sampah basah ketika botol bocor akan menimbulkan bau yg tidak sedap,” kata M Nazar Rofiqi, Ketua GenBI Peduli Sampah, Minggu (13/9/2020).
Tidak hanya itu, dari tumpukan sampah yang sudah dikelola ini, apabila sudah dikemas dengan tampilan menarik, dapat memiliki nilai jual yang ekonomis. Sehingga dapat menjadikan sesuatu yang baru dan memulihkan alam dan memperindah lokasi wisata.
“Ecobrick ini dapat juga dimanfaatkan untuk yang lainnya. Dari kerajinan hingga barang yang dapat bernilai ekonomis,” tambah Yunio Dwi Arizki selaku ketua pelaksana acara.
Kelanjutan kegiatan ini diharapkan dapat membantu kelompok sadar wisata air Terjun Tumpak Sewu mengelola sampah plastik menjadi barang-barang yang bermanfaat. Lebih jauh bisa dimanfaatkan menjadi mahakarya bernilai ekonomis.
Kehadiran GenBI Jember ini pun disambut baik oleh pengelola wisata setempat. “Terimakasih dengan kehadiran teman-teman disini. Semoga dengan solusi metode ecobrick ini, wisata Air Terjun Tumpak Sewu menjadi pelopor tempat wisata yang mampu mengelola sampahnya,” harap Abdul Karim, Ketua Pokdarwis setempat.
Artikel ini telah tayang di timesindonesia.co.id/ dengan judul “GenBI Jember Kampanyekan Pengolahan Sampah Dengan Metode Ecobrick”,
Pewarta: Agung Sedana | Editor: Irfan Anshori
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
You can see how this popup was set up in our step-by-step guide: https://wppopupmaker.com/guides/auto-opening-announcement-popups/
Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.
Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.
Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.
Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.