Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut

Penulis : Kelvin Akira Darmawan (13 Agustus 2020)
Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, jumlah sampah yang dihasilkanpun ikut bertambah. Sudah banyak sekali inovasi yang dibuat oleh masyarakat yang peduli tentang permasalahan sampah tersebut. Seperti yang dilakukan kakak beradik asal Bali, Melati Wijsen dan Isabel Wijsen yang menggagas suatu pergerakan anti plastik yang diberi nama Bye Bye Plastic. Melati dan adiknya terinspirasi untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti kelas tentang orang-orang yang membawa perubahan, seperti Nelson Mandela dan Kartini, saat mereka berusia 12 dan 10 tahun. Ketika mereka belajar tentang hal tersebut, mereka berpikir untuk melakukan pergerakan sejak dini tanpa harus menunggu lulus sekolah atau dewasa. Kemudian mereka mencari tahu masalah apa yang mengganggu lingkungan tempat tinggal mereka di Bali, dan mereka menyadari bahwa jawabannya adalah sampah plastik.
Di umur yang tergolong masih muda, dia dan adiknya tidak memiliki rencana atau strategi apapun saat memulai Bye Bye Plastic kecuali bagaimana untuk membuat Bali menjadi pulau yang bebas dari kantong plastik. Pertama, mereka menyebar ide tersebut melalui media sosial dengan membuat petisi online. Petisi tersebut ternyata mendapatkan dukungan dari banyak orang. Tidak hanya di Bali dan Indonesia, mereka juga membuat petisi secara internasional. Seketika petisi mereka mendapat 6.000 dukungan dalam 24 jam. “Kami sangat terkejut ketika bangun tidur dan melihat 6000 penandatangan. Jadi, saatnya untuk melakukan perubahan sudah siap. Artinya publik dan dunia tahu masalah sampah plastik ini sangat besar. Kalau ke Bali atau tinggal di Bali, kalian bisa lihat masalah besar itu.” Ucap Melati.
Melati dan Isabel meminta bantuan temannya dalam mewujudkan ide mereka. Mereka bergerak ke setiap sekolah untuk mengajak anak muda yang lainnya untuk peduli terhadap sampah plastik. Saat ini Bye Bye Plastic beranggotakan 30 orang inti di Bali yang terdiri dari anak berusia 9 tahun hingga mahasiswa. Dalam 5 tahun, mereka berdua dan timnya terus berusaha dalam mewujudkan gagasan mereka. Mereka sudah menjadi suara anak muda untuk menyampaikan gagasan mereka secara lokal dan dunia. Mereka juga diundang ke berbagai negara untuk berbicara mengenai sampah plastik di hadapan para pemimpin dunia. Harapan mereka untuk generasi muda adalah kita harus memulai langkah kecil terlebih dahulu dari sekarang untuk membuahkan hasil yang besar walaupun untuk melakukan itu semua memerlukan waktu yang panjang.
Setiap harinya sampah akan terus mengalami penumpukan yang membuat keadaan lingkungan sekitarnya akan tercemar. Jika tidak dilakukan penanganan secara cepat akan berdampak serius terhadap lingkungan seperti meningkatnya polusi. Ini jelas akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat sekitarnya. Jangan hanya mengandalkan pemerintah, akan tetapi kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam mengatasi masalah sampah harus ada dari diri mereka supaya masalah tersebut cepat terselesaikan dan lingkungan menjadi lebih bersih dan sehat.
Sumber :