Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut

Penulis : Rizka Adriana Lutfiani
Editor : Ananda Rizky Purwaningdyah
(18 Desember 2020)
sampahlaut.id – Yayasan Rumah Energi (YRE) mengembangkan reaktor yang dinamakan Biogas Mini Rumahan atau disingkat BIOMIRU.
BIOMIRU menjadi solusi untuk masalah pengelolaan sampah rumah tangga, seperti potongan sisa makanan, biji buah, potongan sayur, cangkang telur, serta air bekas cucian beras, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas.
Selain itu, daun, batang, buah yang membusuk, serta sampah organik lainnya juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan ini. Menurut Direktur Eksekutif YRE Rebekka S.
Angelyn, BIOMIRU merupakan inovasi yang dikembangkan dari produk yang sebelumnya sudah dibuat sejak tahun 2012, yaitu Biogas Rumah (BIRU) yang diperuntukan sebagai sumber energi bagi keluarga peternak.
Sementara itu, BIOMIRU ini lebih diperuntukan untuk pengguna potensial, khususnya bagi rumah tangga yang tidak memiliki hewan ternak.
“ Selain menghasilkan energi, BIOMIRU ini juga dapat dijadikan sebagai solusi pengolahan sampah organik rumah tangga yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk penyubur tanaman di pekarangan rumah,” jelas Rebekka yang dikutip dari Tempo (20/07/2019).
Baca Juga : Inovasi Pembakaran Sampah Tanpa Asap (PESTA) dari Desa Lembuak
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2018, timbunan sampah Kota Mataram di Tempat Penampungan Akhir (TPA) mencapai 400 ton per hari.
Oleh karena itu, perlu adanya teknologi tepat guna yang mampu mengolah sampah di Kota Mataram, agar tidak semakin menumpuk dan membludak.
Salah satu teknologi yang dapat dijadikan solusi untuk permasalahan sampah organik yaitu Biogas Mini Rumahan (BIOMIRU) ini.
Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan, Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) pun mencanangkan kampanye zero waste.
Dalam kampanye tersebut, diharapkan masyarakat NTB dapat mulai memilah dan mengelola sampah dari rumah, salah satunya yaitu dengan penggunaan biogas.
Yayasan Rumah Energi bekerjasama dengan Komunitas Ini Baru Banjar (IBRA) menggelar acara peresmian sekaligus sosialisasi teknologi Biogas Mini Rumah (BIOMIRU) di salah satu rumah warga Kampung Banjar, Mataram, Nusa Tenggara Barat pada 10 November 2019 lalu.
“ Semoga dengan adanya produk BIOMIRU ini dapat membantu warga untuk terjun langsung dalam pengolahan sampah organik,” ujar Koordinator IBRA, Baiq Indraningsih.
BIOMIRU dibuat dengan menggunakan sebuah tangki digester berbahan dasar Poly Ethylene (PE), seperti toren air yang terbuat dari fiber yang mudah ditemui di pasar.
Pemasangan BIOMIRU juga dapat dilakukan di lahan yang terbatas, seperti rumah-rumah di perkotaan, karena hanya membutuhkan area seluas 2 meter hingga 6 meter persegi.
Untuk membangun BIOMIRU ini, pengguna harus merogoh kocek sebesar 3,9 juta rupiah. Biaya tersebut sudah meliputi paket reaktor BIOMIRU berukuran satu meter kubik, satu lampu biogas, satu unit kompor tungku tungga, serta upah jasa pemasangan alat tersebut.
Baca Juga : Peunyeumisasi, Batu Bara Asal Sampah
Menurut Wahyudi, salah satu pengguna BIOMIRU, sejak ia menggunakan reaktor ini, ia pun dapat mengurangi pemakaian gas elpiji.
Biasanya dalam sebulan, Wahyudi mampu penghabiskan satu tabung gas elpiji berukuran tahung 3 kilogram, namun sejak menggunakan BIOMIRI, ia pun dapat menghemat separuh dari jumlah gas yang biasa ia gunakan.
Selain itu, Wahyudi juga menyukai produk sampingan yang dihasilkan BIOMIRU, yaitu berupa ampas biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanamannya. “Ini benar-benar membuang sampah, tapi dapat berkah,” Ujar Wahyudi.
Setiap harinya, Wahyudi menambahkan 5 kilogram sampah organik sebagai bahan baku untuk BIOMIRU miliknya.
Cara kerja BIOMIRU diawali dengan memasukkan sampah organik yang telah dicacah ke dalam tangka pencampur (inlet), lalu dicampur air dengan perbandingan 1 : 1.
Kemudian aduk campuran tersebut agar membuat bahan baku terdorong ke dalam digester (ruang aerobik).
Bahan baku yang memenuhi digester akan mengalami fermentasi secara kimiawi dan menghasilkan gas metana sebesar 75 persen, karbon dioksida 24 hingga 45 persen, oksigen, hidrogen, sulfida, nitrogen, dan gas lainnya dengan kadar kecil, serta uap air yang dikategorikan sebagai gas pengotor.
Gas-gas akan naik ke ruang penampungan gas, sedangkan gas pengotor akan dibersihkan dengan air. Sementara itu, gas metana akan disalurkan ke pipa gas utama.
Tekanan gas juga akan mendorong bahan baku biogas ke ruang pemisah (outlet) melalui lubang masuk (manhole), sehingga terbentuklah produk sampingan yaitu bioslurry (ampas) yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!