Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut

Penulis : Ahmad Wari Hakam (14 Agustus 2020)
Mahasiswa Universitas Gajah Mada, Yogyakarta membuat terobosan dalam melaksanakan praktik Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Catur Kecamatan Kesambi Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah dengan mencoba menyediakan alternatif inovasi penanganan sampah berupa membuat paving blok dan bata dari limbah plastik rumah tangga. Pelaksanaan upaya ini dilakukan dengan menggaet KSM Kampung Asri yang bergerak dalam pengelolaan sampah rumah tangga berbasis komunitas. Melalui kolaborasi ini, mahasiswa dan masyarakat sekitar berusaha menyulap sampah rumah tangga menjadi rupiah.
Ide ini muncul Ketika tim Mahasiswa menyadari bahwa masyarakat Desa Sambi sebenarnya sudah memahami pentingnya memilah sampah, namun sayangnya tidak ada kelanjutan dalam proses pengolahan sampah di wiliayah tersebut. Hal ini terlihat dengan adanya tong-tong sampah yang memisahkan sampah organik, non organik, dan kaca. Sayangnya, sampah yang telah dipilah hanya berakhir di TPA dengan membayar retribusi, atau sekedar dibakar di halaman rumah seperti yang biasa dilakukan oleh warga sekitar. Maka dari itu, tim Mahasiswa mengajukan ide untuk melakukan pelatihan pembuatan paving blok dari sampah plastik untuk memecahkan masalah tersebut.
Paving blok dari sampah plastik ini diketahui memiliki keunggulan dibandingkan paving semen, diantaranya tekstur yang tidak mudah patah dan tidak menimbulkan serbuk-serbuk semen yang berbahaya jika terhirup. Bukan hanya sebagai bentuk inovasi, pembuatan paving blok ini juga bernilai ekonomis meski terbuat dari bahan baku yang non-ekonomis. Selain dari sisi ekonomi, inovasi ini juga menjadi salah satu jalan keluar dari menumpuknya sampah plastik yang sulit diatasi.
Proses pembuatan paving blok tergolong mudah dan dapat dipraktikan langsung pada lokasi pembuatan. Langkah pertama, sampah plastik rumah tangga dan styrofoam dicacah, kemudian dilebur dengan alat pelebur pada suhu 100 – 1500 Celcius selama 30-45 menit. Saat proses peleburan berlangsung, pasir dicampurkan dengan komposisi sampah plastic:styrofoam:pasir sebesar 30:20:60. Pasir dibutuhkan sebagai pemberat agar saat terendam air paving blok tidak mengapung. Setelah melebur, kemudian “adonan” dimasukan ke dalam cetakan paving dan direndam dalam air dingin. Paving blok dari plastik dinilai lebih kuat dan lentur karena dipengaruhi massa jenis plastik, sehingga produk ini akan lebih awet dari paving blok dengan bahan semen. Paving blok dari plastik juga tidak mudah terkikis air serta memiliki daya tekan yang diperkirakan dapat menahan tekanan hingga 30 ton.
Mahasiswa yang menjalankan program ini berharap, cara pengolahan plastik dengan sentuhan teknologi tepat guna yang mereka perkenalkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan sampah plastik di lingkungan masyarakat. Selain itu, merka juga berharap agar kegiatan ini ditindaklanjuti secara mandiri oleh masyarakat, sehingga dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, mengingat keuntungan dari pembuatan paving blok ini cukup menjanjikan.
Sumber :