Loading
Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut
  • TENTANG KAMI
    • LATAR BELAKANG
    • STRUKTUR ORGANISASI
    • KELOMPOK KERJA
  • REGULASI
  • POJOK INOVASI
    • EKONOMI
    • TEKNOLOGI
    • KEPEMERINTAHAN
    • KEMASYARAKATAN
  • KNOWLEDGE
    • BERITA
      • NEWSLETTER
    • DOKUMEN
      • FILE
  • EVENTS
    • PROGRAM
      • LABUAN BAJO
    • INC-3
    • EUPHORIA
    • UN OCEAN CONFERENCE
      • MONITORING and ASSESSMENT
      • GLOBAL COMMITMENTS and ACTIONS
    • RESIK
  • id
    • id
    • en
  • Search
  • Menu Menu

Makin Banyak Orang Sadar Masalah Sampah, tapi Kok Tidak Bertindak?

liputan6.com (09 Februari, 2023)

masalah sampah
Ilustrasi isu lingkungan. (Photo by Lauris Rozentāls/Pexels). ©2023 liputan6.com (liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta – Edukasi seputar menjaga keberlanjutan lingkungan dengan membangun kesadaran publik memang masih harus ditingkatkan. Namun, dalam beberapa waktu belakangan, publik dianggap sudah lebih sadar akan masalah sampah, sebut Dr. Lina Tri Mugi Astuti, SE., MM dari Sekolah Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia.

Sayangnya, tingkat kesadaran ini belum sejalan dengan praktik berdampak nyata pada kelestarian lingkungan, termasuk dalam hal pengelolaan sampah. “Berdasarkan pengamatan saya, kesadarannya (mengelola sampah mandiri) itu sudah sampai 80 persen, tapi praktiknya baru sekitar 30 persen,” sebutnya dalam sesi media coaching di bilangan Jakarta Pusat, Rabu, 8 Februari 2023.

Enam+07:36Liputan6 Update: Fenomena Viral Nikah Gratis di KUA
Ini didukung data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dikutip General Manager Indonesia Packaging Recovery Organization (IPRO), Zul Martini Indrawati. Ia menjelaskan bahwa volume sampah nasional pada 2021 mencapai 68,5 juta ton, dan bertambah jadi 70 juta ton pada 2022.

“17 persen di antaranya (volume sampah nasional) sampah plastik,” sebutnya di kesempatan yang sama. “Sementara, tingkat daur ulang plastik kurang dari 10 persen.”

Menurut Martini, cara mendorong praktik pengelolaan sampah yang bertanggung jawab harus didorong bersama. Salah satunya, sebut dia, dengan menggodok formulasi yang memicu keingintahuan publik terhadap isu lingkungan.

Ia berkata, “Bisa dengan story telling keberhasilan satu komunitas atau satu keluarga. Harus ada role model yang kuat, supaya orang lain bisa terpicu melakukan hal yang sama (dalam mengelola sampah secara bertanggung jawab).”

Konsep Baru TPA
Tidak hanya publik, produsen juga telah didorong mengolah sampah kemasan produk pascakonsumsi mereka. Terkait ini, Director of Corporate Responsibility L’Oreal Indonesia, Mohamad Fikri, menyebut bahwa praktiknya merujuk pada Peraturan Menteri LHK Nomor P.75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.

Dalam praktiknya, IPRO menawarkan layanan pengumpulan dan daur ulang sampah kemasan. “Perusahaan sebenarnya bisa melakukan (pengumpulan dan daur ulang) sendiri, tapi secara cost bisa lebih mahal dari produksi utama mereka,” kata Martini.

Baca Juga: Bill shifts reducing plastic and paper waste in New York to manufacturers

Sekarang, menurutnya, sejumlah perusahaan masih jalan sendiri-sendiri dalam upaya mendaur ulang sampah kemasan pascakonsumsi mereka. “Ke depan, saya berharap perusahaan-perusahaan ini bisa berkumpul guna meningkatkan pengumpulan (sampah kemasan),” ucapnya. “Jika dilakukan bersama, hasilnya bisa lebih banyak dan terorganisir.”

Mendukung itu, Lina menyebut bahwa sudah saatnya merumuskan konsep baru tempat pembuangan akhir (TPA) yang lebih berfokus pada pengolahan sampah. “Jangan sampai anggaran sampah di daerah hanya habis untuk transportasi seperti yang terjadi sekarang. Itu tidak menyelesaikan masalah,” tuturnya.

Kampanye Berkelanjutan
Dalam estafet upaya pengelolaan sampah, L’Oreal telah bekerja sama dengan IPRO sejak tahun lalu. “Kami sekarang sudah bekerja sama dengan 15 perusahaan multinasional, termasuk L’Oreal,” kata Martini.

Selain, raksasa produk kecantikan itu juga memiliki kampanye keberlanjutan mereka sendiri, “L’Oreal for the future.” Program ini memuat serangkaian ambisi terbaru grup dalam ranah keberlanjutan untuk tahun 2030.

Ini termasuk pada 2025, semua gerai L’Oreal akan mencapai netralitas karbon dengan meningkatkan efisiensi energi dan menggunakan 100 persen energi terbarukan. Lalu, pada 2030, 100 persen plastik yang digunakan dalam kemasan produk L’Oreal akan berasal dari sumber daur ulang atau berbasis bio.

Pada 2030, L’Oreal akan mengurangi seluruh emisi gas rumah kacanya sebesar 50 persen per produk jadi, dibandingkan pada 2016. Fikri berkata, “Ada tiga praktik kunci yang kami lakukan, yakni mentransformasi, memberdayakan, dan berkontribusi.”

Transformasi ini, ia menyebut, khususnya bertitik berat pada produk, mulai dari produksi hingga distribusi yang diklaim minim sampah dan jejak karbon.

Melibatkan Pelanggan
“Pengurangan material kemasan, misalnya,” tutur Fikri. “Kami sudah tidak menggunakan multilayer plastic. Mengganti bahan plastik jadi kertas yang lebih mudah didaur ulang. Di butik-butik kami seperti Kiehl’s juga mulai menyediakan layanan refill, serta memastikan semua kemasan produk kami itu bisa didaur ulang.”

Baca Juga: Mengapa Penanganan Sampah Masih Karut Marut?

Melalui Garnier Green Beauty, pihaknya juga berkomitmen menjelaskan profil sosial dan lingkungan dari produk-produk mereka melalui sistem label dampak. “Jadi, ada yang nilainya A, B, C, semua dituliskan secara jelas. Produk yang skornya kurang bagus pun tetap diinformasikan ke pelanggan,” klaimnya.

Sementara di poin memberdayakan, mereka mendorong keterlibatan pelanggan untuk memilah sampah kemasan pascakonsumsi secara online, yakni melalui aplikasi e-Recycle dan offline lewat drop box di sejumlah gerai produk mereka di wilayah Jakarta.

“Pelanggan di area Jabodetabek bisa request sampah kemasan mereka untuk dijemput. Sekarang memang belum ada minimal (jumlah sampah yang dijemput), tapi kami selalu mendorong pelanggan untuk setidaknya mengumpulkan (sampah kemasan) 2–3 kilogram supaya secara emisi juga tidak besar,” katanya.

Kontribusi mereka salah satunya dilakukan melalui kerja sama dengan IPRO. “Berdasarkan peta kemasan plastik L’Oreal Indonesia, kami berkomitmen mengurangi 76 persen plastik virgin dan 26 persen pengumpulan sampah pada 2025,” tutupnya.

Artikel ini telah tayang di https://liputan6.com/ dengan judul “Makin Banyak Orang Sadar Masalah Sampah, tapi Kok Tidak Bertindak?”,

Klik untuk baca: https://www.liputan6.com/lifestyle/read/5201921/makin-banyak-orang-sadar-masalah-sampah-tapi-kok-tidak-bertindak

By liputan6.com

Share this entry
  • Share on Facebook
  • Share on X
  • Share on WhatsApp
  • Share on Pinterest
  • Share on LinkedIn
  • Share on Tumblr
  • Share on Vk
  • Share on Reddit
  • Share by Mail
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kadis DLH Kota Bandung: Fokus Tingkatkan Pengelolaan Sampah

January 5, 2025
/
0 Comments
https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg 0 0 admin https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg admin2025-01-05 21:47:062025-01-06 14:06:26Kadis DLH Kota Bandung: Fokus Tingkatkan Pengelolaan Sampah

Enam Menteri Bersih-Bersih di Pantai Kuta, akan Siapkan Tim Khusus Pantau Sampah Kiriman

September 30, 2024
/
0 Comments
https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg 0 0 rilo https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg rilo2024-09-30 11:09:542025-01-06 14:07:22Enam Menteri Bersih-Bersih di Pantai Kuta, akan Siapkan Tim Khusus Pantau Sampah Kiriman

Pemprov Minta Seluruh Daerah di Jateng Hentikan Pengelolaan Sampah “Open Dumping”

September 30, 2024
/
0 Comments
https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg 0 0 rilo https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg rilo2024-09-30 10:38:192025-01-06 14:08:20Pemprov Minta Seluruh Daerah di Jateng Hentikan Pengelolaan Sampah “Open Dumping”

‘Convergence’ growing on global plastics treaty: UN environment chief

September 23, 2024
/
0 Comments
https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg 0 0 rilo https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg rilo2024-09-23 10:16:462025-01-04 22:41:16‘Convergence’ growing on global plastics treaty: UN environment chief
Page 1 of 208123›»

Berita Terbaru

  • testJanuary 23, 2025 - 00:16
  • Indonesia Harus Belajar, 10 Negara dengan Program Pengelolaan Sampah Terbaik di DuniaJanuary 5, 2025 - 22:08
  • Penerimaan retribusi sampah di Palu capai Rp10 miliarJanuary 5, 2025 - 21:59
  • Sampah Domestik RI Capai 56,63 Juta Ton, Baru 30 Persen DikelolaJanuary 5, 2025 - 21:52
  • Kadis DLH Kota Bandung: Fokus Tingkatkan Pengelolaan SampahJanuary 5, 2025 - 21:47

Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190

sekretariat@tknpsl.id

INSTITUSI TERKAIT

SISTEM

  • Sistem Pelaporan
  • Data Sampah
SOSIAL MEDIA
  • Share on Facebook
  • Share on X
  • Share on LinkedIn
  • Link to Instagram
  • Link to Youtube

Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut

Bill shifts reducing plastic and paper waste in New York to manufacturersreducing plastic and paper wastesampah lautDaur Ulang Plastik, Sampah di Laut, dan Generasi Cacat
Scroll to top

You can see how this popup was set up in our step-by-step guide: https://wppopupmaker.com/guides/auto-opening-announcement-popups/

Labuhan Bajo

Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.

Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.

Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.

Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.