Pappa Maggot ala Luwu Timur

[av_section min_height=” min_height_pc=’25’ min_height_px=’500px’ padding=’default’ custom_margin=’0px’ custom_margin_sync=’true’ color=’main_color’ background=’bg_color’ custom_bg=” background_gradient_color1=” background_gradient_color2=” background_gradient_direction=’vertical’ src=’https://sampahlaut.id/wp-content/uploads/2020/07/2797782-scaled.jpg’ attachment=’1643′ attachment_size=’full’ attach=’scroll’ position=’center center’ repeat=’stretch’ video=” video_ratio=’16:9′ overlay_opacity=’0.5′ overlay_color=” overlay_pattern=” overlay_custom_pattern=” shadow=’no-border-styling’ bottom_border=’no-border-styling’ bottom_border_diagonal_color=’#333333′ bottom_border_diagonal_direction=” bottom_border_style=” custom_arrow_bg=” id=” custom_class=” aria_label=” av_element_hidden_in_editor=’0′ av_uid=’av-kcxgpcf1′]

[av_heading heading=’Pappa Maggot ala Luwu Timur’ tag=’h2′ style=” subheading_active=” size=” av-medium-font-size-title=” av-small-font-size-title=” av-mini-font-size-title=” subheading_size=” av-medium-font-size=” av-small-font-size=” av-mini-font-size=” color=’custom-color-heading’ custom_font=’#ffffff’ margin=” margin_sync=’true’ padding=’10’ link=” linktarget=” id=” custom_class=” av_uid=’av-kfb57whv’ admin_preview_bg=”][/av_heading]

[/av_section][av_image src=’https://sampahlaut.id/wp-content/uploads/2020/09/artikel-masyarakat1-18-09-20.png’ attachment=’2384′ attachment_size=’full’ copyright=” caption=” styling=” align=’left’ font_size=” overlay_opacity=’0.4′ overlay_color=’#000000′ overlay_text_color=’#ffffff’ animation=’no-animation’ hover=” appearance=” link=” target=” id=” custom_class=” av_element_hidden_in_editor=’0′ av_uid=’av-kcxibnex’ admin_preview_bg=”][/av_image]

[av_textblock size=” av-medium-font-size=” av-small-font-size=” av-mini-font-size=” font_color=” color=” id=” custom_class=” av_uid=’av-kcxjculq’ admin_preview_bg=”]
Penulis : Tika Damayanti

Editor : Rizka Adriana Lutfiani

(18 September 2020)

[/av_textblock]

[av_textblock size=” av-medium-font-size=” av-small-font-size=” av-mini-font-size=” font_color=” color=” id=” custom_class=” av_uid=’av-kcxiejl2′ admin_preview_bg=”]
Papa Maggot merupakan inovasi pengelolaan sampah organik dengan menggunakan metode pengembangbiakan organisme black soldier fly. Program ini diinisiasi oleh Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Luwu Timur, Muhammad Safaat yang sekaligus menjadi ketua dari program Papa Magot ini. Program ini diresmikan oleh Bupati Luwu Timur, Ir. H. Muh. Thorig Husler bertepatan dengan peringatan hari lingkungan hidup sedunia, pada Jumat 14 Juni 2019 di Halaman Kantor Bupati Luwu Timur. Peresmian program Papa Maggot ditandai dengan penyerahan wadah penampung sampah organik secara simbolis oleh Bupati Luwu Timur kepada warga penghasil sampah organik, operator motor sampah atau penjemput sampah organik, serta kelompok budidaya maggot yang berperan sebagai pengelola maggot.

Papa Maggot merupakan suatu bentuk pengendalian sampah dengan budidaya black soldier fly atau maggot. Maggot biasa digunakan sebagai pakan ternak dan pakan ikan yang berada di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Menurut Muhammad Safaat, nama Papa Maggot dianggap sebagai solusi yang sangat tepat, mengingatkan bahwa sampai saat ini belum ada solusi yang cukup baik dan efektif dalam pengurangan sampah organik.

Safaat juga menambahkan, dengan adanya pengelolaan dan budidaya maggot ini diharapkan dapat mengurangi permasalahan sampah yang kini kian meningkat. Selain itu, inovasi ini diharapkan juga dapat membantu meningkatkan taraf perekonomian warga setempat. Dengan pemanfaatan maggot, warga di Luwu Timur juga dapat berpartisipasi secara aktif dan bersemangat karena program ini dapat memberikan keuntungan bagi lingkungan dan juga masyarakat setempat. Keuntungan yang dimaksud yaitu mampu mengurangi jumlah tumpukan sampah, serta mampu meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat sekitar seiring dengan kegiatan produksi yang dilakukan untuk membuat Papa Maggot.

Budidaya Maggot dilakukan oleh masyarakat Luwu Timur dengan mengembangbiakkan belatung yang dihasilkan dari lalat berjenis black soldier fly (BSF). Jenis hewan tersebut memiliki kemampuan yang sangat baik dalam proses pengomposan, karena maggot dapat mempercepat proses pengomposan. Selain itu, budidaya maggot juga membutuhkan waktu yang singkat, sehingga proses pengolahan dan pengurangan sampah organik pun dapat dilakukan dalam waktu yang relatif lebih singkat. Pengelolaan sampah tanpa menggunakan maggot membutuhkan waktu sekitar 60 hari, sedangkan dengan menggunakan maggot hanya sekitar 20 hari saja. Oleh karena itu, pengelolaan sampah dengan menggunakan teknik budidaya maggot dianggap sangat efektif dan mampu mengurangi jumlah sampah yang cukup banyak dalam waktu yang relatif singkat.
[/av_textblock]

[av_image src=’https://sampahlaut.id/wp-content/uploads/2020/09/artikel-masyarakat2-18-09-20.png’ attachment=’2385′ attachment_size=’full’ copyright=” caption=” styling=” align=’left’ font_size=” overlay_opacity=’0.4′ overlay_color=’#000000′ overlay_text_color=’#ffffff’ animation=’no-animation’ hover=” appearance=” link=” target=” id=” custom_class=” av_element_hidden_in_editor=’0′ av_uid=’av-kcxibnex’ admin_preview_bg=”][/av_image]

[av_textblock size=” av-medium-font-size=” av-small-font-size=” av-mini-font-size=” font_color=” color=” id=” custom_class=” av_uid=’av-kcxjm5f0′ admin_preview_bg=”]
Selain itu, berkat adanya inovasi pengelolaan sampah menggunakan maggot ini, Kabupaten Luwu Timur saat ini dijadikan sebagai kabupaten percontohan bagi kabupaten lainnya, misalnya untuk Luwu Utara. Hal ini dapat diketahui dengan adanya kunjungan untuk mempelajari pengelolaan sampah serta proses pengengelolaan sampah menggunakan maggot, pada tanggal 20 Agustus 2019. Acara kunjungan tersebut dihadiri oleh beberapa pihak, khususnya anggota dan para pejabat Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Luwu Utara yang berjumlah sekitar 20 orang. Pelatihan tersebut dilakukan di Dinas Kabupaten Luwu Timur.
[/av_textblock]

[av_textblock size=” av-medium-font-size=” av-small-font-size=” av-mini-font-size=” font_color=” color=” id=” custom_class=” av_uid=’av-kcxjm5f0′ admin_preview_bg=”]
Sumber :

https://eljohnnews.com/luwu-timur-ciptakan-inovasi-pengendalian-sampah-organik/
https://batarapos.com/dinas-lingkungan-hidup-luwu-utara-belajar-pengelolaan-sampah-di-lutim/
https://pontianakpost.co.id/budidaya-maggot-komunitas-kreasi-sungai-putat-cepat-mengurai-sampah-alternatif-pakan-ternak/
[/av_textblock]

[av_social_share title=’Share’ buttons=’custom’ share_facebook=’aviaTBshare_facebook’ share_twitter=’aviaTBshare_twitter’ share_whatsapp=’aviaTBshare_whatsapp’ share_linkedin=’aviaTBshare_linkedin’ share_mail=’aviaTBshare_mail’ yelp_link=’https://www.yelp.com’ style=” alb_description=” id=” custom_class=” av_uid=’av-2jr5ay’ admin_preview_bg=’rgb(241, 241, 241)’]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *