Studi Terbaru: Masalah Sampah Plastik di Bumi Sudah di Luar Kendali
/0 Comments/in Berita/by adminStudi Terbaru: Masalah Sampah Plastik di Bumi Sudah di Luar Kendali
Penulis : Gita Laras Widyaningrum
(21 September 2020)
Nationalgeographic.co.id – Sebuah studi terbaru menyatakan bahwa masalah sampah plastik di Bumi sudah berada di luar kendali dan perlu upaya keras untuk menangani kekacauan tersebut.
Studi yang dipublikasikan pada jurnal Science, mengungkapkan bahwa ada 24-34 juta metrik ton polusi plastik yang masuk ke lingkungan laut setiap tahunnya. Itu sekitar 11% dari total sampah plastik di dunia.
Peneliti mengungkapkan, keadaan mungkin akan semakin buruk dalam satu dekade mendatang. Diperkirakan jumlahnya akan meningkat hingga 53-90 juta ton pada 2030, dilansir dari IFL Science.
Pada 2015, jumlah sampah plastik yang berada di saluran air dan lautan adalah 8 juta metrik ton. Jika dunia ingin mengurangi polusi plastik hingga kurang dari tingkat ini, maka dibutuhkan peran global yang luar biasa: pengurangan 25-40% dalam produksi plastik di semua negara; meningkatkan jumlah pengumpulan dan pengelolaan sampah hingga setidaknya 60% di semua sektor ekonomi; dan pemulihan 40% emisi plastik tahunan melalui langkah pembersihan.
Diperlukan upaya global yang terkoordinasi untuk mulai menangani masalah ini, meskipun tampaknya beberapa negara memerlukan lebih banyak fokus dan perhatian. Misalnya seperti Tiongkok, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka yang merupakan pencemar terburuk di dunia.
Faktanya, Tiongkok sendiri sudah berperan setidaknya sepertiga dari jumlah polusi plastik di Bumi. Namun, kesalahan tidak sepenuhnya ada pada mereka. Banyak dari negara-negara Asia ini, terutama Tiongkok, yang mengimpor sejumlah besar plastik dan barang daur ulang lainnya dari luar negeri seperti Eropa dan Amerika Utara.
“Kecuali pertumbuhan produksi dan penggunaan plastik dihentikan, transformasi fundamental ekonomi plastik ke kerangka kerja yang didasarkan pada daur ulang sangat penting. Dengan begitu, plastik yang tidak dapat digunakan lagi lebih bisa dihargai daripada hanya menjadi limbah,” ungkap Chelsea Rochman, peneliti senior dan asisten profesor di Department of Ecology & Evolutionary Biology, University of Toronto.
Skala kerusakan dan kematian yang disebabkan oleh sampah plastik belum diketahui dengan pasti. Namun, itu jelas berdampak bagi kesehatan ekosistem. Sebuah studi pada 2019 misalnya, mendokumentasikan sekitar seribu peristiwa di mana hiu dan pari terjerat sampah plastik di laut.
Selain itu, banyak juga laporan mengenai paus yang mati dengan sampah plastik di sistem pencernaan mereka.
Masalah lainnya, sampah plastik yang tadinya berupa jaring ikan atau botol kemasan, pada akhirnya dapat terurai menjadi mikroplastik yang berukuran sekitar 5 milimeter hingga 100 nanometer.
Partikel mikroplastik ini telah menyusup hampir ke setiap ekosistem di Bumi, dari es Antartika hingga perut makhluk hidup terdalam di Bumi. Mikroplastik bahkan dapat ditemukan di kotoran dan organ manusia.
Artikel ini telah tayang di nationalgeographic.grid.id dengan judul “Studi Terbaru: Masalah Sampah Plastik di Bumi Sudah di Luar Kendali”,
Penulis : Gita Laras Widyaningrum
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
You can see how this popup was set up in our step-by-step guide: https://wppopupmaker.com/guides/auto-opening-announcement-popups/
Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.
Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.
Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.
Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!