Loading
Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut
  • TENTANG KAMI
    • LATAR BELAKANG
    • STRUKTUR ORGANISASI
    • KELOMPOK KERJA
  • REGULASI
  • POJOK INOVASI
    • EKONOMI
    • TEKNOLOGI
    • KEPEMERINTAHAN
    • KEMASYARAKATAN
  • KNOWLEDGE
    • BERITA
      • NEWSLETTER
    • DOKUMEN
      • FILE
  • EVENTS
    • PROGRAM
      • LABUAN BAJO
    • INC-3
    • EUPHORIA
    • UN OCEAN CONFERENCE
      • MONITORING and ASSESSMENT
      • GLOBAL COMMITMENTS and ACTIONS
    • RESIK
  • id
    • id
    • en
  • Search
  • Menu Menu

Ironi Insinerator Sampah, Solusi Mahal yang Lebih Mencemari

republika.id (08 Maret, 2023)

Pekerja berjalan di area gudang insinerator pabrik pengelohan limbah medis bahan berbahaya dan beracun (B3) PT Putra Restu Ibu Abadi (PRIA) di Desa Lakardowo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (16/2/2021). PT PRIA menangani limbah m | ANTARA FOTO/Syaiful Arif. ©2023 republika.id (republika.id)

Insinerator merupakan teknologi pembakaran sampah bersuhu tinggi yang dapat mengurangi volume sampah sekaligus menghasilkan energi. Namun, di sisi lain, insinerator sampah ternyata bisa lebih polutif dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.

“Hentikan narasi pembakaran sampah itu solusi terbarukan,” ujar Climate and Clean Energy Campaign Officer GAIA Asia-Pacific Yobel Novian Putra dalam Hari Peduli Sampah Nasional 2023 bersama Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) di Jakarta.

Yobel mengatakan, GAIA telah menerbitkan paper yang meneliti intensitas karbon yang dihasilkan oleh sejumlah penghasil energi atau pembangkit listrik untuk setiap kilowatt listrik yang dihasilkan. Hasil penelitian itu menunjukkan, insinerator sampah menghasilkan emisi karbon yang lebih besar dari PLTU batu bara. “Padahal, untuk batu bara, kita sudah koar-koar untuk diberhentikan,” lanjut Yobel.

Yobel menjelaskan, proses pembakaran sampah, seperti dengan insinerator sampah, memiliki dua sumber penghasil karbon. Sumber yang pertama adalah sampah organik dan yang kedua adalah fosil, seperti sampah plastik.

Bila hanya menghitung hasil pembakaran fosil, jumlah karbon yang dihasilkan dari insinerator hanya sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan PLTU batu bara. Namun, bila perhitungan ini mencakup sampah organik dan fosil maka jumlah karbon yang dihasilkan menjadi jauh lebih tinggi.

Baca Juga: Entrepreneurs in Nairobi find a way to tackle electronic waste

Hal serupa juga ditemukan dalam sebuah studi di Eropa yang kerap digadang menjadi kiblat teknologi pembakaran sampah. Studi yang dilakukan di Inggris itu meneliti jumlah emisi yang dihasilkan dari insinerator sampah dan sejumlah pembangkit listrik.

“Emisinya di empat insinerator lebih besar daripada, misal, di solar panel ataupun di pembangkit listrik konvensional seperti (PLTU) batu bara,” ujar Yobel.

Tak hanya dari segi cemaran, Yobel mengatakan, biaya per 1 ton sampah yang harus dikeluarkan untuk mengolah sampah dengan insinerator juga cukup besar. Bahkan, insinerator sampah bisa memakan biaya beberapa kali lipat lebih tinggi dari solusi pengelolaan sampah tercampur, seperti tempat pembuangan akhir (TPA). “Jadi, pertanyaannya, kenapa fokus solusinya adalah pembakaran?” ujar Yobel.

Hal senada juga diungkapkan pendiri dan Senior Advisor Nexus3 Foundation Yuyun Ismawati. Yuyun mengatakan, sekitar dua pertiga emisi karbon global berkaitan dengan ekonomi material. Selain itu, sebagian besar emisi terjadi pada tahap ekstraksi, produksi, dan distribusi

Akan tetapi, lanjut Yuyun, Pemerintah Indonesia malah mendorong teknologi pembakaran sampah. Padahal, teknologi itu hanya mengonversi emisi gas metan dari sampah tercampur menjadi karbon dioksida.

Baca Juga: Indonesia Masuk Jajaran Negara dengan Polusi Sampah Plastik di Laut Terbesar

Yuyun juga menyoroti permasalahan sampah plastik yang kian menumpuk. Ia mengatakan, plastik dibuat dengan berbagai kimia aditif yang sebagian besarnya bersifat karsinogenik. Sejak tahap produksi hingga akhir masa penggunaan, racun kimia dari bahan pembantu itu bisa terlepas ke lingkungan dan masuk ke tubuh manusia.

“Sekali terlepas ke lingkungan dan masuk ke tubuh kita, racun-racun ini sulit untuk ‘ditangkap’ dan dimusnahkan, menjadi lebih kompleks karena menjadi campuran yang toksik,” lanjut Yuyun.

Untuk menerapkan prinsip produksi dan konsumsi yang berkelanjutan, Yuyun menilai zat-zat kimia aditif beracun ini harus dilarang dan diganti dengan yang lebih aman. Yuyun juga menilai perlu adanya pengurangan produksi bahan baku plastik secara bertahap. “Agar volume sampah plastik dan lepasan racun kimia aditif plastik dapat dihentikan,”ujarnya.

Di samping itu, penanganan sampah dengan teknologi termal tidak hanya membahayakan lingkungan, tetapi juga kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar fasilitas penanganan dan daur ulang limbah. Alasannya, masyarakat di sekitar dapat terpapar kimia beracun, seperti dioksin furan, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan reproduksi, gangguan hormon, dan kanker.

Artikel ini telah tayang di https://republika.id/ dengan judul “Ironi Insinerator Sampah, Solusi Mahal yang Lebih Mencemari”,

Klik untuk baca: https://www.republika.id/posts/38321/ironi-insinerator-sampah-solusi-mahal-yang-lebih-mencemari%C2%A0

By republika.id

Share this entry
  • Share on Facebook
  • Share on X
  • Share on WhatsApp
  • Share on Pinterest
  • Share on LinkedIn
  • Share on Tumblr
  • Share on Vk
  • Share on Reddit
  • Share by Mail
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

sampah plastik

Pemkab Sinjai Jajal Kerjasama Program Penanganan Sampah Plastik di Laut

September 19, 2024
/
0 Comments
https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg 0 0 rilo https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg rilo2024-09-19 07:45:172024-10-08 13:48:13Pemkab Sinjai Jajal Kerjasama Program Penanganan Sampah Plastik di Laut
microplastics crisis

Microplastics: Are we facing a new health crisis – and what can be done about it?

September 4, 2024
https://sampahlaut.id/wp-content/uploads/2024/09/1.webp 1211 1600 rilo https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg rilo2024-09-04 08:25:532024-09-04 08:25:53Microplastics: Are we facing a new health crisis – and what can be done about it?
semua plastik

Bisakah Semua Plastik Diangkut dari Lautan? Ternyata…

September 4, 2024
https://sampahlaut.id/wp-content/uploads/2024/09/2.jpeg 392 700 rilo https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg rilo2024-09-04 08:19:212024-09-04 08:19:21Bisakah Semua Plastik Diangkut dari Lautan? Ternyata…
sampah plastik

Aeshnina, Siswi Smamio yang Jadi Duta Sampah Plastik Internasional

September 3, 2024
https://sampahlaut.id/wp-content/uploads/2024/09/2.webp 568 853 rilo https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg rilo2024-09-03 11:19:572024-09-03 11:19:57Aeshnina, Siswi Smamio yang Jadi Duta Sampah Plastik Internasional
Page 3 of 208‹12345›»

Berita Terbaru

  • testJanuary 23, 2025 - 00:16
  • Indonesia Harus Belajar, 10 Negara dengan Program Pengelolaan Sampah Terbaik di DuniaJanuary 5, 2025 - 22:08
  • Penerimaan retribusi sampah di Palu capai Rp10 miliarJanuary 5, 2025 - 21:59
  • Sampah Domestik RI Capai 56,63 Juta Ton, Baru 30 Persen DikelolaJanuary 5, 2025 - 21:52
  • Kadis DLH Kota Bandung: Fokus Tingkatkan Pengelolaan SampahJanuary 5, 2025 - 21:47

Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190

sekretariat@tknpsl.id

INSTITUSI TERKAIT

SISTEM

  • Sistem Pelaporan
  • Data Sampah
SOSIAL MEDIA
  • Share on Facebook
  • Share on X
  • Share on LinkedIn
  • Link to Instagram
  • Link to Youtube

Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut

Plastic waste from tourism activities needs solutionsplastic wastesampah plastik40 Juta Kilogram Sampah Plastik yang Cemari Laut Berhasil Dicegah
Scroll to top

You can see how this popup was set up in our step-by-step guide: https://wppopupmaker.com/guides/auto-opening-announcement-popups/

Labuhan Bajo

Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.

Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.

Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.

Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.