Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
Penulis : Tika Damayanti
Editor : Rizka Adriana Lutfiani
(18 September 2020)
Anak-anak dampingan dari Yayasan Pusat Kajian dan Pengembangan Anak (PKPA) berinovasi membangun suatu Taman Kreativitas yang dibuat menggunakan ecobrick hasil dari pengolahan sampah plastik. Selain dapat mengolah sampah plastik menjadi bahan baku yang ramah lingkungan, saat ini ecobrick juga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan dasar pembuatan mebel. Inovasi penggunaan ecobrick ini dilakukan di Jalan Pintu Air IV, Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor. Ide inovasi ini diawali dari antusiasme anak-anak untuk membuat ecobrick dari sampah, namun mereka masih bingung dalam pemanfaatan ecobrick yang sudah selesai dibuat.
Oleh karena itu, guna tetap mendukung kecintaan anak-anak dampingan PKPA untuk membuat ecobrick, maka pihak PKPA berinisiatif untuk membuat taman kreativitas yang dapat menjadi sarana anak-anak untuk terus giat dalam membuat ecobrick dan dapat menanggulangi permasalahan sampah di lingkungan sekitar. Staf Advokasi PKPA, Devi Jurayah mengatakan, “Kita awalnya juga belum tahu sebenarnya mau membuat apa dari ecobrick ini, namun anak-anak antusias dalam membuat ecobrick ini. Tidak hanya anak-anak, namun orang tua anak-anak dampingan juga sangat antusias untuk membuat ecobrick”.
Pembangunan taman kreativitas ecobrick ini tidak hanya disambut antusias oleh anak-anak saja, namun juga orang tua yang mendampingi mereka. Pada awalnya, pembuatan ecobrick dimaksudkan untuk membangun rumah warga sekitar desa tersebut, namun seiring berjalannya waktu, hal ini tidak dapat terimplementasi dengan baik. Oleh karena itu, dibangunlah taman kecil tersebut untuk dapat dinikmati oleh masyarakat sekitar dan terus mengaktifkan semangat anak-anak dampingan PKPA. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh Tribun Medan, dalam kunjungannya ke wilayah tersebut, anak-anak dampingan PKPA terlihat sangat antusias dan bersemangat ketika mendengar arahan dan penjelasan proses pembuatan ecobrick dan aksesoris yang berbahan dasar ecobrick sampah anorganik.
Devi mengatakan bahwa mereka juga telah membuat berbagai kreativitas dari manik-manik dan plastik yang digabung untuk mengikuti lomba desain busana. Selain itu, Juju juga mengatakan bahwa pihaknya sedang mencari inovasi pembuatan video yang ditargetkan untuk para milenial dalam rangka membantu pengurangan sampah di lingkungan sekitar. Juju mengatakan bahwa pembuatan taman kreativitas ini tidak membutuhkan waktu yang lama, namun pembuatan ecobrick yang memakan waktu cukup lama. Untuk membangun taman kreativitas tersebut dibutuhkan 180 ecobrick. Anak-anak dampingan PKPA juga memiliki target untuk membuat ecobrick setiap harinya, yaitu minimal 1 buah. Selain itu, anak-anak dampingan PKPA mayoritas berada pada lingkungan yang kaya akan sampah plastik, sehingga tidak ditemukan adanya kesulitan dalam pembuatan ecobrick setiap harinya.
Taman Kreativitas tersebut memiliki fasilitas berupa satu meja bulat dan sejumlah bangku yang dibuat dari ecobrick. Rani yang merupakan salah satu anak dampingan PKPA mengatakan bahwa dirinya sangat senang dapat berpartisipasi dalam pembuatan ecobrick dan dibangunnya taman kreativitas tersebut. Rani menjelaskan bahwa pembuatan ecobrick dan jumlah ecobrick yang dihasilkan setiap harinya tergantung pada kesibukan dan jadwal tugas masing-masing anak dampingan PKPA di sekolah. Jika ada tugas sekolah, maka setelahnya baru membuat ecobrick. Selain itu, Rani juga mengatakan bahwa pembuatan ecobrick tidaklah sulit. Hal ini dikarenakan banyaknya sampah plastik yang bisa didapatkan dan pembuatannya hanya ditusuk dengan kayu agar sampah plastik tersebut menjadi padat dan kemudian dicetak menggunakan cetakan ecobrick.
Diharapkan dengan kreativitas anak-anak dampingan PKPA, program ini dapat berjalan secara terus-menerus dan dapat menghasilkan ecobrick yang lebih banyak setiap harinya untuk mengurangi jumlah tumpukan sampah di lingkungan sekitar. Kemudian, ecobrick tersebut juga bisa digunakan sebagai bahan mebel ataupun bahan bangunan yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
You can see how this popup was set up in our step-by-step guide: https://wppopupmaker.com/guides/auto-opening-announcement-popups/
Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.
Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.
Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.
Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.