Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut

Penulis : Riri Auliadita (30 Juli 2020)
Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia mencapai 269,6 juta jiwa. Melonjaknya pertumbuhan penduduk menimbulkan dampak negatif, salah satunya tingginya pemakaian berbahan plastik seperti produk kemasan plastik. Produk kemasan plastik yang sering kita temui adalah berbentuk botol atau gelas plastik yang jumlahnya kian meningkat karena pola hidup masyarakat yang serba praktis. Seperti yang sudah kita ketahui, plastik merupakan bahan yang sulit terurai oleh karena itu perlu pengelolaan mengenai sampah plastik.
Salah satu arsitek asal Taiwan bernama Arthur Huang, pendiri perusahaan Miniwiz pada tahun 2005, berhasil menciptakan mesin pendaur ulang yang dinamakan ‘’Trashpresso’’. Trashpresso merupakan sebuah inovasi mesin bertenaga surya yang dapat mengubah sampah menjadi ubin. Proses daur ulang pada Trashpresso terjadi melalui 3 tahap sederhana, yaitu proses pengecilan ukuran, purifikasi, dan proses pencetakan. Sebagai tambahan, Trashpresso juga melakukan filtrasi air dan udara sehingga proses yang daur ulang yang dilakukan tidak mencemari lingkungan. Trashpresso sendiri berada di dalam truk container yang dapat dikirim ke wilayah-wilayah terpencil yang ingin melakukan pembersihan sampah. Menurut Miniwiz, ubin yang dihasilkan dari proses daur ulang oleh Trashpresso bersifat resisten sehingga cocok digunakan baik untuk dekorasi interior maupun eksterior.

Trashpresso diketahui mampu mendaur ulang sampah plastik hingga 50 kilogram per jamnya. Untuk menghasilkan 1 ubin, dibutuhkan 5 botol plastik, dan untuk memproduksi ubin seluas 10 m2 hanya dibutuhkan waktu sekitar 40 menit. Teknologi yang canggih bukan? Kondisi seperti saat ini memang menuntut kita untuk terus berinovasi dalam penanganan sampah, khususnya sampah plastik. Nyatanya, sampah plastik dapat diubah menjadi produk yang lebih berguna dan berharga.