Ironi Insinerator Sampah, Solusi Mahal yang Lebih Mencemari
Insinerator merupakan teknologi pembakaran sampah bersuhu tinggi yang dapat mengurangi volume sampah sekaligus menghasilkan energi. Namun, di sisi lain, insinerator sampah ternyata bisa lebih polutif dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.
“Hentikan narasi pembakaran sampah itu solusi terbarukan,” ujar Climate and Clean Energy Campaign Officer GAIA Asia-Pacific Yobel Novian Putra dalam Hari Peduli Sampah Nasional 2023 bersama Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) di Jakarta.
Yobel mengatakan, GAIA telah menerbitkan paper yang meneliti intensitas karbon yang dihasilkan oleh sejumlah penghasil energi atau pembangkit listrik untuk setiap kilowatt listrik yang dihasilkan. Hasil penelitian itu menunjukkan, insinerator sampah menghasilkan emisi karbon yang lebih besar dari PLTU batu bara. “Padahal, untuk batu bara, kita sudah koar-koar untuk diberhentikan,” lanjut Yobel.
Yobel menjelaskan, proses pembakaran sampah, seperti dengan insinerator sampah, memiliki dua sumber penghasil karbon. Sumber yang pertama adalah sampah organik dan yang kedua adalah fosil, seperti sampah plastik.
Bila hanya menghitung hasil pembakaran fosil, jumlah karbon yang dihasilkan dari insinerator hanya sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan PLTU batu bara. Namun, bila perhitungan ini mencakup sampah organik dan fosil maka jumlah karbon yang dihasilkan menjadi jauh lebih tinggi.
Baca Juga: Entrepreneurs in Nairobi find a way to tackle electronic waste
Hal serupa juga ditemukan dalam sebuah studi di Eropa yang kerap digadang menjadi kiblat teknologi pembakaran sampah. Studi yang dilakukan di Inggris itu meneliti jumlah emisi yang dihasilkan dari insinerator sampah dan sejumlah pembangkit listrik.
“Emisinya di empat insinerator lebih besar daripada, misal, di solar panel ataupun di pembangkit listrik konvensional seperti (PLTU) batu bara,” ujar Yobel.
Tak hanya dari segi cemaran, Yobel mengatakan, biaya per 1 ton sampah yang harus dikeluarkan untuk mengolah sampah dengan insinerator juga cukup besar. Bahkan, insinerator sampah bisa memakan biaya beberapa kali lipat lebih tinggi dari solusi pengelolaan sampah tercampur, seperti tempat pembuangan akhir (TPA). “Jadi, pertanyaannya, kenapa fokus solusinya adalah pembakaran?” ujar Yobel.
Hal senada juga diungkapkan pendiri dan Senior Advisor Nexus3 Foundation Yuyun Ismawati. Yuyun mengatakan, sekitar dua pertiga emisi karbon global berkaitan dengan ekonomi material. Selain itu, sebagian besar emisi terjadi pada tahap ekstraksi, produksi, dan distribusi
Akan tetapi, lanjut Yuyun, Pemerintah Indonesia malah mendorong teknologi pembakaran sampah. Padahal, teknologi itu hanya mengonversi emisi gas metan dari sampah tercampur menjadi karbon dioksida.
Baca Juga: Indonesia Masuk Jajaran Negara dengan Polusi Sampah Plastik di Laut Terbesar
Yuyun juga menyoroti permasalahan sampah plastik yang kian menumpuk. Ia mengatakan, plastik dibuat dengan berbagai kimia aditif yang sebagian besarnya bersifat karsinogenik. Sejak tahap produksi hingga akhir masa penggunaan, racun kimia dari bahan pembantu itu bisa terlepas ke lingkungan dan masuk ke tubuh manusia.
“Sekali terlepas ke lingkungan dan masuk ke tubuh kita, racun-racun ini sulit untuk ‘ditangkap’ dan dimusnahkan, menjadi lebih kompleks karena menjadi campuran yang toksik,” lanjut Yuyun.
Untuk menerapkan prinsip produksi dan konsumsi yang berkelanjutan, Yuyun menilai zat-zat kimia aditif beracun ini harus dilarang dan diganti dengan yang lebih aman. Yuyun juga menilai perlu adanya pengurangan produksi bahan baku plastik secara bertahap. “Agar volume sampah plastik dan lepasan racun kimia aditif plastik dapat dihentikan,”ujarnya.
Di samping itu, penanganan sampah dengan teknologi termal tidak hanya membahayakan lingkungan, tetapi juga kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar fasilitas penanganan dan daur ulang limbah. Alasannya, masyarakat di sekitar dapat terpapar kimia beracun, seperti dioksin furan, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan reproduksi, gangguan hormon, dan kanker.
Artikel ini telah tayang di https://republika.id/ dengan judul “Ironi Insinerator Sampah, Solusi Mahal yang Lebih Mencemari”,
Klik untuk baca: https://www.republika.id/posts/38321/ironi-insinerator-sampah-solusi-mahal-yang-lebih-mencemari%C2%A0
By republika.id
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!