Loading
Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut
  • TENTANG KAMI
    • LATAR BELAKANG
    • STRUKTUR ORGANISASI
    • KELOMPOK KERJA
  • REGULASI
  • POJOK INOVASI
    • EKONOMI
    • TEKNOLOGI
    • KEPEMERINTAHAN
    • KEMASYARAKATAN
  • KNOWLEDGE
    • BERITA
      • NEWSLETTER
    • DOKUMEN
      • FILE
  • EVENTS
    • PROGRAM
      • LABUAN BAJO
    • INC-3
    • EUPHORIA
    • UN OCEAN CONFERENCE
      • MONITORING and ASSESSMENT
      • GLOBAL COMMITMENTS and ACTIONS
    • RESIK
  • Search
  • Menu Menu

Darurat polusi plastik: Dampaknya setara perubahan iklim – ‘Udara yang kita hirup telah mengandung mikroplastik’

By bbc.com ( 23 Januari 2022)

udara mengandung mikroplastik

Darurat polusi plastik: Dampaknya setara perubahan iklim – ‘Udara yang kita hirup telah mengandung mikroplastik’

EIA berpendapat ancaman polusi plastik hampir setara dengan perubahan iklim. Udara yang kita hirup saat ini telah mengandung partikel mikroplastik, begitu juga tanah hingga makanan kita. Pada Agustus 2019 lalu, tim peneliti menemukan partikel plastik turun bersama salju di Samudera Arktika.

Sementara itu, di Thailand, sekitar 20 gajah mati setelah memakan sampah plastik dari tempat pembuangan. Laporan EIA mendesak agar negara-negara di dunia menyepakati perjanjian PBB yang mengikat untuk mengurangi produksi limbah plastik. 

“Kita berhadapan dengan detik jam yang mematikan, yang terus menghitung mundur dengan cepat,” kata Tom Gammage dari EIA.

“Apabila polusi ini terus berlanjut, jumlah plastik di lautan akan melebihi berat seluruh ikan pada 2040,” tutur dia.

Perlu kesepakatan PBB

PBB mengidentifikasi tiga ancaman yang muncul dari persoalan lingkungan yang perlu diselesaikan bersama, yakni perubahan iklim, hilangnya keragaman hayati, serta polusi.

Berbagai kesepakatan multilateral terkait hilangnya keanekaragaman hayati dan lingkungan telah muncul dalam 30 tahun terakhir, meski kesepakatan itu gagal mengurangi emisi karbondioksida untuk menjaga lingkungan.

Beberapa waktu belakangan muncul usulan di sejumlah negara untuk membuat kesepakatan yang khusus menyoroti persoalan plastik.

Lebih dari 100 negara, termasuk Inggris, mendukung perjanjian tersebut diusulkan pada Majelis Lingkungan PBB pada Februari dan Maret mendatang.

Sejumlah sumber mengatakan sikap beberapa pihak yang menentangnya juga melemah, meski masih ada perdebatan mengenai seberapa ketat perjanjian itu. Misalnya, apakah perjanjian itu akan mengikat secara hukum atau bersifat sukarela.

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, juga telah mengumumkan bahwa AS mendukung kesepakatan global terkait plastik yang sebelumnya ditentang oleh pendahulunya, Donald Trump.

Tetapi, belum jelas apakah Biden bisa mendapat dukungan kongres terkait hal itu, sebab sebagian besar plastik terbuat dari minyak dan gas, dua komoditas yang diproduksi di AS.Sampah plastikSUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES

Sementara itu, Jepang dilaporkan mencoba mengurangi target dari perjanjian tersebut, sedangkan negara-negara Arab dan China belum bersuara sejauh ini.

China merupakan negara yang paling banyak memproduksi plastik murni, meskipun AS dan Inggris lah yang menjadi produsen sampah terbesar per orang.

“Dampak polusi plastik yang terlihat sejauh ini telah menyebabkan publik khawatir, tetapi sebetulnya sebagian sebagian besar dampaknya justru tidak terlihat,” kata Gammage.

“Dampak buruk yang timbul akibat plastik dan siklus produksi hingga pemakaiannya tidak dapat diubah, sehingga ini adalah ancaman bagi peradaban manusia dan lingkungan yang layak huni di planet ini. Ini sama seriusnya dengan ancaman perubahan iklim.”

Baca Juga: Limbah Plastik di Laut jadi Beban Asia Tenggara, Daur Ulang Solusinya

Profesor Richard Thompson dari Universitas Plymouth mengatakan perjanjian PBB itu harus fokus pada analisis terkait siklus hidup plastik.

“Masalah mendasarnya ada pada tingkat produksi dan konsumsi plastik yang tidak berkelanjutan,” ujar Thompson.

“Mengadvokasi kebijakan yang hanya mempromosikan bahwa ‘plastik bisa didaur ulang’ tidak akan efektif, kecuali ada infrastruktur yang menopang pengumpulan dan pemisahannya sehingga plastik tersebut bisa didaur ulang sebagaimana mestinya.”

“Kebijakan yang mempromosikan penggunaan plastik ‘kompos’ juga hanya akan efektif apabila ada infrastruktur untuk menangani persoalan limbahnya,” lanjut Thompson.

Sementara itu, Juru bicara Federasi Plastik mengatakan kepada BBC News bahwa, “plastik adalah bahan yang ringan, aman, dan hemat energi. Menggantinya dengan alternatif lain sering berakibat buruk bagi lingkungan, juga kesehatan dan keselamatan.”

“Penampakan sampah plastik yang terdampar di lautan di seluruh dunia terjadi karena sampah plastik tidak dikelola dengan benar, di situ lah kami ingin membuat berbedaan, itu lah yang seharusnya menjadi fokus.”Sampah plastikSUMBER GAMBAR,EPA

Keterangan gambar,Mendaur ulang plastik bisa menjadi bagian dari solusi, tetapi itu dianggap tidak berkelanjutan.

Peneliti plastik dari Universitas Massey di Selandia Baru, Trisia Farrelly, mengatakan kepada BBC News bahwa perusahaan minyak dan gas yang memproduksi bahan baku sebagian besar plastik berusaha memfokuskan perhatian pada limbah plastik dibanding produksi plastik itu sendiri.

“Pertanyaannya sekarang adalah seperti apa perjanjian itu? Akankah itu hanya fokus pada sampah laut dan pengelolaan limbah? Atau akankah ada resolusi yang mencakup keseluruhan siklus plastik, mulai dari ekstrasi dan hak produksi melalui penanganan warisan polusi?”

Farrelly sepakat bahwa perlu lebih banyak kajian ilmiah untuk menentukan seberapa buruk dampak pencemaran plastik, namun menunda mengambil langkah pun akan berdampak berbahaya.

“Ilmu terkait dampak pencemaran plastik masih relatif baru dan beberapa di antaranya kompleks,” kata dia.

“Tetapi ada banyak bukti bahwa kita perlu segera bertindak demi mencegah kerusakan lebih lanjut akibat polusi plastik.”

Profesor kimia di Universitas Sains dan Teknologi Norwegia, Hans Peter Arp, setuju terkait banyaknya hal yang belum diketahui terkait pencemaran plastik, tetapi polusi yang terjadi saat ini telah melampaui ambang batas planet ini, sehingga berisiko terhadap manusia sendiri.

Menurut Peter Arp, hal itu terlihat dari paparannya yang terus meningkat, dampaknya yang tidak bisa diperbaiki pada ekosistem global, menyebabkan kerusakan ekologis, serta meningkatkan emisi plastik.

“Tanggapan rasional terhadap ancaman atas polusi plastik adalah dengna mengurangi konsumsi plastik murni, bersama dengan strategi pengelolaan sampah yang terkoordinasi secara internasional,” ujar Peter Arp.

Meskipun sejumlah perusahaan besar menentang aturan global yang ketat, sebagian lainnya mendukungnya. Salah satu kelompok, plasticpollutiontreaty.org, mengajak perusahaan untuk mengikuti standar yang ketat untuk memastikan ruang yang setara bagi bisnis plastik.

Baca Juga: Daur Ulang Sampah Organik Menjadi Sabun Eco Enzyme Ramah Lingkungan

Artikel ini telah tayang di ttps://www.bbc.com dengan judul “Daur Ulang Sampah Organik Menjadi Sabun Eco Enzyme Ramah Lingkungan”,

Klik untuk baca: https://www.bbc.com/indonesia/majalah-60034540?utm_campaign=later-linkinbio-bbcindonesia&utm_content=later-24017086&utm_medium=social&utm_source=linkin.bio

By bbc.com

Share this entry
  • Share on Facebook
  • Share on Twitter
  • Share on WhatsApp
  • Share on Pinterest
  • Share on LinkedIn
  • Share on Tumblr
  • Share on Vk
  • Share on Reddit
  • Share by Mail
0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Mahasiswa UMM Gagas Bioplastik Berbahan Limbah Kedelai

September 1, 2020
https://sampahlaut.id/wp-content/uploads/2020/09/news1-01-9-20.png 400 700 admin https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg admin2020-09-01 10:13:412020-09-01 10:13:41Mahasiswa UMM Gagas Bioplastik Berbahan Limbah Kedelai

Cerita Pemkot Bengkulu Atasi Sampah di Drainase dengan Program Tebar 1 Juta Ikan Lele

Agustus 31, 2020
https://sampahlaut.id/wp-content/uploads/2020/08/news4-31-8-20.png 400 700 admin https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg admin2020-08-31 23:57:532020-09-01 00:16:38Cerita Pemkot Bengkulu Atasi Sampah di Drainase dengan Program Tebar 1 Juta Ikan Lele

Inovasi UI Jadikan Sampah Plastik Campuran Aspal Jalanan

Agustus 31, 2020
https://sampahlaut.id/wp-content/uploads/2020/08/news3-31-8-20.png 400 700 admin https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg admin2020-08-31 23:56:012020-09-01 00:04:43Inovasi UI Jadikan Sampah Plastik Campuran Aspal Jalanan

Kurangi Sampah Plastik, KKP Kembangkan Kemasan dari Rumput Laut

Agustus 31, 2020
https://sampahlaut.id/wp-content/uploads/2020/08/news1-31-8-20.png 400 700 admin https://j5p0.c12.e2-5.dev/sampahlaut/logo-tkn-1.jpg admin2020-08-31 23:41:232020-09-01 00:06:07Kurangi Sampah Plastik, KKP Kembangkan Kemasan dari Rumput Laut
Page 198 of 210«‹196197198199200›»

Berita Terbaru

  • Dipuji Pakar Lingkungan, Gagasan Gubernur Koster Soal Sampah Dinilai Solusi TuntasAgustus 9, 2025 - 02:04
  • Pastikan Progres Pengolahan Sampah, Menko Pangan ke TPST MengwitaniAgustus 9, 2025 - 02:00
  • Pemkab Pandeglang Respons Protes Warga soal TPA Tampung Sampah TangselAgustus 9, 2025 - 01:50
  • China is the world’s biggest plastic producer — making as much as 6 countries combinedAgustus 9, 2025 - 01:44
  • More than 200 lobbyists at UN’s plastic treaty talks will limit progress, campaigners warnAgustus 9, 2025 - 01:36

Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190

sekretariat@tknpsl.id

INSTITUSI TERKAIT

SISTEM

  • Sistem Pelaporan
  • Data Sampah
SOSIAL MEDIA
  • Share on Facebook
  • Share on LinkedIn
  • Link to Instagram
  • Link to Youtube

Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut

DAUR ULANG SAMPAH ORGANIK MENJADI SABUN ECO ENZYME RAMAH LINGKUNGANSAMPAH ORGANIK MENJADI SABUNtempat sampah otomatis sensor ultrasonikMahasiswa Itera kembangkan tempat sampah otomatis sensor ultrasonik
Scroll to top