Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
[convertful id="73132"]
Penulis : Ahmad Wari Hakam (14 Agustus 2020)
Mahasiswa Universitas Gajah Mada, Yogyakarta membuat terobosan dalam melaksanakan praktik Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Catur Kecamatan Kesambi Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah dengan mencoba menyediakan alternatif inovasi penanganan sampah berupa membuat paving blok dan bata dari limbah plastik rumah tangga. Pelaksanaan upaya ini dilakukan dengan menggaet KSM Kampung Asri yang bergerak dalam pengelolaan sampah rumah tangga berbasis komunitas. Melalui kolaborasi ini, mahasiswa dan masyarakat sekitar berusaha menyulap sampah rumah tangga menjadi rupiah.
Ide ini muncul Ketika tim Mahasiswa menyadari bahwa masyarakat Desa Sambi sebenarnya sudah memahami pentingnya memilah sampah, namun sayangnya tidak ada kelanjutan dalam proses pengolahan sampah di wiliayah tersebut. Hal ini terlihat dengan adanya tong-tong sampah yang memisahkan sampah organik, non organik, dan kaca. Sayangnya, sampah yang telah dipilah hanya berakhir di TPA dengan membayar retribusi, atau sekedar dibakar di halaman rumah seperti yang biasa dilakukan oleh warga sekitar. Maka dari itu, tim Mahasiswa mengajukan ide untuk melakukan pelatihan pembuatan paving blok dari sampah plastik untuk memecahkan masalah tersebut.
Paving blok dari sampah plastik ini diketahui memiliki keunggulan dibandingkan paving semen, diantaranya tekstur yang tidak mudah patah dan tidak menimbulkan serbuk-serbuk semen yang berbahaya jika terhirup. Bukan hanya sebagai bentuk inovasi, pembuatan paving blok ini juga bernilai ekonomis meski terbuat dari bahan baku yang non-ekonomis. Selain dari sisi ekonomi, inovasi ini juga menjadi salah satu jalan keluar dari menumpuknya sampah plastik yang sulit diatasi.
Proses pembuatan paving blok tergolong mudah dan dapat dipraktikan langsung pada lokasi pembuatan. Langkah pertama, sampah plastik rumah tangga dan styrofoam dicacah, kemudian dilebur dengan alat pelebur pada suhu 100 – 1500 Celcius selama 30-45 menit. Saat proses peleburan berlangsung, pasir dicampurkan dengan komposisi sampah plastic:styrofoam:pasir sebesar 30:20:60. Pasir dibutuhkan sebagai pemberat agar saat terendam air paving blok tidak mengapung. Setelah melebur, kemudian “adonan” dimasukan ke dalam cetakan paving dan direndam dalam air dingin. Paving blok dari plastik dinilai lebih kuat dan lentur karena dipengaruhi massa jenis plastik, sehingga produk ini akan lebih awet dari paving blok dengan bahan semen. Paving blok dari plastik juga tidak mudah terkikis air serta memiliki daya tekan yang diperkirakan dapat menahan tekanan hingga 30 ton.
Mahasiswa yang menjalankan program ini berharap, cara pengolahan plastik dengan sentuhan teknologi tepat guna yang mereka perkenalkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan sampah plastik di lingkungan masyarakat. Selain itu, merka juga berharap agar kegiatan ini ditindaklanjuti secara mandiri oleh masyarakat, sehingga dapat menjadi salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, mengingat keuntungan dari pembuatan paving blok ini cukup menjanjikan.
Sumber :
Gedung Manggala Wanabakti, Jl. Gatot Subroto RT.1/RW.3 Glora, Tanah Abang Jakarta Pusat 12190
Copyright © 2020 Tim Koordinasi Nasional Penangan Sampah Laut
ASET
SISTEM
You can see how this popup was set up in our step-by-step guide: https://wppopupmaker.com/guides/auto-opening-announcement-popups/
Labuan Bajo berada di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur. Di tengah berkembangnya pariwisata Indonesia, Labuan Bajo merupakan salah satu destinasi yang paling terkenal saat ini terutama bagi mereka yang menyukai kawasan laut dan pantai. Labuan Bajo memiliki lanskap alam yang sangat indah, laut yang berwarna biru, serta panorama yang beragam mulai dari kawasan pantai hingga perbukitan.
Selain terkendal dengan salah satu hewan endemiknya yaitu Komodo, Labuan Bajo juga menyediakan banyak daya tarik lain yang patut dikunjungi oleh para wisatawan. Mulai dari gugusan Pulau Padar, Rinca, dan Komodo, Pantai Pink, hingga desa tradisional di kawasan Wae Rebo, semuanya menawarkan keindahan dan keunikan masing-masing.
Labuan Bajo dirancang untuk menjadi salah satu kawasan “Bali Baru” bersama dengan 4 tujuan wisata lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia juga menjadikan wilayah ini salah satu prioritas karena akan digelar pertemuan G20 dan ASEAN Summit pada 2023 mendatang. Oleh karenanya, persiapan mulai dari pembangunan infrastruktur yang menunjang hingga aspek kebersihan seperti penanganan sampah laut mulai dan akan terus dilakukan.
Dalam Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL), Labuan Bajo juga menjadi salah satu kawasan yang banyak menjadi fokus. Berbagai Kementerian/Lembaga banyak yang mengadakan kegiatan terkait penanganan sampah laut, mulai dari pelatihan, aksi bersih laut dan pantai, penyediaan Pusat Daur Ulang, hingga penguatan regulasi.