Loading
Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut
  • TENTANG KAMI
    • LATAR BELAKANG
    • STRUKTUR ORGANISASI
    • KELOMPOK KERJA
  • REGULASI
  • POJOK INOVASI
    • EKONOMI
    • TEKNOLOGI
    • KEPEMERINTAHAN
    • KEMASYARAKATAN
  • KNOWLEDGE
    • BERITA
      • NEWSLETTER
    • DOKUMEN
      • FILE
  • EVENTS
    • PROGRAM
      • LABUAN BAJO
    • INC-3
    • EUPHORIA
    • UN OCEAN CONFERENCE
      • MONITORING and ASSESSMENT
      • GLOBAL COMMITMENTS and ACTIONS
    • RESIK
  • id
    • id
    • en
  • Search
  • Menu Menu

Sampah Kota sebagai Industri Tanpa TPA

regional.kompas.com (02 Maret, 2023)

sampah kota

Suasana di tempat pembuangan akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (19/10/2010). Tumpukan sampah yang masuk TPA termasuk sampah dari DKI Jakarta sebanyak 6.000 ton per hari (KOMPAS / LUCKY PRANSISKA). ©2023 regional.kompas.com (regional.kompas.com)

SEJAK beberapa dekade terakhir, persoalan pengelolaan sampah menjadi isu strategis pada level internasional. Indikator SDGs dari World Bank menempatkan sampah sebagai salah satu alat ukur.

Hukum alamnya, selagi ada manusia, maka sampah pasti selalu ada. Logikanya juga semakin maju peradaban manusia, pengelolaan sampah harusnya makin maju, bukan statis.

Tahun 2001, Pemerintah Jerman memulai terobosan baru. Mereka melakukan proses Close Cycle Management, sebuah sistem yang bertujuan mengubah pengelolaan limbah menjadi sumber daya.

Program ini mencatat keberhasilan sehingga sampah dapat menjadi sumber bahan mentah dan energi yang berguna.

Diklaim 14 persen bahan baku industri di Jerman berasal dari limbah daur ulang. Omset tahunan proyek ini mencapai 40 miliar euro (Nelles et al., 2016).

Jepang juga terbilang sukses dalam pengolahan sampah dengan pemanfaatan teknologi insinerator canggih. Basisnya adalah metode 3 R (reduce, reuse, recyle).

Jepang juga begitu ketat dalam mendorong kedisiplinan warganya untuk mengelola sampah (Defitri, 2022). Keberhasilan negara-negara ini bisa juga dilihat dari beberapa negara lain seperti Swedia dan Korea Selatan.

Jika dilihat pada keberhasilan negara tersebut, kunci terpenting dalam urusan sampah adalah inovasi dan teknologi.

Sampah tidak dianggap barang buangan yang tak berguna, justru bisa jadi sumber pendapatan yang menggiurkan. Sampah punya nilai ekonomis.

Pada sisi inilah, bentukan ekonomi sirkular dari pengelolaan sampah memiliki kekuatan yang optimal dalam perspektif ekonomi lingkungan.

Warga terlibat, secara sadar dan terintegrasi untuk membangun mekanisme sirkularitas pengelolaan sampah, khususnya perkotaan (municipal solid waste, MSW).

Inovasi pengelolaan memberi jalan pada masyarakat untuk terlibat. Peranan alat dan teknologi yang inovatif memberi kemudahan, sekaligus peluang, untuk mengatasi persoalan sampah melalui pengelolaan yang bersifat ekonomi sirkuler.

Belajar dari Jepang, bisa dilihat bahwa teknologi insinerator (yang di Indonesia masih menjadi pro kontra karena kadar racun gas buang), ternyata bisa efektif. Teknologi ini terus disempurnakan dan akhirnya jadi tulang punggung pengelolaan sampah.

Swedia juga demikian, di mana kebijakan Waste to Energy (WTE) bisa sangat potensial (Defitri, 2022). Ada kenyamanan dan ada keuntungan secara ekonomis.

Untuk Indonesia sendiri seperti apa? Sampai sekarang masih belum menemukan titik temu yang pas dan bisa diterapkan secara nasional.

Timbunan sampah terus menumpuk. Tahun 2022 mencapai 70 ton produksi per hari. Berbagai usaha yang sudah dilakukan, tak pernah menemukan solusi komprehensif.

Kita mencatatat beberapa persoalan dominan. Pertama, belum ada teknologi yang tepat yang bisa menjadikan semua bentuk sampah bisa diberdayakan.

Baca Juga: Rayakan Hari Peduli Sampah Nasional, Kemkominfo Ajak Kelola Sampah Untuk Kesejahteraan Masyarakat

Cara pandang lama kumpul, angkut dan buang masih kuat. TPA menjadi tujuan akhir dan masalah lanjutan muncul seperti pencemaran, penyakit dan sebagainya jadi dominan.

Kedua, kalaupun sudah ada beberapa teknologi dibuat, cenderung tidak optimal dan komprehensif. Terkadang masih menyisakan masalah seperti gas buang, polusi tanah, bau, dan penyakit.

Ketiga, berbagai metode seperti 3 R, termasuk metode insinerasi, tidak membuat sampah terpakai habis, masih tersisa dalam jumlah banyak.

Keempat, kelembagaan dan keseriusan dalam mengelola sampah tidak kuat, kebijakan cenderung setengah hati dan egosektoral lembaga masih jadi masalah.

Oleh karena itu, perlu upaya komprehensif dan menyeluruh untuk mengatasi masalah ini. Dari kacamata TNI, khususnya pada fungsi Pembinaan Teritorial (binter), mengelola sampah secara benar terhubung langsung pada pemberdayaan komponen pendukung sistem pertahanan, yaitu masyarakat dan industri.

Andai dua unsur tersebut bisa serius dan konsisten mereka akan bisa kuat pada berbagai sisi.

Sisi ketahanan masyarakat terjaga, stabilitas hubungan menjadi baik, dan ketahanan serta keberlanjutan lingkungan hidup bisa dijamin. Itu modal penting bagi unsur komponen pendukung pertahanan negara.

Patut dicatat bahwa sampah dengan segala bentuk turunannya adalah bagian dari ekosistem pertahanan negara.

Ini disebabkan bahwa sampah bukan semata-mata barang terbuang. Di situ ada masyarakat, ada industri, ada bencana, ada wabah, dan di situ juga ada aspek finansial yang besar.

Tak pandai mengelola, bencana yang akan terjadi. Cerdas mengatur, kekuatan besar akan didapat.

Apa yang bisa dilakukan? Kita tidak sebatas menawarkan konsep, apalagi layu di titik teoritis. Masalah di negara ini butuh aksi nyata.

“Sampah Kota sebagai Industri tanpa TPA”, Itu konsep yang kemudian diimplementasikan secara nyata.

Pertama, fokus pada sampah non ekonomis karena jumlah ini menyumbang banyak dan belum terolah maksimal. Katagori ini terbagi atas sampah organik, residu, dan popok.

Kedua, ciptakan teknologi terapan. Sebuah terobosan kita cobakan yang disebut teknologi sampah menjadi briket/pelet.

Semua sampah di atas, kecuali popok yang perlu penanganan khusus, bisa diolah menjadi briket. Mesinnya sudah disiapkan dan sudah diujicobakan.

Briket ini bisa menghasilkan energi panas yang jauh lebih tinggi dari batubara, dan terpenting sangat ramah lingkungan. Sesi uji mutu sudah membuktikan itu.

Ketiga, siapkan semua teknologi pendukung termasuk buangannya yang ramah lingkungan. Mengelola sampah seharusnya tidak menghasilkan sampah baru. Ini juga sudah disiapkan perangkat kerasnya.

Keempat, siapkan kelembagaan dan manajemen khusus yang profesional. Ini masalah klasik di negara ini, di mana sering terjadi saat produk sudah ada, ia terkendala pada pengelolaan. Kita siapkan itu dan bentuk lembaga khusus yang mengelola.

Jejaring TNI di semua wilayah akan dimanfaatkan dan ini terkait dengan fungsi binter di tengah masyarakat.

Baca Juga: Madrid: Largest smart waste installation in Europe

Kelima, selalu gunakan produk lokal dan percaya dengan kemampuan masyarakat. Partisipasi publik adalah kunci penting kesuksesan ini, karena itu masyarakat harus terlibat sedari awal, mulai dari perancangan hingga pelaksanaan. Adanya kelembagaan adalah jembatan untuk hal ini.

Kelima, percaya dan yakin bahwa sampah adalah sebuah industri yang punya nilai ekonomis. Ini terus digaungkan berbarengan dengan aksi nyata.

Tentu kita yakin ketika publik sudah paham dan yakin bahwa sampah punya nilai keuntungan secara ekonomi yang tinggi, maka partisipasi akan meningkat.

Keterlibatan masyarakat pada berbagai taraf jadi prioritas, karena itu kita akan lakukan langsung proses ini. Tahap awal setelah produk ada adalah perlindungan hak kekayaan intelektual.

Oleh karena itu, khusus di jajaran Kodam Siliwangi akan dilaksanakan gerakan membuat Hak Paten terhadap seluruh inovasi masyarakat. Ini adalah bentuk kehadiran negara di masyarakat, perlindungan nyata ke publik.

Unsur-unsur di atas, inovasi teknologi, partisipasi publik, pemanfaatan sumber daya lokal, ekonomi masyarakat, ramah lingkungan, kelembagaan yang profesional, serta perlindungan hak kekayaan intelektual, adalah bagian dari sebuah mata rantai ekosistem pertahanan bernegara.

Oleh sebab itulah, TNI merasa perlu masuk dan berkiprah ke wilayah ini.

Kita yakin bahwa dengan pengelolaan sampah yang baik, memadukan antara dukungan teknologi, keterlibatan negara, partisipasi publik, serta cara pandang sampah sebagai industri, akan bisa mewujudkan Sampah Kota tanpa TPA.

Semua potensi sampah akan tersedot ke produk ini. Apabila Jawa Barat saja sudah bisa menerapkan, tentu akan mudah untuk masuk daerah lain.

Ketahanan pangan dan pertahanan & keamanan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup dan keamanan negara.

Dengan memanfaatkan sampah sebagai sumber daya dan bahan bakar alternatif ramah lingkungan, kami berharap dapat memperkuat ketahanan pangan serta pertahanan & keamanan negara.

Artikel ini telah tayang di https://regional.kompas.com/ dengan judul “Sampah Kota sebagai Industri Tanpa TPA”,

Klik untuk baca: https://regional.kompas.com/read/2023/03/02/16484951/sampah-kota-sebagai-industri-tanpa-tpa?page=all

By regional.kompas.com

Share this entry
  • Share on Facebook
  • Share on X
  • Share on WhatsApp
  • Share on Pinterest
  • Share on LinkedIn
  • Share on Tumblr
  • Share on Vk
  • Share on Reddit
  • Share by Mail
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kadis DLH Kota Bandung: Fokus Tingkatkan Pengelolaan Sampah

January 5, 2025
/
0 Comments
https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg 0 0 admin https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg admin2025-01-05 21:47:062025-01-06 14:06:26Kadis DLH Kota Bandung: Fokus Tingkatkan Pengelolaan Sampah

Enam Menteri Bersih-Bersih di Pantai Kuta, akan Siapkan Tim Khusus Pantau Sampah Kiriman

September 30, 2024
/
0 Comments
https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg 0 0 rilo https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg rilo2024-09-30 11:09:542025-01-06 14:07:22Enam Menteri Bersih-Bersih di Pantai Kuta, akan Siapkan Tim Khusus Pantau Sampah Kiriman

Pemprov Minta Seluruh Daerah di Jateng Hentikan Pengelolaan Sampah “Open Dumping”

September 30, 2024
/
0 Comments
https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg 0 0 rilo https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg rilo2024-09-30 10:38:192025-01-06 14:08:20Pemprov Minta Seluruh Daerah di Jateng Hentikan Pengelolaan Sampah “Open Dumping”

‘Convergence’ growing on global plastics treaty: UN environment chief

September 23, 2024
/
0 Comments
https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg 0 0 rilo https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg rilo2024-09-23 10:16:462025-01-04 22:41:16‘Convergence’ growing on global plastics treaty: UN environment chief
Page 1 of 208123›»

Berita Terbaru

  • testJanuary 23, 2025 - 00:16
  • Indonesia Harus Belajar, 10 Negara dengan Program Pengelolaan Sampah Terbaik di DuniaJanuary 5, 2025 - 22:08
  • Penerimaan retribusi sampah di Palu capai Rp10 miliarJanuary 5, 2025 - 21:59
  • Sampah Domestik RI Capai 56,63 Juta Ton, Baru 30 Persen DikelolaJanuary 5, 2025 - 21:52
  • Kadis DLH Kota Bandung: Fokus Tingkatkan Pengelolaan SampahJanuary 5, 2025 - 21:47

Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190

sekretariat@tknpsl.id

INSTITUSI TERKAIT

SISTEM

  • Sistem Pelaporan
  • Data Sampah
SOSIAL MEDIA
  • Share on Facebook
  • Share on X
  • Share on LinkedIn
  • Link to Instagram
  • Link to Youtube

Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut

Rayakan Hari Peduli Sampah Nasional, Kemkominfo Ajak Kelola Sampah Untuk Kesejahteraan...peduli sampah nasionalfood wasteFood waste collection trial launches in Nottingham
Scroll to top

You can see how this popup was set up in our step-by-step guide: https://wppopupmaker.com/guides/auto-opening-announcement-popups/

Labuhan Bajo

Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.

Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.

Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.

Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.